Dion berlari tunggang-langgang. Suara panik ibu kos di telepon tadi kembali terngiang-ngiang di telinganya. Bahwa kejadian keramat itu ... telah kembali terulang.
"NANG, TURUN NANG!" seru Dion dengan kepala mendongak. Meneriaki seorang gadis yang sedang berjongkok di atas genteng. Air mata gadis itu tumpah ruah. Cuaca kini teramat mendung semendung hatinya. Ya, dia patah hati. Lagi. Untuk yang ke sekian kali.
"Nggak! Gue nggak akan turun!" sahut gadis itu kekeuh.
Dion berdecak. Seorang Firstya Angginafila memang selalu membuat hidupnya tak tenang sejak mereka masih duduk di bangku SMA. Cowok itu melempar ranselnya sembarang. Digulungnya lengan kemeja yang ia pakai sampai ke atas siku sebelum bertolak pinggang.
"Turun! Entar lo kesamber geledek, pe'a!" cecar Dion sambil menunjuk-nunjuk Gina.
"Iya gue emang pe'a, puas lo?!" Gina berseru frustrasi. Gadis itu kemudian berdiri, berjalan di atas genteng seolah tak takut dengan apa pun.
Dion mengacak rambutnya lalu menaiki tangga dengan cepat. Menyusul Gina yang kini meneruskan kegiatannya sambil menangis tersedu. Kegiatan yang rutin cewek itu lakukan saat patah hati; memperbaiki genteng tempat fotokopi ibu kos yang bocor.
Percaya tidak percaya, tatkala Gina mengalami yang namanya broken heart, genteng tempat fotokopi ini juga selalu mengalami keretakan. Dan kala Gina menumpahkan segala perasaannya di markas yang biasa ia dan Dion gunakan sebagai tempat nongkrong bersama ibu kos ini, titik demi titik air hujan merembes membasahi lantai seiring dengan tangis yang berlinang dari bola mata Gina. Entah kebetulan atau tidak, Gina tidak begitu paham. Yang jelas, usai hujan reda, Gina selalu naik ke atas dan memperbaiki genteng yang bermasalah meski ibu kos telah mati-matian melarangnya. Gina selalu berkata, cukup hatinya yang berlubang, genteng tempat fotokopi ini, jangan.
"Ngapain juga lo nyusulin gue? Mau ngomelin gue lagi, ha?" sungut Gina ketika Dion telah duduk di sampingnya.
Butuh waktu yang lama untuk Dion berada di tempat itu. Dia tidak takut ketinggian. Hanya saja, meski basah dari hujan gerimis beberapa saat yang lalu telah perlahan mengering, tetap saja masih ada titik-titik air yang tercipta. Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa ia jatuh terpeleset.
"Sekarang, kenapa? Cerita sama gue," tanya Dion setelah berhasil duduk dengan nyaman.
Gina melepas palu kemudian menyurukkan wajah di antara lutut kaki.
"G-gue kira ... Ruri mau nunggu gue, Yon. Pedekate sama siapa, jadiannya sama siapa...." Gina berkata lirih sambil sesenggukan.
Dion langsung melotot. "Udah berapa kali gue bilang? Dia itu tukang PHP. Lo yang ngeyel dibilangin!"
Yap, Ru-ri. Cowok yang beberapa bulan ini menjajaki masa PDKT dengan Gina. Ruri udah menggebet Gina sejak dahulu kala. Ruri juga pernah menyatakan perasaannya tetapi Gina menolak karena merasa terlalu cepat. Mereka baru kenal dua hari saat itu dan Ruri langsung mengajaknya berpacaran.
Ruri masih terlalu asing untuk Gina. Namun, setelah Gina mulai membuka hati, ternyata cowok itu malah jadian sama cewek lain. Memang, terlalu cepat salah. Terlalu lama juga salah. Semua serba salah.
"Elo tuh ya, Nang. Kalau orang tuh mending, dikasih tau masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ada juga nyangkut-nyangkutnya dikit. Lah, elo. Masuk telinga kanan, keluar telinga kanan juga. Nggak nyampe telinga kiri. Mantul!"
Tangis Gina pun semakin menjadi-jadi mendengar cercaan Dion. Gina terlalu keras kepala untuk diberi tahu meski mulut Dion mungkin telah berbusa memperingatkannya.
"Ruri baik, kok. Dia perhatian banget sama gue, Yon!" bela Gina di masa lampau waktu Dion membeberkan fakta bahwa Ruri adalah seorang playboy cap ikan teri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]
Romantizmcover by @nailayaa ❤ Karena Fanzone, Friendzone, Kakak-Adek Zone dan zona-zona cinta lainnya akan kalah sama yang namanya Halal Zone. Tapi untuk memasuki zona itu, kok kayaknya susah amat yak?! Halal Zone Intinya, Kapan dihalalin? Hak Cipta dilindun...