SEBENARNYA jauh dan seringkali sebelum ini aku sudah bertemu dengan Devan di kampus. Bahkan kabar akan kedekatan kami sudah diketahui hampir seluruh anak di fakultas kami masing-masing. Tentu pada angkatan kami saja.
Aku mulai larut akan suasana senja yang seakan mendukung kami berdua di atas sepedamotor milik Devan. Daguku bertengger di atas bahu kirinya, mendengar beberapa perkataan yang terkadang ia lontarkan. Wajahku dihembus perlahan oleh angin yang melawan arah sepeda Devan.
"Dingin?"
Aku sontak mengangkat daguku dan mengatakan 'tidak'. Tetapi aku melihat Devan mulai menyalakan lampu sen kiri-nya dan mengarahkan sepeda untuk menepi.
"Ada apa?" Tanyaku.
Devan melepas jaketnya dan memberikannya padaku. Ia tak berkata apa pun. Tetapi aku bisa mengartikan gerakannya untuk memakai jaket miliknya.
"Kamu?" Tanyaku kembali memastikan dirinya yang tanpa jaket.
"Gapapa."
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
TS [2] Choices
Short Story[Based on True Story] Clay dan August itu cocok. Tetapi yang mengerti Clay itu Devan. Bukan, Kak Alvan membuat Clay tak mengerti Devan lagi. Apalagi datang dan perginya Brian. Lantas siapa? Bukan mudah berpaling, tetapi keadaan yang membuat kita mem...