Chapter 8

31.3K 3.8K 744
                                    

*Warn: yang udah lupa boleh baca ulang chap sebelumnya :''

.

.

.

Jimin menghela napas pelan. Netranya tampak menatap Jungkook dihadapannya dengan memelas—berbanding dengan batinnya yang terus mengumpati pemuda Kim yang tengah duduk diatas motornya tanpa rasa bersalah. Well, kenapa harus dirinya yang selalu menjelaskan ?!

"Jadi—apa yang akan kau katakan hyung?" Tuntut Jungkook. Nadanya sama sekali tak bersahabat walau Jimin jelas bisa menangkap binar kecewa pada matanya. Pemuda manis itu tengah marah, tentu saja.

"Apapun itu, jauhkan dulu pikiran burukmu Jeon. Ini tidak sekotor kelihatannya. Sungguh" Suara Jimin meyakinkan. Namun Jungkook masih tidak tertarik. Memilih bersila tangan didepan dada dengan masih menatap pemuda sipit itu tajam.

"Berhenti melotot! Kau marah pada Taehyung kenapa kau menyerangku?!" Tandas Jimin begitu jengah pada tatapan yang diberikan pemuda Jeon itu.

Belum sempat Jungkook melawan, suara mesin motor yang dihidupkan segera menyentaknya untuk kembali menatap arena balap. Bergidik ngeri begitu suara saling menggaung dari tiap motor besar itu terasa memekakan telinganya. Matanya sontak menelisik bagaimana kini prianya sudah mengenakan helm pengaman—menutup sempurna wajah tampan itu dari pandangannya. Namun dahinya sukses mengrenyit begitu menyadari bahwa para gadis yang duduk pada tiap jok belakang motor besar disana tak memakai helm atau pengaman apapun.

"Konyol sekali" Bisik Jungkook pelan. Belum sempat emosinya reda, kepalanya kembali memanas begitu seorang wanita pembawa bendera bercorak kotak hitam putih berjalan memasuki arena dengan anggun. Bagaimana tidak? Penampilan wanita berambut merah itu terbuka sekali! Bahkan bisa dibilang nyaris telanjang—hanya dengan jeans minim sewarna denim dan bra hitam sebagai penutup belah dadanya yang begitu menonjol. Jungkook hampir saja melempar timberlandnya kesana.

"Jadi ini yang dia lihat sehari-hari? Pantas saja" Gumam Jungkook pelan. Tangannya terlihat meremat ujung sweaternya.

Semua pandangan dari para penonton sontak terfokus pada si rambut merah yang berdiri di tengah arena begitu tangan kanannya mengangkat tinggi bendera hitam putihnya. Berimbas pada gauman motor yang makin menjadi-jadi. Tak butuh waktu lama sampai bendera itu dijatuhkan— hingga kelima motor itu segera melesat.

Jungkook tak melewatkan sedikitpun bagaimana motor hitam kekasihnya melesat—memimpin dengan kecepatan diluar nalar. Ia akui cara seorang Taehyung membawa motornya seolah tengah kesetanan itu terlihat begitu seksi, begitu jantan. Namun rasa khawatir pada prianya jauh mendominasi pikirannya. Berefek pada jantungnya yang merespon dengan detakan cepat. Apa hal ini yang disukai kekasihnya? Bertaruh nyawa hanya untuk uang dan kemenangan.

Begitu kelima motor besar itu hilang dari pandangan—mengingat ini hanyalah balapan liar, seluruh penonton disana segera mengalihkan atensi pada layar besar yang menayangkan rekam cctv yang dipasang pada jalur arena balap. Dan Jungkook dapat melihat dengan jelas motor kekasihnya masih memimpin didepan meski beberapa kali nyaris terlampaui motor putih—milik Sehun dibelakangnya.

"Oh lihatlah para tikus kurang belaian itu, tidakkah mereka berlebihan" Suara pemuda yang tiba-tiba muncul disamping kiri Jungkook sontak mengejutkan bocah itu.

Jungkook menyipit, ia kenal wajah disampingnya tapi ia tidak tahu namanya. "Kau—"

"Mingyu" sahut pemuda itu cepat.

HARD (vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang