Seorang cewek duduk dengan posisi kaki bersila di atas kursi menghadap layar laptop yang terletak di meja belajarnya. Kesepuluh jari cewek dengan rambut dicepol asal itu menari-nari pada permukaan keyboard. Kalimat demi kalimat yang ia rangkai menyatu dengan sempurna.
Gerak jemarinya terhenti sejenak untuk membetulkan letak kacamata minus berbingkai bulat sempurna dengan gaya vintage, serupa dengan jenis kacamata yang dipakai oleh musisi ternama John Lennon atau aktor ganteng Daniel Radcliffe saat memainkan peran sebagai Harry Potter.
Gadis itu mendengar suara sekaligus hawa panas yang timbul dari uap rice cooker yang berada di samping bawah meja belajar. Sadar akan hal tersebut, ia langsung membungkuk untuk mengambil bagian dalam rice cooker berisikan mie instan yang telah matang.
"Auw!" Gadis itu meniup jari-jarinya yang terasa panas usai meletakkan bagian dalam rice cooker ke atas meja. Mengabaikan nasib jari-jarinya yang serasa terbakar, cewek itu memamerkan gigi gingsulnya untuk mengoyak bagian ujung bumbu mie instan.
Aroma menggiurkan dari mie instan yang telah tercampur bumbu memenuhi indra penciumannya dalam sekejap. Cewek itu berdecak kagum dengan mata penuh binar. Seolah-olah mie instan di hadapannya adalah suatu hidangan mahakarya seorang chef hotel berbintang.
Dengan gerakan antusias, cewek itu mulai melahap mie instan yang sudah ia pindahkan ke atas mangkuk. Lamat-lamat merasakan setiap kenikmatan yang tiada tara dari mie instan tersebut.
"NAAAAAAANG!"
Sebuah suara menggelegar dan ketukan-ketukan menyebalkan yang berasal dari luar jendela kamar kosnya membuat cewek itu mendelik dan mengunyah dengan kesal. Ia mencoba tak mengindahkan suara-suara rusuh tersebut dan melahap mie instan buatannya yang begitu maknyus. Namun, seruan demi seruan itu terus saja terdengar.
Gadis itu bangkit berdiri dengan malas dan tak lupa membawa mangkuk mie instan turut serta. Ia berjalan dengan kaki yang dihentak kesal. Sambil melangkah, cewek itu masih saja sempat untuk memasukkan satu suapan mie yang melilit pada garpu.
BRAK!
Jantung Dion nyaris keblinger kala cewek bernama lengkap Firstya Angginafila itu membuka jendela dengan cukup keras.
"APAAN SIH, YON?! BERISIK!" seru Gina garang setelah mie instan di mulutnya tertelan. Kemudian menaruh asal mangkuk mie yang telah tandas tanpa sisa ke atas lemari kecil yang tak jauh dari tempat ia berdiri.
"Nang, entar aja lo marah-marahnya. Sekarang, lo harus menyelamatkan nyawa gue! Hanya elo satu-satunya harapan gue, Nang!" cerocos Dion dengan wajah penuh pengharapan.
Di tangan cowok itu tergenggam sebuah sapu yang tadi berfungsi untuk mengetuk jendela kamar kos Gina. Jendela kamar kos Gina hanya berjarak kira-kira satu setengah meter di seberang jendela kamar kos Dion. Ya, bangunan kos-kosan mereka memang berdiri berdampingan. Kos Gina merupakan bangunan terakhir kos-kosan khusus perempuan dalam deretan itu. Dimulai dari bangunan kos Dion, sampai ke ujung jalan sisanya merupakan kos khusus untuk laki-laki.
Kening Gina kontan terlipat. "Jangan bilang ...." Sekarang, ia mulai menebak-nebak maksud dari perkataan Dion. "Gue ke sana!"
Gina meraih celana training yang tersampir di atas kasur dan mengenakannya dengan gerakan tergesa. Gadis itu meluncur menuruni tangga dengan duduk menyamping di atas hand railing. Gina menutup pintu setelah keluar. Kos khusus perempuan yang ia tempati saat ini begitu sunyi karena rata-rata semua penghuni telah berangkat kuliah atau bekerja. Sedangkan Bu Astuti, pemilik indekos ini sedang berbelanja ke pasar pagi.
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan penampilan Gina sekarang selain kata 'absurd'. Gadis itu memakai daster lengan pendek bergambar Monokorubo selutut yang dipadukan dengan celana training.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]
Romanscover by @nailayaa ❤ Karena Fanzone, Friendzone, Kakak-Adek Zone dan zona-zona cinta lainnya akan kalah sama yang namanya Halal Zone. Tapi untuk memasuki zona itu, kok kayaknya susah amat yak?! Halal Zone Intinya, Kapan dihalalin? Hak Cipta dilindun...