CHAPTER 17 : iNViTATiON

4 0 0
                                    

Saat ini seharunya menjadi pertarungan yang seimbang bagi Clevanity dan Viz. Pertarungan dua lawan dua ini harusnya bisa sedikit seimbang. Tapi kenyataannya tak seperti yang diharapkan, perbedaan pengalaman dalam bertarung menjadi kunci paling dominan.

Bahkan semenjak tadi hanya satu orag yang melayani mereka berdua, Sient. Bersama robot raksasanya yang disebut Zincrome. Kedua orang itu sudah sangat direpotkan.

Tak jauh dari pertarungan, gadis yang bernama Aszusa hanya terduduk malas.

"Bagaimana kalau aku membantumu dan mengalahkan mereka dengan sekejap?"

"Kau tak perlu melakukannya, lebih baik kau mengejar beberapa orang yang tadi pergi."

"Padahal akan lebih mudah jika meratakan semuanya."

"Aszusa, ingatlah kalau ini dulunya tempat tinggal ketua. Aku yakin dia tak akan suka jika kita terlalu banyak membuat kerusakan."

"Ahh.... kau benar juga." Gadis itu berdiri, "kalau begitu aku akan segera masuk saja."

"Di-diriku...." Clevanity dengan tubuh kotor.

Tangan gadis twintail itu mengenggam senjata yang tercipta dari ular-ular miliknya. Dengan itu, ia diharuskan menghadapi lawan dalam jarak yang cukup dekat. Ternyata sangat sulit karena Sient cukup lincah dan kuat, terlebih Zinchrome-nya selalu siap siaga melindungi.

Sejak tadi Clevanity menghadapi pertarungan yang seakan tak imbang. Bahkan dengan keberadaan Viz disana, laki-laki itu juga tak terlalu mengubah arah pertarungan. Mechashifter ini terlalu kuat untuk dihadapi mereka berdua.

Belum juga mereka melukai Sient, Aszusa sekarang ikut bergerak. Tujuannya ke dalam gedung, mengejar Yreef yang tengah bergulat dengan emosi pribadinya.

Berdiri gemetar, Clevanity tak akan membiarkannya.

Melihat keadaan gadis berambut pirang itu, Aszusa hanya tersenyum. Sedalam-dalam hati ia meremehkan keadaan Clevanity. Gadis twintail itu tak bisa menanggapi apapun karena itulah kenyataan yang ada.

"Nona Archecress, kau tak perlu memaksakan diri." Kata Viz.

"Tenang saja, lebih baik kau juga menyiapkan seranganmu berikutnya."

Dalam pertarungan ini Viz juga tak diuntungkan, sebagian sihir yang dimiliki memiliki waktu pemanggilan yang lama. Sedangkan Sient bisa bergerak bebas sesukanya, dan memberikan serangan skala besar dengar robot raksasanya.

"Aku tak urusan apapun dengan kalian sekarang, jadi biarkan aku lewat dan bermain saja sama Sient."

"Kau tak akan bisa melewatiku!" kata Clevanity.

"Benarkah....?"

Aszusa langsung melesat, hentakan kakinya cukup kuat untuk membuat banyak debu di sisa pijakannya. Ia meluncur layaknya sebuah peluru. Clevanity dapat menyadari gerakan cepat itu, tapi tubuhnya terlalu lambat untuk merespon Aszusa. Gadis pirang itu bergerak sedikit, Aszusa sudah berada di samping sembari mengayunkan gunting raksasanya.

Tak bisa menghindar, Clevanity terpental jauh.

"Nona Archecress!"

"Lanjutkan permaianmu, Sient."

Aszusa langsung menegakkan tubuhnya, ia bersikap santai. Berjalan dengan lamban seakan tak pernah terjadi apa-apa di sana. Sebelum ia menghilang, ia melambaikan tangan pada Sient.

Viz mendekati Clevanity, "kau tak apa-apa?"

"Mungkin."

"Baiklah, sekarang giliranku melanjutkan." Sient.

Dunia Tanpa LogamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang