"Apa kau Haruno Sakura?"
Sakura yang sedang memperhatikan lembar kerja arsitekturnya tersentak kaget. Ia lalu menatap ke arah seseorang yang berdiri di depan skat kaca meja kerjanya. "Ya, aku Sakura. Ada yang bisa kubantu?"
"Aku Shizune, asisten Tsunade Senju-sama. Salam kenal. Kau diminta untuk datang ke ruangan beliau. Segeralah menghadap."
"Apa?!" Sakura terkejut. "Maaf, maksudku, kenapa aku dipanggil oleh presiden direktur?"
"Entahlah, aku juga tidak tau. Mungkin ada kabar baik untukmu, atau bisa jadi sebaliknya." Shizune tersenyum. "Baiklah, aku harus kembali bekerja. Sampai jumpa!" Shizune melambaikan tangan saat keluar dari ruang kerja Sakura dan timnya.
Sakura masih bengong memperhatikan arah pergi Shizune. Ia lalu duduk kembali dan memundurkan meja kerjanya. "Konohamaru! Apa kau pernah dipanggil oleh presiden direktur?"
Konohamaru Sarutobi, teman se-tim dan se-ruangan Sakura menatap Sakura. Sebuah pensil gambar 4B tersangkut diatas daun telinganya, gaya khas Konohamaru saat bekerja. "Untuk apa si dada besar itu memanggilku?"
"Kau tau seperti apa orangnya?"
"Tentu saja tau! Jangan-jangan kau tidak tau orang yang memimpin perusahaan ini?!"
"Sebenarnya aku memang belum pernah bertemu dengannya. Tapi itu tidak penting, katakan! Seperti apa Tsunade-sama itu!?"
"Dadanya besar."
Sakura menjitak kepala Konohamaru sampai pensil di atas daun telinga pria itu terjatuh.
"Kenapa kau menjitak kepalaku? Ini aset berharga, tau!" Konohamaru sewot sambil memungut kembali pensilnya yang menggelinding di kolong meja.
"Jawab yang benar!" Sakura menggoyang kursi putar Konohamaru.
"Ya, dia orang yang tegas dan galak. Dia kakak profesor Nawaki." Konohamaru menatap Sakura. "Kenapa? Kau dipanggil Tsunade-sama?"
"Iya. Barusan Shizune-san datang dan memintaku menghadap pada Tsunade-sama."
"Apa?!" Konohamaru terjungkal dari kursi saking terkejutnya. Ia lalu berdiri dan mengangkat kembali kursinya, mendorongnya mendekat ke kursi Sakura. "Kenapa dia memanggilmu?"
"Mana kutahu?!" Sakura duduk gelisah.
"Ada apa ini?" Utakata muncul disaat yang tepat.
"Sakura dipanggil Tsunade-sama."
Utakata menatap Sakura. "Benarkah?"
Sakura hanya mengangguk sambil menatap Utakata dengan tatapan bingung. "Apa yang harus kulakukan, Uta?"
"Temui saja, gampang, kan?" Utakata tersenyum. Ia lalu berpindah ke belakang Sakura, memijat bahu perempuan itu. "Jangan khawatir, Tsunade-sama orang yang baik. Jangan dengarkan Konohamaru." Utakata tersenyum kembali. Membuat Sakura merasa nyaman adalah keahliannya. Pun saat mereka akan melakukan presentasi didepan profesor yang menjadi kepala divisi penelitian dan pengembangan konstruksi.
"Apa yang harus kukatakan padanya nanti?"
"Kau tinggal menjawab pertanyaannya, Sakura! Apa susahnya?! Pergilah, atau dia sendiri yang akan memanggilmu lewat pengeras suara!" Konohamaru semakin memperkeruh suasana.
"Itu tidak akan terjadi!" Sakura lalu berdiri. "Apa bajuku sudah rapi?" tanyanya pada Utakata.
Tangan Utakata tergerak membenahi kerah kemeja Sakura yang miring. "Nah. Sudah rapi. Kau seperti mau bertemu kaisar Jepang saja." Utakata mencoba melucu.

KAMU SEDANG MEMBACA
After the Storm
FanfictionSequel dari "LOVE STORM". . 3 tahun pasca Haruno Sakura wisuda, ada banyak hal terjadi dalam hidupnya. Pertemuannya kembali dengan Gaara, membaiknya hubungan Sakura dengan Ichigo Kurosaki, perkenalan dengan Utakata, dan rasa rindu ya...