Chapter - 1

686 37 2
                                    


TIDAK!

Rasanya aku ingin berteriak mengatakan ‘tidak’ kepada Ibu ku.

“Mereka yang lebih dulu mengatakan tentang perjodohan. Setelah Ibu dan Oppa mu berdikusi sepertinya ini adalah penawaran yang baik.”

Apa? Penawaran yang baik? Apakah perjodohan mereka anggap proposal?

“Dan Ibu tahu kau mungkin tidak suka tapi kita terpaksa harus melakukan ini. Keluarga Hwan sangat terhormat dan mempunyai jaringan bisnis yang besar. Mereka tidak hanya mencakup Asia tapi juga Eropa dan Amerika. Ini salah satu cara agar kita dapat mengikat kerja sama jangka panjang dengan perusahaan mereka”

Ibu ku menjelaskan dengan panjang lebar yang membuat aku tidak bisa berkata-kata karena kata yang ingin ku ucapkan hanyalah kata ‘tidak!’.
Aku yakin ‘tidak’ bukanlah kata yang ingin di dengar oleh Ibu ku saat ini.

“Kau bisa membayangkan jika kita bisa terus mengikat kerja sama dengan mereka, perusahaan kita tidak akan dipandang sebelah mata jika kita ingin memasuki pasar Amerika dan Eropa. Ini adalah kerja keras Ayah mu dan Kakek mu dulu. Mereka bahkan membangunnya dengan keringat darah dan air mata, bagaimana mungkin Ibu hanya melewatkan saja kesempatan baik ini. Ibu akan melakukan apa saja untuk mempertahankan perusahaan ini agar tetap maju.”

Ya dengan cara menjual anak perempuan mu satu-satunya demi jaringan bisnis di Eropa dan Amerika.

“Kau mau kan membantu Ibu, demi perusahaan yang sudah Ayah mu perjuangkan hingga menjadi sebesar sekarang. Kau hanya perlu menikah dengan anak laki-laki dari keluarga Hwan dan sisanya biar Ibu dan Oppa yang mengaturnya.”

Ibu ku menjulurkan tangannya untuk meraih tangan ku.

Aku berusaha menelan ludah ku yang sudah mengering sejak aku dikejutkan dengan permintaan Ibu ku yang membuat tenggorokan ku terasa semakin sakit.

Aku melihat ke arah Oppa Jae Geun, dia hanya diam saja dari tadi tapi aku tahu ada yang ingin dikatakannya.

“Kau tidak harus melakukannya, kau bisa menolaknnya jika kau..”

“Aku akan melakukannya!” Aku berkata memotong kata-kata Oppa ku.

Oppa menatap ku terkejut yang di sambut pekikan bahagia dan senyum cerah Ibu ku. Ibu lalu memelukku.

“Terima kasih sayang, ibu akan mengabari pada mu lagi nanti kapan kau bisa bertemu dengan anak keluarga Hwan.”

Setelah berkata begitu Ibu ku melepaskan pelukannya dan bergegas pergi.

Tidak heran, semenjak Ayah kami pergi untuk selamanya Ibu ku otomatis mengambil alih perusahaan. Walaupun ada Oppa ku, tapi dia tidak melepaskannya begitu saja karena dia sangat mencintai Ayah ku dan berusaha menjaga apa yang telah Ayah kami tinggalkan.

Di satu sisi aku mengerti bahwa dari persepsi seorang istri ini adalah yang terbaik yang bisa dilakukannya untuk mendiang suaminya dan sebagai seorang Ibu ini adalah apa yang terbaik yang bisa dilakukan untuk melindungi dan mempersiapkan anak-anaknya ke level yang lebih tinggi dengan standar yang lebih tinggi lagi.
Setelah 6 tahun lalu kepergian Ayah ku, Ibu telah kehilangan sisi hangatnya. Suatu waktu aku mengunjungi Oppa di kantor dan saat ke toilet mendengar beberapa karyawan yang membicarakan bagaimana dinginnya sikap Ibu ku.

Aku masih di anggap anak kecil di keluarga karena aku paling bungsu walaupun umur ku sudah hampir seperempat abad. Jadi walaupun aku mengatakan sesuatu pada Ibu ku untuk mengubah sikapnya, ia hanya akan menganggap ku tidak tahu apa-apa dengan apa yang terjadi di perusahaan.
Aku tidak punya pilihan lain selain mencoba mengerti Ibu ku walaupun sebenarnya aku tidak setuju.

“Kau seharusnya bisa berkata tidak.” Oppa ku berkata setelah Ibu ku pergi.

“Oppa, kau masih disini? Kau tidak pergi dengan Ibu?” Tanya ku terkejut karena baru menyadari bahwa masih ada Oppa ku di kamar ku.

‘Tuh kan, kau pasti ‘ngeblank’ lagi sampai kau tidak menyadari bahwa aku masih disini.”

Oppa pindah duduk di tempat tidur di sebelah ku lalu merangkul ku, dan mengusap bahu ku untuk menenangkan ku.

“Kau pasti sangat terkejut.”

Aku menyandarkan badan ku pada Oppa dan meletakkan kepala ku di bahunya.

“Bukankah sudah ku kata kan kau bisa menolaknya. Ini hanyalah rencana orang tua toh kau yang akan menjalaninya kelak. Aku tau melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan itu sangat tidak enak, itu sebabnya aku mengatakan padamu untuk menolaknya jika kau tidak mau. Tapi dasar bocah satu ini, kau bahkan mengabaikan ku dan memotong kata-kata ku. Dasar tidak sopan!” Sembur oppa Jae Geun yang membuat ku terkekeh.

“Maafkan aku Oppa. Aku pikir kau juga akan memohon seperti Ibu. Melihat Ibu memohon seperti itu kepada ku membuat hati ku sakit. Selama ini bahkan tidak ada yang aku lakukan untuk perusahaan. Kakek, Ayah, Ibu dan Oppa sudah sangat bekerja keras. Jika keputusan ku ini bisa membantu meringankan pekerjaan Ibu dan Oppa sekarang, maka akan ku lakukan.”

“Walaupun sebenarnya kau tidak mau kan?” Tanya Oppa Jae Gun yang membuat ku tidak bisa berkata apa-apa selain diam. Oppa memang yang paling mengerti aku sejak kecil.

“Kau tahu, jika Keluarga Hwan punya anak perempuan pasti aku yang ada di posisi mu sekarang. Saat Presdir Grup Hwan dan istrinya datang di acara launching produk baru kita, istri Presdir langsung yang bertanya pada Ibu mengenai mu. Mereka tahu di keluarga kita ada seorang gadis perempuan dan  karena mereka terkesan dengan ku, mereka pikir anak perempuan di keluarga kita pastilah cerdas dan cantik juga seperti Oppa nya.”

“Oppaa...!” Potong ku.

“Mau kau kemanakan Hong Ae Unnie. Dia bahkan rela bolak balik Korea-China hanya agar dekat dengan mu. Jika kau melakukannya kau bukan Oppa ku.”

“Tentu saja tidak. Untungnya keluarga Hwan tidak punya anak perempuan.”

“Lalu apa? Kalau kau hanya menyombongkan diri mu sendiri lebih baik jangan kau lanjutkan. Aku tidak ingin mendengarnya.” Kata ku dengan nada sinis, tapi Oppa ku tahu bahwa aku hanya becanda dan dia hanya tertawa melihat tingkah ku.

“Baiklah, jadi intinya jangan terlalu menyalahkan Ibu. Dia hanya menyambut ikan yang melompat ke kapalnya saja. Dan ini benar-benar keluarga Hwan yang meminta.” Oppa menyelesaikan ceramahnya.

“Baiklah Oppa. Aku akan mengingatnya.” Aku berkata sambil melepaskan dekapan Oppa Jae Geun dan kembali duduk tegak di tempat tidur ku.

“Oh ya, sebagai informasi saja. Identitas putra bungsu keluarga Hwan sangatlah rahasia. Sepertinya dia sangat berharga bagi keluarga itu. Selalu masuk sekolah asrama khusus pria dan setelahnya sih katanya melanjutkan pendidikan ke Amerika. Tapi bahkan akupun tidak tahu di Amerika dia masuk di universitas mana atau di Amerika berada di Amerika bagian mana. Aku sama sekali tidak dapat menyentuh informasinya lebih jauh lagi. Aku benar-benar tidak tahu. Tapi ku harap dia orang yang baik untuk adik ku satu-satunya ini.” Oppa berkata sambil mengacak-acak rambut ku.
Aku selalu suka saat Oppa melakukan itu. Dia sudah jarang melakukannya sejak menikah dan punya anak.

Sekarang Unnie Hong Ae sedang di China mengunjungi orang tuanya yang menetap di China. Ibu Hong Ae Unnie kebangsaan China, dan Ayahnya orang Korea. Oppa dan Hong Ae Unnie bertemu karna Ayah kami dan perusahaan keluarga Hong Ae Unnie melakukan kerja sama. Hampir sama dengan kisah ku, hanya saja mereka memang saling mencintai dan bukannya di jodohkan.

“Aku tidak terlalu mempedulikannya. Selama dengan menikah dengannya aku dapat membantu meringankan beban Ibu dan Oppa di perusahaan aku baik-baik saja.” Aku berkata untuk meyakinkan Oppa sebelum dia menghilang dari balik pintu kamar ku.

Sebenarnya aku mengatakan itu untuk meyakinkan diriku sendiri. Karena mendengar fakta bahwa Oppa sendiri tidak tahu apa-apa tentang orang itu membuat ku merasa cemas. Aku terlalu betgantung dengan Oppa selama ini, tapi kali ini ku rasa aku akan mengandalkan takdir ku saja, entah orang seperti apa yang akan di jodohkan dengan ku.

Pride and Secret - Idol Chaebol IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang