Chapter 21

18.9K 2.5K 838
                                    

Yang lupa boleh baca chapter sebelumnya yaa, dan untuk yang sudah bosan; aku ucapkan makasih banyak sudah ngikutin cerita ini dan sempat memberi voment♥️

.

.

.

.

"Bukankah juru masak baru itu berbakat? Aku suka sekali masakannya." Yonhee berujar. Dengan senyum penuh yakin.

Piring telah kosong. Jungkook masih dengan pikiran kacaunya mencoba mengangguk. Benar-benar masih terlampau terkejut. Sarapan pagi kali ini tentu berjalan seperti biasa lagi. Tapi tidak untuk Jungkook. Bahkan setelah melihat sosok yang ia yakini Taehyung pergi seusai menata rapi hidangan di meja---- Pikirannya hanya berporos pada pertanyaan mengenai kewarasannya atau kesehatan matanya.


"Tapi Eomma---- Kenapa aku tak tahu perihal juru masak kita yang baru? Biasanya Appa paling tidak bercerita sedikit." Suara Jungkook pelan. Mencoba bertanya tenang.

Sedang Tuan Jeon justru nampak mengerut dahi heran mendengar ujaran putranya. "Kita sudah bicara, kita membahasnya kemarin setelah sarapan sebelum Yugyeom meminta izin mengantarmu membeli buku. Apa kau lupa Jungkook? Bahkan kurasa Yugyeom masih ingat."

Jungkook sontak menoleh terkejut pada Yugyeom. Sedang pemuda itu nyatanya mengangguk setuju.

"Ah---- Maafkan aku. Aku mungkin lupa."

"Kau lupa atau kau memang tidak mendengar. Jangan ulangi, bisa menjadi kebiasaan buruk. Beruntung karena itu bukan bahasan penting."

"Baik, Appa." Jungkook mengangguk. Menunduk antara merasa kesal maupun menyesal.

Bagus, ia pasti tak mendengarkan cerita ayahnya kemarin sebab sibuk dengan pikirannya.

Tapi persetan, demi apapun ia masih tak percaya apa yang ia lihat tadi. Apa ini hanya kebetulan? Apa hanya mirip? Bahkan Taehyung yang ia lihat begitu berbeda. Pemuda itu tampak lebih sopan. Rambutnya bahkan berwarna gelap dan rapi. Jauh lebih tampan---- Ah tidak, sama tampannya. Hanya saja pasti jauh nampak lebih manusiawi jika dari sudut penilaian keluarganya. Karena jelas ayahnya tak mungkin mempekerjakan orang yang berpenampilan buruk, dalam artian tak bisa menata diri untuk nampak rapi. Dan seingatnya, Kim Taehyung prianya selalu memberi kesan urakan tiap mereka bertemu. Karena sialannya kesan itulah yang sedari awal membuatnya tertarik.

Lalu----Apa ia tengah berhalusinasi?


"Jungkook kau melamun lagi?" Tegur Nyonya Jeon halus. Menatap resah pada Jungkook begitu merasa sang suami di sampingnya nampak tegang, menahan amarahnya.


Sedangkan Jungkook sontak mendongak. Nyatanya mendapati ketiga orang di sekitarnya sudah berdiri. Ia jelas tak mendengarkan salam ayahnya. Bagus. Ia benar-benar kacau di depan orang tuanya.

Tepat begitu Jungkook bangkit, dan membungkuk hormat---- Tuan Jeon memilih segera beranjak. Tak berucap barang sekata. Dan Jungkook cukup sadar bahwa ia membuat kesan buruk pagi ini. Beruntung ayahnya tak mengguruinya lagi.

"Jangan ulangi lagi, sayang." Bisik Nyonya Jeon pelan. Memberi senyum menenangkan pada putranya sebelum beranjak menyusul sang suami.


Dan selepas kepergian orang tuanya---- Barulah Jungkook dapat menghela nafas lega. Namun belum sampai beberapa detik, tepukan pada bahu membuatnya menoleh pada Yugyeom.

"Ada apa denganmu?"

Jungkook menggeleng. "Hanya ada yang mengganggu pikiranku, hyung." Yah, setidaknya ia tak bisa bicara sebelum memastikan. Bisa saja memang yang ia lihat bukan Taehyung. Ia tak bisa asal bicara.

HARD (vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang