SEPANJANG JALAN (KENANGAN)

22 4 22
                                    

Masa laluku kembali ketika aku mencoba menjalani misi yang aku pernah buat bersamamu. Sekarang. Setelah semua berakhir. (Enha)

Kami bertujuh sudah keluar komplek Candi Arjuna. Di sana sudah ada minibus dan sopir yang menjajakan paket keliling wisata Dieng. Tapi kami bertujuh dengan kompak menolaknya. Mungkin karena kami mahasiswa. Tau kan. Kantongnya gak tebel – tebel amat. Masih minta orang tua kalo main. Tapi kalo travelling kayak gini ya nabung dulu, gak langsung minta segepok sama ortu.

"Kalian habis ini langsung lanjut kemana? Dieng teater yang ada disitu?" Tanya Arif pada kami bertiga grup cewek.

"Kita rencana mau cari homestay." Jawab Madi yang langsung dianggukan oleh aku dan Ria.

"Oh..homestay. Kayaknya sebelah homestay kita tadi masih kosong satu kamar kan, Yor?" Tanya Arsal pada Yorry.

"Iya. Emang butuh berapa kamar dulu? Apa mau sekamar sama abang?" Yorry menggoda kami. Kami bertiga memasang tampang "jijik" pada Yorry dengan seketika.

"Bercanda neng. Serem amat mukanya."

Grup cowok kemudian tertawa melihat kami. Yah..kami memang tidak menyukai rayuan gombal para lelaki. Basi. Apalagi kalo topiknya vulgar gitu. Pengen disiram pake minyak tanah terus dibakar. Biar setannya pada keluar kepanasan. Aku pernah berkata seperti itu saat salah satu teman kami merayu dengan kata – kata vulgar.

"Butuh berapa kamar?" Tanya Dirga pada kami.

"Satu kamar tapi bisa buat bertiga." Jawab Ria.

"Bisa.bisa.. ikut kita aja, kalian gak ke Dieng teater kan?" Arsal menatap Madi. Sekali lagi. Bukan menatapku. Mungkin dia sudah tidak ada rasa lagi denganku. Seharusnya begitu. Tapi tidak denganku.

"Gimana?" Tanya Madi pada aku dan Ria.

"Enggak ah, perutku sakit." Kataku jujur. Aku merasa perutku dari tadi sudah tidak waras. Aku juga ingin pergi dari hadapan Arsal segera.

"Aku ngikut aja." Jawab Ria.

☼☼☼☼

Perjalanan menuju homestay lumayan jauh. Sesekali Yorry yang ada di depan kami grup cewek, mendendangkan lagu – lagu galau dengan suaranya yang sedikit di lebih – lebihkan. Sedangkan Arif memainkan beatbox ala – alanya sambil tangan kanannya seperti bermain piringan hitam layaknya dj night club.

"Aku bisa membuatmu..jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta..." Yorry bernyanyi sesekali melihat kami bertiga. Madi dan Ria tampak menikmati lagu yang didendangkan Yorry. Bahkan Ria ikut bernyanyi.

Membuatmu jatuh dari jurang seru kayaknya. Batinku. Mungkin aku terbawa dengan keadaanku yang sedang datang bulan. Jadinya aku mudah sekali marah. Mood swing.

"Masih lama gak sih? Ini gak salah jalan kan?" tanya Madi pada Arsal yang ada di depannya. Arsal langsung menyamai langkah Madi dan berjalan di sampingnya. Aku memilih mundur satu langkah dari Arsal, sehingga aku berada di samping Dirga. Ria melihatku saat aku mundur satu langkah. Tapi aku langsung berpura – pura ingin tahu dengan kamera Dirga. Aku menatap kamera Dirga yang ada ditangannya. Setelah Ria membalikkan badan lagi, aku langsung menatap pemandangan lahan pertanian sayur mayur dan buah – buahan yang ada di samping kanan-kiri jalan. Saat aku menatap Dirga, ternyata dia juga menatapku. Kami saling memandang untuk beberapa detik, dan kemudian kami menatap ke arah yang berlawanan.

"Lumayan lah. Kalo jalan kaki ya kudu sabar aja. Udah capek?" tanya Arsal balik pada Madi.

"Oh..yaudah." Madi tidak menjawab pertanyaan Arsal. Madi justru mengajak bicara pada Ria sambil berbisik.

"Ri..si Enha kenapa?" Tanya Madi berbisik pada Ria. Aku sama sekali tidak tau jika mereka menanyakan keadaanku.

"Enggak tau juga. Tiba – tiba kayak gini. Nanti kita tanya aja abis sampe homestay" Jawab Ria tanpa melihat ke arahku.

☼☼☼☼

Kira – kira kami sudah berjalan sepuluh menit lebih. Sudah tampak dari kejauhan bahwa ada peradaban di sana. Ada sebuah desa. Ketika kami berhenti pada salah satu homestay, yaa..homestay yang ditempati grup cowok, Arif menunjuk rumah di sebelah yang bertuliskan "homestay aseri".

"Itu. Masuk aja. Tadi si masih kosong, gak tau kalo sekarang." Kata Arif pada kami.

"Makasih." Kataku pada Arif.

"Jangan lupa tipsnya."

"Eee...mang gombal mulai. Aku laporin Dani biar digebuk sapu lu ya?" Yorry mencoba mengancam Arif yang menggodaku. Aku tidak tahu siapa Dani, yang jelas itu seperti nama laki – laki. Apa mungkin?

"Dani?" Aku tidak sengaja bertanya karena saking penasaran. Daripada dipendam dan mikir yang enggak – enggak kan. Nambah dosa.

"Ceweknya Arif. Kalo kalian digombalin sama Arif bilang kita. Nanti langsung aku laporin Dani. Biar mampus waktu sampe Jogja. Ahahha.." Jawab Arsal.

☼☼☼☼

Ada tokoh baru disini. Awalnya aku juga kaget kenapa nama cewek kok kayak cowok (mianhe @ramadhani ^.^). Kalo ada yang penasaran sama kisahnya Arif dan Dani, tenang..next chapter bakal ada kisah mereka kok.

Unpredictable TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang