Chapter 1

48K 4.9K 493
                                    

"Ngh—" Untuk kesekian kalinya Jungkook mengerang, meremat seprai dibawahnya dan menggigit bibirnya.

Mungkin seharusnya ia memikirkan kembali keputusannya untuk mengukir sebuah tato pada tubuhnya. Hingga ia tak harus meringis, bahkan tanpa sadar menangis menahan perih ketika jarum kecil itu menusuk, mengukir indah sepanjang bahu hingga bawah tulang selangkanya.

"A-pa masih b-belum selesai?" Suara Jungkook bergetar. Mengambil nafas tersendat dan mengernyitkan dahi ketika pandangan matanya tertutup. Tak bisa melihat karena kain hitam yang diikat dibelakang kepala melingkupi setengah wajah di atas hidung.
Benda halus itu sukses merangkap wajah sebagai salah satu aturan Jimin. Yang mana mungkin memang sesuai perintah sang ayah yang sejak dulu memperingatkan bahwa dirinya tak bisa memperlihatkan wajahnya pada sembarang orang dengan alasan 'terlalu berbahaya' yang sampai sekarang ia masih belum sadar bahaya apa yang dimaksud.

Sedang pemuda yang ditanya kini nampak menjilat bibir bawah yang kering. Suara erangan, serta pemandangan indah di hadapannya benar-benar menguji konsentrasi. Kedua mata tajam sang seniman tato itu kembali meneliti hasil karyanya. Terlihat begitu menawan terukir di atas kulit putih sang tuan muda yang sudah basah keringat. Ia menggelengkan kepala saat bayangan kotor betapa nikmat jika bibirnya bisa menggantikan kerja jarum sialan pada mesin ditangannya untuk melukis pada kanvas sempurna itu muncul di kepala.

Bukan salahnya jika ia tertarik, pemuda manis di hadapannya hanya mengenakan piyama maroon yang sekarang sudah terbuka hingga pundak— Memperlihatkan sedikit belah dada berisi yang membuat dirinya benar-benar merasa diuji. Jika saja bukan karena peringatan sang sahabat— Yang tak lain adalah Jimin, mungkin dirinya sudah 'menghabisi' pemuda di depannya.

"Tenangkan dirimu, ini sudah selesai." Suara berat itu akhirnya keluar setelah sekian lama diam dalam pekerjaan.

Jungkook sukses terkesiap. Diam-diam mengagumi suara yang terdengar begitu jantan ditelinganya, jujur begitu ingin membuka penutup mata sialan yang ia kenakan tapi ia sudah terlanjur berjanji pada Jimin.

Belum sempat Jungkook bicara , suara pintu terbuka membuatnya kembali menutup mulut.

"Belum selesai, Kim?" Tanya Jimin yang kini ikut duduk pada kasur di kamarnya. Ya, semalam ia berhasil membawa Jungkook ke rumahnya. Bermodal alasan bahwa bocah itu bosan di rumah dan ingin menonton film bersama dengannya, seakan sedang bermurah hati tuan Jeon akhirnya mengizinkan. Membuat keduanya sempat keheranan. Hell, Jeon Jaehyun tanpa perhitungan dan introgasi panjang itu sungguh langka sekali.

Sang seniman tato menoleh sekilas,
"Sedikit lagi, hanya tinggal menutup lukanya." Ujarnya tenang.

Mendengar jawaban sahabatnya membuat Jimin lega, ia hanya berharap bahwa tuan Jeon tidak akan pernah mengetahui perihal ini.

"Kau baik-baik saja, Kook?" Tanya Jimin pada Jungkook yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.

Tanpa menjawab pemuda Jeon itu hanya menganggukkan kepala serta tersenyum tipis. Membuat kedua pemuda di depannya sedikit terpaku melihatnya.

Hanya senyum tipis, tapi lengkung bibir itu cantik sekali.

"Ah, baguslah. Akan kuambilkan minum dulu." Suara Jimin kembali terdengar bersamaan langkah kaki menjauh.

Jungkook yakin, Jimin sudah pergi dan sekarang tinggal dirinya bersama pemuda yang sampai detik ini belum ia ketahui siapa.

"Maaf— Tapi, siapa namamu?" Suara Jungkook lirih. Bertepatan dengan sang seniman yang terlihat selesai menempelkan penutup pada ukiran tato yang ia buat.

"Taehyung— Kim Taehyung" Jawab pemuda dengan marga Kim itu. Kini pekerjaannya sudah selesai, jadi dirinya hanya duduk menatap Jungkook.

Nampak kini si manis tengah mencoba bangkit dari posisinya yang semula bersandar pada tumpukan bantal tebal di belakang punggung. Tentu, dengan reflek sosok Taehyung membantu, melingkarkan lengannya pada pundak Jungkook hingga dapat duduk dengan benar. Sekalipun terkejut, namun Jungkook sebisa mungkin tetap tenang.

HARD (vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang