Mungkin sudah lebih dari tiga puluh menit Gina menghabiskan waktu di dalam distro ternama yang terletak pada salah satu mal besar ibu kota ini. Gina ingat, sekitar satu tahun yang lalu, mungkin pada awal semester empat, ia pernah menyambangi tempat ini bersama Dion.
Saat itu Dion sedang berbahagia karena mendapat honor pertamanya sebagai penyanyi di sebuah cafe terkenal. Setelah mentraktir cewek itu makan sepuasnya, Dion meminta Gina untuk memilihkan kemeja flanel yang akan ia beli.
Gina menghela napas memandangi dua potong kemeja di kedua tangannya. Kemeja itu bermotif kotak-kotak dan juga berwarna abu-abu. Hanya dua kemeja tersebut yang memiliki persentase kemiripan mendekati kemeja Dion yang telah ia gosongkan secara tak sengaja.
"Yang ini apa yang ini, Ya?" Gina bertanya pada seorang cewek yang sedang sibuk memilih kemeja-kemeja flanel khas anak muda itu.
"Woy, Kiyayaya!" Gina mengentakkan kaki saat berjalan menghampiri Kiya.
Iya, ini Kiya teman dunia maya Gina sesama penggemar Kiev Bhagaskara pada waktu SMA dulu. Jangan lupakan fakta bahwa Kiya juga merupakan sepupu Dion. Ayah Kiya adalah adik kandung dari Adhyasta Cendikiawan Angkasa alias Pak Kepsek.
Meninggalkan Bandung, Dion dan Gina merantau untuk berkuliah di Jakarta. Padahal, kedua orang tua Kiya menawarkan Dion untuk tinggal di kediaman mereka. Keluarga Kiya memang telah lama menetap di Jakarta. Tetapi Dion menolak dan lebih memilih untuk tinggal di kos-kosan dekat Gina.
Et, dekat kampus maksudnya.
"Oy, Ya! Kiya calon bini Julian Kenneth Rojali! Lo denger gue nggak sih?!"
Gina mulai mengomel dan membawa-bawa nama Juli, pacar Kiya yang juga sohib satu kos Dion. Juli dan Kiya sudah menjalin kasih sejak masih jadi mahasiswa baru.
"Iya-iya! Rengginang Poli bawel amat sih." Kiya menolehkan kepala hingga rambut indahnya terbang menampar wajah Gina yang langsung memberengut. Gina kembali menghela napas panjang-panjang meredam emosinya.
"Elo juga, nyebelin! Jadi, yang mana nih?"
Gina menunjukkan dua kemeja yang ada di tangannya. Berpikir, Kiya mengetuk-ngetuk telunjuknya dengan anggun di depan dagu.
"Hm ... dua-duanya bagus," komentar Kiya akhirnya. "Lagian lo kenapa sih, bukannya beli sama Dion aja." Kiya mendumal kesal.
"Dion nggak mau gue ganti," sahut Gina cepat.
"Ya udah. Kalau begitu nggak usah diganti, ribet amat."
"Nggak bisa gitu, dong. Entar gue terus-terusan dihantui rasa bersalah."
"Ya udah yang ini aja," putus Kiya dan menunjuk salah satu kemeja yang Gina tenteng.
Gina malah terlihat tidak setuju akan pilihan Kiya. "Nggak yang ini aja nih? Kayaknya Dion lebih cocok pake yang ini."
"Apa sih bedanya? Kemeja flanel mah gitu-gitu aja juga, Na." Kiya memutar bola mata. "Walaupun gue males bilangnya, tapi Dion Awan Angkasa aka sepupu gue itu ganteng-ganteng aja mau pake apapun juga."
Mau tak mau Gina membenarkan ucapan Kiya. Buktinya, Dion tetep aja tamvan meski mengenakan daster waktu dulu ikut lomba tarik tambang. Memeriahkan acara tujuhbelasan yang diselenggarakan karang taruna daerah kos-kosan mereka.
Gina berpikir cukup lama sebelum menentukan keputusannya.
"Ya udin, entar gue beli sama Dion aja dah."
"Si kampret." Kiya harus menahan diri untuk tidak memberi amukan pada Gina. "Jadi kita lama-lama di sini ngapain?!"
Gina hanya menyengir tanpa dosa dan mengembalikan dua kemeja itu ke tempat semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]
Romancecover by @nailayaa ❤ Karena Fanzone, Friendzone, Kakak-Adek Zone dan zona-zona cinta lainnya akan kalah sama yang namanya Halal Zone. Tapi untuk memasuki zona itu, kok kayaknya susah amat yak?! Halal Zone Intinya, Kapan dihalalin? Hak Cipta dilindun...