"GUE gatau, Riinnnnn. Gue gak kuat."
Dalam pendengaranku dan kesadaranku, hanya kalimat tersebut yang terus terucap dari getaran pita suaraku. Aku terus mendekap erat tubuh Karina. Kami sedang ada dalam kerja kelompok tetapi tak apa lah aku sedang mood untuk menangis.
Aku merasakan tangan Karina yang terus menepuk punggung dan bahuku, berusaha menenangkanku. Dia hanya terdiam tanpa berkata satu kata pun. Sedangkan aku terus terisak di bahunya. Aku yakin 100% jika aku menengadahkan kepalaku, maka akan terlihat baju Karina tepat di bagian bahunya yang basah.
"Rinnn," ucapku terus memanggil Karina.
Yang aku dengar saat itu hanya desisan suara Karina yang seakan menenangkanku layaknya seorang bayi yang merengek.
Setidaknya aku bersyukur tidak dihujani makian dan kesalahan yang tanpa aku sadari aku lah yang membuat August bosan dan memilih bersama seniornya.
Karina benar-benar hanya diam dan mendengarkanku atas ucapan yang tak berartikulasi jelas. Hanya tangannya yang terus menepuk, menenangkanku.
"Gue sayang August, Rin."
"Gue tahu, August juga tahu. Tetapi sudah takdirnya semesta tidak mau tahu."
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
TS [2] Choices
Conto[Based on True Story] Clay dan August itu cocok. Tetapi yang mengerti Clay itu Devan. Bukan, Kak Alvan membuat Clay tak mengerti Devan lagi. Apalagi datang dan perginya Brian. Lantas siapa? Bukan mudah berpaling, tetapi keadaan yang membuat kita mem...