APA KABAR KAMU (?)

22 4 10
                                    

Sudah hampir sepuluh menit kami berjalan di jalan setapak ini. Masih komplek Candi Arjuna. Madi dan Ria ada di depanku, sedangkan Dirga ada di sebelahku. Aku mengamatinya yang berhenti dan mulai memotret Madi dan Ria dari belakang. Mereka tampak seru dengan obrolannya. Dirga yang tahu jika aku mengamatinya kemudian mengarahkan kameranya kepadaku.

"Kok jadi aku yang difoto?" Tanyaku canggung.

"Soalnya kamu kayak heran banget liat orang pake kamera analog." Jawab Dirga santai sambil kembali berjalan. Aku juga kembali berjalan dan menyamai langkahnya.

"Bukannya hasilnya nanti hitam putih ya?" Aku tak tahu sebutan apa yang hasil fotonya berwarna hitam putih.

"Enggak." Jawab Dirga singkat sambil menatapku sekilas.

"Masak sih?" Aku tidak percaya dengan jawaban Dirga.

"Pertanyaanmu tu kayak orang lagi makan tapi ditanya kamu lagi makan?" Dirga kembali menatapku. Lama. Aku yang mendengar jawaban Dirga sontak menutup mulutku rapat dan mengumpat diriku sendiri. Enha bego..bego..

"Malah diem aja. Emang si hasilnya hitam putih, kesannya kayak kuno gitu, susah nebak emosi. Tapi disitu asiknya, kapan kita ngarahin kamera yang pas ke objek biar emosi di fotonya ke luar." Dirga menatap langit seakan sedang menerawang.

Aku hanya manggut - manggut dengan jawaban Dirga. Aku bingung harus berkata apa.

"Ditunggu loh, lama banget kalian jalannya." Madi dan Ria yang jaraknya sudah tidak jauh dariku menatap kami penasaran. Mulai nih pikirannya.

"Gak usah mulai deh, mak." Aku berlari kecil ke arah Madi dan Ria. Kami melanjutkan perjalanan ke luar kompleks Candi. Dirga ada di belakang kami.

"Ga, katanya kalian mau ketemu dimana?" Ria bertanya pada Dirga sambil menengoknya. Mungkin Ria bertanya hanya ingin memastikan bahwa keberadaan Dirga tidak diacuhkan oleh kami.

"Janjiannya disini. Mungkin sebentar lagi ketemu. Gak ada sinyal disini buat ngehubungin mereka."

Kami bertiga mengucap OH secara bersamaan. Entah apa yang lucu dari situ, kami bertiga kemudian tertawa bersama.

"Besok lagi nitip lah..hahaha" Kata Madi.

"Besok dibikin suara satu suara dua." Kata Ria.

"Besok kita rekaman terus bikin girl band..hahaha" Aku menambahkan. Aku mendengar Dirga ikut tertawa kecil bersama kami. Walaupun dia pendiam menurutku, tapi dia memiliki selera humor yang sama dengan kami. Gak jelas.

Sebelum kami berjalan turun mengikuti arah yang bertuliskan pintu keluar, aku melihat seseorang yang tidak asing diingatanku. Atau mungkin aku hanya rindu. Entahlah..

"Itu mereka." Kata Dirga yang kemudian berjalan mendahului kami. Ia berjalan ke arah tiga orang laki - laki yang sedang mengobrol dan sesekali tertawa. Aku, Ria, dan Madi secara otomatis berjalan menuju ke arah mereka, seperti Dirga.

"Woy!" Sapa Dirga pada mereka.

"Akhirnya orangnya dateng juga. Aku pikir gak bakal kesini. Kita udah nunggu hampir satu jam. Lemot lu." Kata seseorang yang tingginya sekitar 170 cm.

Aku yang jaraknya sekitar lima meter dari mereka kemudian berhenti dan menatap orang tersebut. Dia bukan Arsal kan? Gumamku.

"Eh..eh..ada eneng gelis. Barengan sama Dirga ya neng?" Ya..siapa lagi kalo bukan Yorry yang sangat sigap jika bertemu dengan perempuan.

"Gaas teruss..main nyosor aja.." Arif mencoba memperingati.

Ria dan Madi sudah ada di gerombolan mereka. Saat mereka menyadari bahwa aku masih di belakang, mereka menengok ke arahku termasuk ke empat laki - laki itu.

"En? Kamu gak apa - apa kan?" Tanya Ria terlihat khawatir padaku. Aku hanya terdiam dan masih menatap Arsal.

"Kinan?" Arsal memanggilku mencoba memastikan bahwa aku adalah Kinan yang dia kenal dulu. Sedangkan Ria, Madi, dan Dirga menatap Arsal heran. Aku kemudian berjalan ke arah mereka.

"Kinan, apakabar kamu?" Tanya Arsal padaku sambil memberikan tangan kanannya padaku.

"Baik alhamdulillah." Sepertinya. Aku memberikan tanganku dan menerima jabat tangannya.

"Jadi kalian udah kenal, ya? Wah kita kalah start duluan, Rif." Celetuk Yorry.

Ria dan Madi menatapku penasaran. Dirga pun sama.

"Kamu jalan - jalan sama temenmu? Dirga juga temenmu Kin?" Tanya Arsal padaku sambil menatap Ria sekilas dan tatapannya berhenti lama pada Madi.

"I..iya..dia temenku. Kalo Dirga tadi ketemu di jalan. Eh iya, kenalin temenku. Ini Ria sama Madi." Aku mencoba untuk menutupi rasa rinduku pada sosok Arsal. Mantanku.

Ria dan Madi memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya kepada Yorry, Arif, dan Arsal. Saat Madi mengulurkan tangannya pada Arsal..

"Madi..." Madi memperkenalkan diri dengan senyumnya yang simple. Senyuman Madi memang seperti itu, bukannya sombong, tapi emang kayak gitu. Nanggung.

"Arsal, temennya Kinan dari SMA." Kata Arsal sambil tersenyum senang melihat Madi. Entahlah..saat Arsal bersalaman dengan Madi seperti ada yang berbeda jika dibandingkan bersalaman dengan Ria tadi.

"Kok Kinan gak dikenalin Sal. Gak bakal kita rebut dah." Arif menatap Arsal dan aku bergantian. Memecah pandangan Arsal yang masih melekat pada sosok Madi. Padahal Madi sama sekali tidak menatapnya sekarang. Aku seakan tersihir untuk melihat gerak - gerik Arsal pada Madi.

"Elaah.. kita cuma teman kali." Ya..kita memang teman. ucapan Arsal memang benar. Benar - benar menghancurkan hatiku yang masih menempatkan Arsal di dalamnya.

"Nih..kenalin. Dia Kinan. Temenku waktu SMA." Kata Arsal dengan cepat dan tidak menambahkan embel - embel "mantan".

Aku langsung mengulurkan tangan kanan pada Yorry dan Arif.

"Udah tau namaku kan." Kata Yorry sambil mengangkat salah satu alis miliknya. Aku malas menatap mukanya sehingga aku menatap tangannya saja.

"Enha.."

"Kok Enha? Katanya Kinan?" Tanya Yorry padaku.

"Aku dulu di SMA dipanggil Kinan. Tapi di kampus orang - orang pada suka manggil aku Enha." Jawabku dengan jelas sambil menatap Yorry dan Arif yang mengulurkan tangannya padaku.

☼☼☼☼

Upload lebih awal, hihi. Gimana ceritanya? voment ya gaes..makasih..btw kalo yang like nambah banyak bakal cepet aku upload ceritanya. Duh ngarep bgt,padahal penulis amatir wkwkw

Unpredictable TripTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang