Chapter 22

22.6K 2.6K 818
                                    

Terimakasih banyak yang sudah baca dan tetep minta ini lanjut, kalian luar biasa setianya :')❤️
.

.

.

.

Ketika pagi yang mulanya masih nampak terang berubah menjadi mendung sebelum rintikan menyusul---- Tak ada yang akan mengira. Sama halnya dengan Jungkook.

Dirinya hanya sibuk memandang langit yang kini lebih gelap beserta rintikan hujan sembari berdiri di balkon kamarnya. Tak perlu takut penjaga ayahnya yang kemungkinan berjaga melihat, sebab hujan akan membuat para penjaga itu berteduh di ruang jaga yang sudah dibangun untuk mereka.




Dan tentunya Jungkook tak sendiri. Di sampingnya---- Taehyung berdiri. Menatap luar dengan wajah tampannya. Jungkook bahkan bisa melihat seberapa sempurna lekukan wajah prianya itu dari samping. Hidungnya, garis rahangnya, dagunya, juga bibirnya.


Yah--- Ia sudah memutuskan siap mendengar penjelasan Taehyung.


Sekalipun suara rintikan hujan masih terdengar jelas, Taehyung memilih acuh dan nampak mulai membuka suara. Sedangkan Jungkook bungkam mendengarkan. Membiarkan dingin angin menyapa menggusak surai keduanya, menemani suara berat khas Taehyung yang terdengar tenang.



Jungkook bahkan tak ingat seberapa lama pemuda Kim itu bicara, yang ia tahu begitu Taehyung berhenti---- Kepalanya justru masih sibuk memahami seluruh penjelasan yang ia dapat.

Terlalu terkejut juga kesal.


Jika saja Jungkook terbiasa mengumpat layaknya Taehyung, ia yakin umpatannya sudah keluar sejak tadi.


Melihat sosok Jungkook yang nampak terdiam bingung membuat Taehyung mengangkat tangannya, mendekap punggung tangan putih Jungkook yang meremat pagar balkon. Telak mendapati Jungkook menoleh. Menatapnya yang kini balas menatap---- sarat akan permohonan.

"Jungkook, semua yang kulakukan semata-mata ingin membuatmu tetap baik-baik saja. Aku bodoh karena aku berfikir kau akan merasa lebih baik jika aku tak memberitahumu perihal kecelakaan kecil itu. Maaf aku menganggapnya kecil---- Tapi percayalah aku tak menganggapnya penting karena satu hal yang bagiku  penting hanya tentangmu. Aku tak pandai dalam hal bicara dengan sopan, aku hanya terbiasa mengatakan apa yang aku ingin saja. Saat aku bersikeras menolak untuk memohon adalah karena sedari awal aku tak berniat meniduri Sunmi, kufikir kau paling tidak akan mempercayaiku tapi kau pergi. Aku tak akan menyalahkanmu, aku sadar kau pasti menahan sakit lebih berat dariku. Aku sungguh tak berniat melukaimu, maafkan aku. Dan tolong--- Beri aku kesempatan." Suara Taehyung pelan.


Jungkook mengalihkan pandangnya. Menatap bagaimana tangan besar Taehyung yang gelap nampak begitu kontras melingkupi tangan putihnya.

"Kim Taehyung, kau harus ingat---- Aku sudah pernah memberimu kesempatan dan kau melanggar janjimu. Terlepas dari sengaja atau tidak nyatanya itu terjadi. Kau tetap menyakitiku." Balas Jungkook nyaris tak terdengar. Jujur saja memahami seluruh kejadian yang Taehyung jelaskan membuatnya bingung. Bagaimana jika Taehyung berbohong----

"Aku bersumpah, Jungkook. Tuhan boleh mengambil nyawaku besok jika aku berbohong." Suara Taehyung meyakinkan. Mengerti begitu melihat raut Jungkook yang ragu.


"Dan Jungkook----"

Mendengar Taehyung kembali bicara mau tak mau Jungkook beralih menatap.

"---Jangan beri batasan untukku."

"Apa?"


Taehyung menghela nafas pelan. "Jangan beri batasan kesempatan untukku. Kumohon terima dan ajari aku hingga aku bisa menjadi pria baik yang kau inginkan. Jika memang nyatanya kau membenci bajingan Taehyung maka---- Biarkan aku berubah sedikit demi sedikit."

HARD (vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang