Tersenyum lebar, Gina melepaskan sejumlah sticky notes pengingat deadline tugas kuliah yang akhirnya terselesaikan. Yahow! Sekarang Gina bisa menikmati weekend dengan hati gembira tanpa harus memikirkan tugas negara yang menumpuk menjerit ingin dijamah. Ya ... walaupun Gina tahu tugas-tugas itu akan datang kembali nantinya.
Namanya juga perjuangan pasti ada misi-misi yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Gina jadi ingat wejangan super dari Dion ketika ia rasanya ingin menyerah saja dengan segala tetek bengek per-kuli-ahan yang sudah seperti kerja rodi.
Tugas itu intinya dikerjain, entar juga kelar. Kalau ngeluh mulu kapan kelarnya? – Dion Teguh Golden Ways.
Iya sih, dulu Gina nggak pernah berhenti mengeluh ketika seabrek tugas itu menyerangnya secara bertubi-tubi. Ia juga mulai memahami apa makna ‘Maha’ dari Mahasiswa. Dia harus siap dengan semua ini. Kantung matanya yang kian besar karena kurang tidur. Waktu fangirlingan yang juga tergusur abis. Bahkan kegiatan penting seperti makan saja sempat terlupakan oleh Gina jika saja Dion tak datang menyuapinya sambil mengomel.
Pokoknya, badan, pikiran, jiwa dan raga semuanya terasa lelah. Dia harus benar-benar bisa mengatur waktu. Gina juga pernah menangis tersedu-sedu dan bilang mau berhenti kuliah aja kalau begini terus. Dia merasa nggak sanggup.
Tapi seperti biasa, Dion akan selalu memberikan kata-kata penyemangat untuknya.
“Bawa have fun aja dong, Nang. Jangan dijadiin beban mulu. Yang milih jurusan ini kan juga elo. Inget betapa senengnya lo masuk ini jurusan. Sekarang udah lebih dari setengah jalan, pikirin mama yang udah ongkosin elo sampai sejauh ini.”
“Pokoknya orang wisuda elo wisuda juga. Tengok ke belakang. Semester dulu juga nangis-nangis tapi bisa dilewatin, kan?”
Benar juga. Toh, tugas-tugas itu juga untuk kebaikannya sendiri dan sebagai bekalnya di kemudian hari. Coba lihat Dion, cowok itu jauh lebih sibuk dibanding dirinya. Tapi Dion bisa membagi waktunya dengan teramat baik. Gina juga nggak pernah lihat Dion mengeluh. Meski muka Dion tak jarang kelihatan capek, Gina hanya bisa melihat gelak tawa dan senyum tengil di sana. Gina jadi merasa tidak enak kala teringat ia selalu menyusahkan Dion dengan masalah-masalahnya.
“Dion ke mana, ya?” Gina bergumam setelah membuka jendela kamarnya. Memandangi jendela kamar Dion yang tertutup rapat. “Apa masih molor?”
Gina meringis. Tadi malam mereka telepon-teleponan sampai larut malam. Udah kayak orang pacaran aja.
Hm.
Eh, tapi nggak mungkin Dion masih molor. Ini udah hampir tengah hari dan Dion Awan Angkasa tidak punya sejarah malas bangun pagi seperti dirinya. Tak seperti Gina yang akan tidur lagi setelah shalat shubuh, Dion itu tipe cowok yang pulang dari masjid abis shubuh bakalan langsung melakukan aktivitas harian yang telah terjadwal dalam notesnya.
Sekali lagi, Dion memang cowok yang terorganisir dan pintar membagi waktu. Sebagai cewek, Gina jadi malu sendiri menyadari dirinya yang begitu acakadul.
Kalau Dion ada, emangnya gue mau ngapain? Suara hati Gina bertanya penasaran.
Refreshing, lah! seru suara hati Gina yang lain mengingatkan.
Tapi refreshing ke mana? Sama siapa? Berduaan doang? Ciye berduaan.
Ini siapa lagi coba yang nimbrung? Gina menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri. Dari tadi ia terus berceloteh dalam hati. Dan pikirannya kenapa juga harus tertuju dengan Dion, Dion dan juga Dion.
Heloooow. Banyak hal yang bisa ia lakukan. Ngestalk kabar terkini Kiev Bhagaskara kek, bantuin ibu kos di fotokopian, naik ke atas genteng kek atau tidur sampai ketiduran. Lho, gimana tuh? Au ah, bodo amat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]
Romancecover by @nailayaa ❤ Karena Fanzone, Friendzone, Kakak-Adek Zone dan zona-zona cinta lainnya akan kalah sama yang namanya Halal Zone. Tapi untuk memasuki zona itu, kok kayaknya susah amat yak?! Halal Zone Intinya, Kapan dihalalin? Hak Cipta dilindun...