Rencana (1)

38 4 15
                                    

Sudah lima kali aku membolak – balikkan posisi tubuhku yang ku baringkan di kasur. Mencoba untuk tidur? Bukan..mencoba berpikir. Bukan berpikir tentang persiapan OSPEK yang sudah semakin dekat. Tapi aku merasa suntuk di rumah seharian. Liburan panjang cuman di kasur sama nungguin kabar rapat panitia OSPEK?. Oh..God..mana rencana kamu, En yang katanya mau travelling? Ah aku lupa, aku sudah tak berjiwa seorang traveller semenjak saat itu.

Aku menyambar Hp yang ada di meja belajar samping tempat tidur. Aku tak tau ingin ku apakan Hp ini sampai aku ingat bahwa Ria akan pulang ke rumahnya sebelum technical meeting. Aku mulai mengetik sebuah pesan.

To : Ria

Kamu jadi pulang ke wonosobo, ri?

Tidak lama kemudian bunyi pesan wa dari Ria langsung menyapaku.

Iya. Kenapa? Mau ikut?

Aku yang sangat senang dan entahlah..aku merasa semangat sekali untuk pergi dari rumah langsung menelpon ria.

"Halo ri?" Sapaku ramah.

"Kenapa? Mau ikut ke rumahku?"

"Mauuuu!!! Mau banget ri. Boleh kan? Kamu pulang hari apa?"

"Boleh..tapi kamu gak apa – apa? Bukannya sie kedisiplinan banyak tugas ya?"

"Udaah tenang aja, partner ku kan gampang diajak ngobrol..haha bisa jarak jauh juga kalo rapat."

"Yaudah kalo gitu. Besok kita ke Dieng aja, mampir bentar ke rumah terus berangkat ke Dieng gimana? Tapi kita otw ke Wonosobonya besok Rabu."

Dan hari ini hari Senin. Aku belum siap – siap dan ayahku..aku belum minta ijin dengan beliau.

"Okedeh. Nanti kita omongin lagi, ya di rapat."

☼☼☼☼

Pertemuan kesekian kalinya ini membahas perlengkapan yang harus dibawa MaBa (Mahasiswa Baru) di OSPEK hari ke-2. Aku dan partnerku, Oca sibuk membuat nama – nama barang yang akan dibawa menjadi sebuah teka – teki. Diantaranya ada 'gulaku' yang kuganti dengan Gula Ibu dan 'teh sari murni' yang kuganti dengan teh bunda sari.

"Udah semua kan?" tanya Oci padaku. Dia adalah penanggung jawab di bagian sie kedisiplinan. Aku salah satu anak buahnya.

"Sie Kedisiplinan?" Seseorang yang duduk di tengah lingkaran panitia memanggil dan menoleh ke arahku.

"Apa?" Jawabku pada Gilang.

"Udah semua kan list barang yang kudu dibawa MaBa sama tata tertibnya?"

"Udah bos. Tinggal di share di grup MaBa sama ngeprint buat TM." Jawab Oci dengan bangga.

"Sip!"

Setelah merasa bahwa sang ketua tidak lagi berurusan dengan sie kedisiplinan, perhatianku kemudian tertuju ke Ria yang sedang sibuk menghitung anggaran di kertas yang mulai padat dengan angka – angka.

"Oci..aku tempat Ria dulu ya. Ada urusan."

"Oke. Nanti balik kesini lagi, aku belum ngetik tata tertib sama listnya di laptop soalnya."

"Iye bos..gampang. Bentar doang." Aku langsung berdiri dan berjalan ke tempat Ria.

"Repot banget buk, ngitung tagihan hidup ya? Eh anggaran konsumsi..hahaha". Aku pun duduk di samping Ria.

Ria hanya tersenyum dan fokus ke hitungannya. Disini juga ada Aldi yang membantu Ria menghitung anggaran.

"Partner ketemu gede." Celetukku pada pasangan satu ini. Udah satu jurusan walaupun beda kelas. Ikut kepanitiaan dapetnya satu bidang. Jodoh.

"Daripada kamu. Stuck disitu..mulu. Gak capek?" balas Aldi yang diikuti cekikikan Ria.

"Jahat lu Di.." Aku mengaku kalah soal ini.

"Udah..selese. Eh gimana? Jadi kamu ikut aku? Cuma berdua aja?" Tanya Ria yang menyerahkan anggaran ke Aldi yang sedang menghidupkan laptop miliknya.

"Jadi dong.. ajak Madi juga lah. Eh iya, Madi mana ya?"

"Kenapa?" Tiba – tiba Madi sudah ada di belakangku dan duduk di sampingku. Mungkin aku tidak menyadarinya karena dia terhalangi oleh badan Akbar, partner satu sie perlengkapan dengan Madi.

"Kita mau ke wonosobo. Mau ikut?" Aku dengan semangat menanyakannya pada Madi yang terlihat aneh melihatku seperti ini.

"Berapa hari? Terus kapan berangkatnya?"

"Kalo bisa seminggu. Aku mau mampir rumah juga. Soalnya ibu aku pasti suruh kita nginep di rumah semalem dua malem. Terus besoknya baru ke Dieng. Kita nginep disana? Gimana?"

"Em...boleh si..tapi aku belum ngomong sama ortu. Dadakan si, aku belum nyiapin apa – apa." Jawab Madi ragu.

Sebenarnya akupun ragu untuk pergi. Bukan takut. Tapi restu orang tua nomor satu. Gak mungkinkan kita pergi tanpa direstui?

"Bolehlah..bilang aja nginep tempat Ria. Terus Ria kan tau mana Dieng terus tempat wisatanya juga. Pasti boleh." Aku mencoba memaksa sahabatku yang memerlukan dua tiga kali pemikiran.

"Ya ampun, Mad. Aku juga belum siap – siap kali. Udah seadanya aja, toh kita mampir ke rumahku dulu kan."

"Em..aku pikir – pikir dulu lagi deh."

"Oh..God.. banyak mikir keburu TM terus yang nyesel gak jadi main siapa? Ya aku!" Kataku kesal sambil menatap Madi.

"Iyee..bawel. tapi bentar deh..terus kalian emang udah bilang ketua? Kamu En, emang udah bilang sama Oci juga?".

Aku, Ria, dan Madi hanya bertukar pandang. Sementara Aldi yang mendengar hanya tertawa kecil kemudian fokus pada kerjaannya kembali.

"Aku si belum..coba deh.." Kataku sambil melempar pandangan ke arah Oci dan Gilang.

☼☼☼☼

Unpredictable TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang