CHAPTER 3 : MAN VS UNKNOWN

65 6 3
                                    

Mata Hagane terbelalak di tengah gelapnya hutan saat ia sadar tak lagi sendirian. Suara napas hewan buas menjalar ke dalam gendang telinga dan kakinya mulai bergemetar. Sepasang mata merah itu datang mendekat dan rasanya semakin membesar.

Cahaya bulan mulai menyinar tubuh makhluk itu.

Bentuknya mungkin terlihat seperti seekor serigala berbulu abu-abu namun memiliki gigi-gigi yang panjang khususnya pada bagian taring terdepannya. Air liurnya menetes tanpa henti saat memberikan tatapan permusuhan kepada Hagane. Sebaris 'duri' mulai berdiri pada ruas tulang belakangnya.

Hagane meraba pistolnya.

"Jikapun aku menggunakan pistolku... apa aku bisa mengalahkannya dengan cepat atau aku hanya akan kehabisan peluru... terlebih, aku tak tahu apakah hewan itu termasuk hewan soliter atau berkelompok... aku khawatir suara pistol ini akan mengundang perhatian yang lain... terlebih hutan ini terasa sangat sunyi..." Gumamnya dibanjiri keringat.

Suara dengkuran makhluk itu terdengar semakin beringas. Cakar pada kaki depannya mulai menancap pada tanah pertanda bahwa makhluk itu ingin melakukan gerakan segera.

Sesaat kemudian, makhluk itu melesat secepat suara yang datang bersamanya. Reflek Hagane bekerja dengan meraih pistol dan menembaknya seketika. Tembakannya hanya menggores kaki kanan depan makhluk itu. Walau hanya menimbulkan sedikit luka dan rasa sakit. Makhluk itu tetap mundur karena khawatir dengan suara pistol yang sangat keras.

'Ah gawat~ karena terkejut aku gagal menembaknya dengan tepat...'

Jarak lima meter memisahkan mereka berdua. Di antara mereka dedaunan kering yang beterbangan karena hembusan angin. Mata Hagena tak berkedip untuk melihat celah yang mungkin diciptakan makhluk itu.

'Makhluk itu pasti terkejut dengan suara pistol ini... tapi aku tak bisa menggunakannya terus-terusan karena bisa kehabisan amunisi...'

Ia menyarungkan pistolnya kembali dan meraih pisau sangkurnya. Hagane membuat kuda-kuda dengan mata pisau yang menghadap secara diagonal dan dengan posisi siap menerima serangan.

Panjang pisau sangkurnya tak lebih dari tigapuluh sentimeter. Tapi, dengan ketajaman yang dimikinya, pisau itu mampu menusuk jantung atau bahkan memotong tulang jika menggunakan ayunan yang tepat.

Makhluk itu meraung keras dan tekanan udara yang ditembakkan langsung dari paru-parunya terasa sangat kuat dan sedikit mengangkat rambut Hagane.

"Datanglah makhluk aneh! Akan aku tunjukkan alasan untuk tak mencari masalah dengan manusia!" Hagane tersenyum tipis.

Seperti mengerti kata-kata yang dilontarkan Hagane. Makhluk itu menghembuskan napas yang beruap dan menundukkan sedikit tubuhnya. Ia mengencangkan cengkraman dan pijakannya pada tanah.

Sebuah tolakan kuat tercipta hingga menerbangkan tanah yang dipijak. Makhluk itu melompat dengan cepat hingga terlihat seperti terbang di udara.

Hagane menunduk untuk menghindari terkaman makhluk itu. ia langsung berbalik dalam sekejap bersama ayunan tangan kanan yang telah menggenggem pisau sangkur dengan kuat. Sayatan tercipta dan cipratan darah menempel di batang pohon dan pisau sangkurnya.

Makhluk itu mulai mendarat dengan cara yang tak teratur dan aneh. Mungkin karena luka yang diukir Hagane, makhluk itu langsung kesulitan untuk bergerak dengan bagian kaki belakang kiri yang terluka.

Rasanya makhluk itu tak kunjung putus asa dalam melawan Hagane. Bukannya lari atau pergi. Ia berjalan memutar dan memperhatikan setiap inchi tubuh Hagane yang mulai kembali pada kuda-kudanya.

Dunia Tanpa LogamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang