Chapter 17

20.6K 2.6K 683
                                    

Silahkan play video di atas dulu :')
.
.
.
.

"Hai, Jungkook."

Pagi ini, Jungkook mungkin masih belum ingat betul pesan dari ayahnya lantaran sibuk merenung perihal kekasihnya. Lukanya jelas belum pulih. Namun begitu ia selesai mandi serta berganti pakaian pintu kamarnya sudak diketuk. Dan kini sosok pemuda dengan senyum ramah yang masih asing tengah berdiri menyapanya. Terkejut memang, tapi Jungkook tak bisa mengelak.

"H-hai, Yugyeom hyung, bukan?"

Yugyeom tampak mengangguk. Senyumnya belum menghilang. Banyak bersyukur ketika mulanya bayangan sosok Jeon Jungkook yang terpikir adalah pemuda keras sama seperti sosok Tuan Jeon yang ia temui, namun nyatanya kini justru satu malaikat cantik menyambutnya.

Jujur saja begitu berhadapan dengan Tuan Jeon di kediamannya, sedikit banyak ia was-was. Lantaran tahu betul seperti apa keluarga Jeon yang beberapa kali sering diceritakan oleh ayahnya. Hanya saja, mendapat tawaran bertugas menjaga sekaligus menemani putra tunggal keluarga Jeon tak mungkin bisa ditolak. Hingga akhirnya hari ini ia benar-benar sampai di rumah Tuan Jeon, meninggalkan orang tuanya.

"Lebih lengkapnya, Kim Yugyeom. " Ujar Yugyeom hangat.

Sedang Jungkook mengangguk. Sedikit lega begitu rasanya sosok Yugyeom memang terlihat baik seperti perkataan ayahnya. Sekalipun pakaian serba gelap melingkupi tubuh tegap pemuda itu, namun Jungkook akui wajah rupawan sosok Yugyeom masih jelas menonjol.

"Masuklah, hyung." Suara Jungkook mempersilahkan.

Begitu keduanya duduk bersebelahan di sofa kamar Jungkook, maka pembicaraan mengenai perkenalan mulai terdengar. Dan benar saja bahwa perbedaan usia yang kecil membuat dua pemuda itu akrab dalam sekejab. Sekalipun kenyataannya Jungkook harus bersusah payah menghapus bayangan prianya yang mampir sesekali.

"Artinya kau tak pernah berkawan dengan siapapun selain Jimin?" Yugyeom bertanya antusias. Setelah sebelumnya mendengar kisah kecil dari Jungkook mengenai sosok Park Jimin yang kini ia tahu sebagai satu-satunya sahabat Jungkook.

Jungkook sontak mengangguk. "Dan kau harus memanggilnya 'hyung', karena dia lebih tua empat tahun dariku, hyung." Jelas Jungkook mengingatkan.

"Ah, baiklah." Yugyeom mengangguk, sebelum kembali bicara.

"Ngomong-ngmong, jika memang pengawasanmu seberat ini maka kujamin kau pasti tak pernah punya kesempatan menjalin kasih di usia remajamu, benar?" Yugyeom nampak terkekeh. Kelihatan sekali bahwa ucapanya sekedar candaan.

Sayangnya Jungkook justru tersentak. Tersenyum miris begitu mengingat wajah kekasihnya.

"Ah, tentu saja. Bagaimana bisa aku menjalin kasih ketika ayahku bahkan punya ratusan larangan untukku." Jawab Jungkook, mencoba ikut tertawa.

Tidak pernah menjalin kasih? Omong kosong.

Dirinya bahkan sudah pernah bercinta.

.

.

.

.

.

Ketika hari sebelumnya Taehyung masih tetap pada keras kepalanya, maka hari ini sedikit banyak pemuda itu kewalahan. Nyatanya ketika rasa kesal mendominasi,sekarang rasa khawatir serta takut lebih mengekangnya. Ketika kenyataan bahwa semalam penuh hingga pagi ponselnya tak mendapat satupun pesan dari Jungkook yang awalnya secara diam ia harap akan meminta maaf ataupun menarik kata 'tak lagi bertemu' tak berujung nyata. Jungkook benar-benar serius. Tapi demi apa dirinya pun serius.

HARD (vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang