JIKA ditanya bagaimana perasaanku saat ini tentu masih tak karuan. Bukan waktu yang sebentar dan kenangan bersama Patrick masih terbayang nyata.
Kami memang memutuskan untuk berteman dan tidak bermusuhan. Tetapi alasannya mengakhiri hubungan ini yang tidak logis dan kedekatannya lagi dengan mantan kekasihnya cukup menyakitkan bagiku.
Nangis? Tentu. Hari ini aku pulang ketika bel pulang sekolah baru saja berdering. Dan itu mungkin keputusan terbaik untukku saat ini. Bukan lebay, tetapi putus cinta itu memang menyakitkan.
Kring
Ponselku berdering pertanda ada notifikasi masuk. Pikiranku tertuju pada Patrick tetapi tanganku meraih handphone dan berharap itu bukan Patrick.
AUGUST : Lo putus, Clay?
CLAY : Yea
AUGUST : Why?
CLAY : Males cerita
AUGUST : Bahagia gih
CLAY : I will
Dulu aku sempat membencinya. Tetapi August tak seburuk yang aku kira. Setidaknya dia belum seburuk itu karena dia belum menyakiti hatiku seperti yang Patrick lakukan padaku.
Kring
KringBaru saja handphone mendarat di meja belajarku harus kembali aku raih. Ada 2 notif dari orang yang berbeda
RIO : Lo putus kenapa coy?
ROY : Gue tebak lo sekarang lagi nangisAku bisa merasakan senyumanku yang mengembang. Yeah, itu teman-teman setiaku.
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
TS [2] Choices
Short Story[Based on True Story] Clay dan August itu cocok. Tetapi yang mengerti Clay itu Devan. Bukan, Kak Alvan membuat Clay tak mengerti Devan lagi. Apalagi datang dan perginya Brian. Lantas siapa? Bukan mudah berpaling, tetapi keadaan yang membuat kita mem...