Malam harinya kami memutuskan untuk berdiam diri di homestay. Aku sedang menikmati lagu Zutter dari G-Dragon dan T.O.P Big Bang, salah satu boy band di Korea Selatan. Aku merebahkan tubuhku di kasur dan sesekali menggoyangkan badanku. Ria sedang menggambar sketsa pemandangan Candi di sampingku. Anak ini selalu membawa peralatan menggambarnya, meskipun hanya sketchbook dan pensil. Sedangkan Madi masih serius dengan rapat sie perlengkapan melalui grup Whats App.
"Enha, kamu suruh lihat WA nya Oca. Dia nge-ping aku tiga kali ini. Katanya kamu suruh baca dan balas WA dia." Kata Madi yang sedang duduk di kursi kayu.
"Eh, iya. Aku lupa."
4 messages from Oca
Oca : En, aku kirimin tata tertib yang kemarin dong. (Pukul 15.30 WIB)
Oca: En, aku kirimin tata tertibnya sekarang, si Gilang nagih aku. (Pukul 16.45 WIB)
Oca: Eh buset Enha!! Woy! Bales WA aku kenapa? (Pukul 17.00 WIB)
"Masyaallah ...." Aku bangun dan duduk di kasur.
"Kenapa, En?" Tanya Ria yang ikut terbangun dan duduk menghadapku.
"Oca nagih tata tertib yang aku ketik kemarin. Mana aku cuma bawa flashdisk tapi gak bawa kabel OTG. Kalian punya?"
"Enggak punya." Jawab mereka serentak.
Aku langsung mengetikkan balasan untuk Oca dengan perasaan was-was takut Oca marah padaku.
Enha: Bu bos, maafin baru buka dan baru online. Harus sekarang ya kak?
Oca: Harus sekarang, En. Draftnya juga di kamu kan soalnya. Gimana nih?
"Mampus gue." Aku menepuk jidatku dengan sebelah tangan.
"Coba deh kamu pinjem sama Arsal cs."
"Sejak kapan Arsal punya embel-embel cs hahaha ...." Aku tiba-tiba tertawa mendengar perkataan Ria.
"Ini anak masih sempet ketawa,ya. Udah sana cus pinjem kabel OTG ke mereka." Kata Madi.
"Ketawa aja gak boleh. Ih ... jahat."
Aku mendapat satu pesan lagi dari Oca.
Oca: Buruan Enha cantiiiik. Emak nanti dimarahin sama babe Gilang.
Enha: Iya, mak. Enha coba cari kabel OTG dulu,ya.
Oca: Kalo gak ketemu, kamu harus balik Jogja besok lusa loh,ya.
Enha: Emak jahat sama budak. T.T
"Heh! Gimana? Jadi pinjem enggak, malah keliatan mewek gitu liatin HP." Ria menatapku dan melihat percakapanku dengan Oca.
"Puk-puk Enha." Ria menepuk pundakku.
"Kalo gak ketemu kabelnya jadinya kita besok lusa kudu pulang. Bareng-bareng!" Aku mengancam kedua sahabatku. Aku tidak mau pulang ke Jogja sendirian. Aku takut salah jalan saat pulang dari Wonosobo ke Jogja.
"Eh .... Kenapa bawa-bawa kita coba? Udah sana cus ke mereka mumpung masih jam sembilan."
"Temenin."
"Anak kecil. Minta dianterin." Madi mengejekku.
"Ri ... anterin aku. Madi jahat." Aku menatap Ria memelas.
"Yaudah, yuk." Ria kemudian turun dari kasur. Aku juga mengikutinya. Sementara Madi hanya mengamatiku dengan muka mengejeknya.
"Gak ikut? Ngecengin cowok-cowok ganteng loh?" Tanyaku sambil menatap nakal sahabatku satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Trip
RomanceKamu selalu membuatku ingin lari dari sini. Mencoba menapaki setiap bagian yang ada di sudut kota. Ahh..hanya mimpi. Mimpi itu kini ku tutup rapat dalam peti yang kunamakan kenangan. Sampai kamu kembali lagi menapaki hari - hari ku. Tapi bukan kamu...