21 - Jadi, Kita Nikahnya Kapan?

12.1K 1.5K 269
                                    

Sesungguhnya orang yang bersabar akan dibalas pahalanya tanpa perhitungan
(Az-Zumar : 10)

❤❤❤

"Hah? Taarufan? Kita?" Gina terlihat sangat syok atas pernyataan Dion.

"Tapi bunyi kentut lo aja gue udah apal. Ngapain pake taarufan lagi, ye?" Dion terkekeh. Mendengar itu, kepalan tangan Gina terulur untuk menonjok bahu Dion, tapi nggak jadi.

"Yon, lo ngigo? Lo tau kan taaruf itu tujuannya buat nikah?"

"Iya, tau," jawab Dion yakin.

Alis Gina makin menukik. "Terus ngapain lo ngajak gue taarufan?"

"Karena tujuan gue nikah sama lo."

"APA?!" Mulut Gina ternganga lebar.

Suer tekewer-kewer ini bukan bulan April jadi nggak mungkin April Mop.

Gina mengedarkan pandangan. Siapa tahu ada kamera tersembunyi dan sekarang Dion lagi ikut program tipi jail terus akhirnya bilang, "Kena, deh!"

Atau jangan-jangan Dion lagi taruhan sama Pilip dan Juli buat ngerjain dia? Kalau benar begitu, beribu pembalasan sadis sudah terlintas dalam benak Gina untuk tiga sekawan itu. Namun, hati Gina yang lain seolah berbisik. Bagaimanapun menyebalkannya Dion, dia tak akan mungkin sejahat itu untuk menjadikannya bahan taruhan. Apalagi dalam konteks pernikahan seperti ini.

Gina menghela napas panjang-panjang. "Maksud lo apa sih, Yon? Sumpah bercanda lo nggak lucu."

"Gue serius, Nang." Dion kukuh di tempatnya berdiri. Langit seolah memberi semangat pada Dion karena hujan yang perlahan teduh. "Kalau gitu gue ralat, gue nggak lagi ngajak lo taaruf, gue mau ngelamar lo."

"HAH?!" Gina menampar pipinya. Nggak mungkin. Ini pasti mimpi.

"Ini bukan mimpi, jadi stop nabokin pipi. Gue serius. Lo nggak liat muka gue serius banget nih?" Dion menunjuk raut wajahnya yang mencoba meyakinkan Gina.

"Apaan sih? Lo abis denger tadi Hafi sama Aira mau nikah jadi mau nikah juga? Jangan main-main deh, Yon. Lo nggak mikirin cewek yang lo suka itu? Dia kenapa? Nolak cinta lo? Denger ya, Yon. Gini-gini gue bukan opsi!" Ada sedikit emosi yang terpancar dari wajah Gina.

Dion memandang Gina lekat. "Gue mikirin cewek itu. Hampir setiap hari. Bahkan sekarang ketika gue ada di hadapan dia."

"Hah?"

"Cewek itu elo, Firstya Angginafila. Dari dulu, cewek itu elo."

"Apa?!" seru Gina tak percaya. Cewek yang Dion suka itu ... dirinya?

"Gue tau gue udah banyak bohong ke elo buat nutupin perasaan gue. Gue serius. Lo bukan opsi. Sama sekali bukan. Karena lo satu-satunya pilihan gue, nggak ada yang lain. Gue nggak mau kita pacaran. Gue mau ... kita nikah."

Gina begitu kaget mendengar ungkapan hati Dion yang sebenarnya telah cowok itu pendam sejak lama.

"Kalau lo mau, sekarang juga gue bakal pulang nemuin mama lo," tukas Dion.

"Dion! Bentar duluuu." Gina mengambil napas sebanyak-banyaknya. Jantungnya jumpalitan.

"Jangan lama-lama kagetnya. Gue butuh jawaban. Lagian juga kita nggak bakal langsung kawin besok, Nang."

Gina menggigit bibir bawahnya. "Gue masih kaget. Sumpah."

Dion tahu ini memang terlalu mendadak tapi ia sudah memikirkan hal ini matang-matang. "Kalau yang dimasalahin masa depan kita nanti. Gue udah punya tabungan. Gue juga nggak mungkin nelantarin lo dan masalah rezeki udah dijamin sama Allah."

Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang