CHAPTER 12 : QUiT

26 2 0
                                    

Takut itu hitam, Gadis kecil itu hanya bisa menatap gelap...

Detak langkah Amher terdengar semakin jelas. Sepinya suasanan mempertegas kekalahan lawan. Gadis itu menarik palunya dengan raut wajah bahagia.

Langkah-demi-langah.

Tubuh Yreef kin bergetar hebat. Matanya yang terbelalak perlahan menutup demi mengurangi rasa takutnya. Air mata mengalir deras, bercampur dengan keringat, gadis itu nampak begitu basah.

"Apakah kau bisa membantu, gadis kecil?"

Amher bertanya dengan sangat ramah. Tapi, dengan kegilaan bertarung sebelumnya, itu hal yang sia-sia.

Hal misterius masih mengunci tenggorokan Yreef. Gadis kecil itu masih kesulitan untuk bersuara. Dia terlalu takut, tubuhnya menegeng seakan menjadi batu dalam hitungan detik.

Tak ada jawaban bearti, Amher hampir putus asa. Masih mencoba bersabar, ia menurunkan pandangannya untuk menatap sosok gadis kecil yang menyedihkan. Sinis, pantulan dirinya sendiri tiba-tiba muncul pada pupil matanya sendiri, ironis.

Seketika emosinya memuncak setelah teringat dengan masa lalunya sendiri. Ia memegang palunya dengan satu tangan kiri, tangan kanannya kini meraih kasar kerah Yreef. Tubuh anak kecil itu sangatlah ringan hingga Amher dapat menganggangkatnya dengan mudah.

Wajah mereka kini saling berdekatan. Penuh tangis, Yreef bahkan tak mampu melihat lawannya dengan jelas.

"Tch! Menyedihkan sekali...." mengalihkan pandangan sejenak, ".... melihatmu yang begitu cengeng ini rasanya sangat menyebalkan. Bicaralah! Agar aku bisa mengambil keputusan yang tepat.... berguna atau tidak kah kau ini?"

Perlahan membuka mata, pendangan Yreef masih terhalang genangan air mata yang belum sempat dihapuskan. Masih samar, ia angkat bicara dengan tergagap, kata-katanya justru terdengar tak jelas.

"To...l...ong..."

Menunjukkan tampang yang tak peduli, Amher dengan malas menanggapi ungkapan abstrak itu. dia bahkan tak menatap Yreef saat memohon. Menyebalkan, ia merasa bahwa anak kecil di tangannya itu tak berguna, untuk apapun. Genggamannya semakin menguat, kerah Yreef semakin menegang, leher gadis itu tercekik karenannya.

Sedikik mengangkat tubuh Yreef kembali. Amher yang nampak kesal kini mengeraskan tangannya. Ia mengayunkan dan membuang tubuh Yreef layaknya sampah.

Gadis itu sedikit terbanting, benturan akan tubuh dan tanah tak dapat dikendalikan. Sedikit percikan darah terlempar dari mulutnya yang menganga. Sesak, ia memeluk tubuhnya sendiri yang dirundung sakit.

Tak mempu bergerak, tubuh anak kecil itu hanya berkedut menanggapi nyeri di setiap persendiannya. Bengkit, perlahan ia menahan rasa sakit. Meyeret tubuhnya dengan raihan tangan yang lemas, menjauh.

Amher terdiam, menatap sosok yang merayap menjauhinya. Tak peduli, hal itu masih dapat diraihnya dengan mudah diwaktu selanjutnya.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Amher.

"..."

Tak menjawab, Yreef hanya ingin keselamatan di antara rendahnya harapan hidup yang ada. Memangnya apa yang anak kecil sepertinya dapat lakukan?

Amher menjatuhkan palunya hingga membekas di tanah, menyeretnya sembari mengejar Yreef dengan langkah lambatnya. Detak tapak terdengar jelas, tak perlu menoleh untuk mengetahui dekatnya ancaman, keringat yang keluar deras sampai tak terlihat karena telah bercampur keringnya tanah dan debu. Untuk saat ini, bagaimanapun caranya, gadis kecil itu harus menjauh.

Terlambat.

Kepalanya terpegang, dia diangkat dengan rambut pendeknya yang digunakan sebagai pegangan, sakit. Gadis kecil itu meronta, tapi itu justru memperparah ketegangan yang dirsakan kulit kepalanya. Tak ada pilihan lain, air mata menjadi pilihan kembali.

Dunia Tanpa LogamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang