Part 27 (END)

1.5K 52 1
                                    

Joshua merasakan nafasnya sesak, berdiri, tanpa sadar tangannya yang menggenggam gelas memecahkan benda tak berdosa itu begitu saja. Matanya menatap tajam, tak kuasa menyembunyikan ekspresinya dihadapan Nayeon.

Mengatupkan giginya rapat-rapat, Joshua berujar, "Baiklah. Jika itu yang kau mau. Kembalilah dengan si br*ngs*k itu"

Berbalik badan, Joshua melangkah dengan lebar meninggalkan ruang makan yang menyatu dengan dapur itu. Tangannya membanting keras pintu apartemen yang ia tutup. Tak peduli dengan baju yang ia pakai, Joshua menghentak keparkiran apartemen. Tak ada lagi Joshua yang tenang. Tak ada lagi Joshua yang selalu rapih. Ia benar-benar kacau sekarang.

Melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, teriak terdengar dari pria itu. Menekan pedal gas semakin kencang, tak peduli dengan pengendara lain yang menyumpah serapahinya.

"ARGHH!!"

Kembali berteriak, dan airmata pemuda itu meluncur deras, tak mampu lagi menahannya. Ia lemah, ia rapuh, ia tersakiti, hatinya sakit, hatinya remuk, hatinya kosong. Tak ada lagi harapan untuknya. Hal yang paling ia takuti selama ini akhirnya terjadi. Nayeon meninggalkannya, dan kembali dengan Yoongi.

***

Yoongi menarik Nayeon dalam dekapannya saat gadis itu membuka pintu apartemen Joshua. Menuntunnya kembali masuk kedalam. Dapat dilihatnya tumpukan koper yang sudah gadis itu kemasi. Tak sanggup Yoongi membayangkan Nayeon berkemas dengan seluruh tubuh yang bergetar.Menangkup pipi Nayeon, Yoongi mendongakkan kepala gadis itu. Matanya dapat menangkap dengan pasti sisa-sisa airmata disana. Tapi gadis itu mencoba untuk tegar sekarang.

"Aku tak apa. Ayo kita pergi sekarang"

Melepas pelukan Yoongi, Nayeon melangkah menuju tumpukan kopernya. Tapi langkahnya lemah, membuat Yoongi kembali menariknya dan membawa gadis itu kembali dalam dekapnya.

"Jelas kau kenapa-napa, Nayeon-ah. Maafkan aku, andai saja dulu aku lebih memilihmu, kau takkan dihadapkan situasi seperti ini"

Menggeleng, Nayeon kembali melepaskan diri dari dekapan Yoongi. "Sudahlah"
Seakan tak mau melepasnya, Yoongi menggenggam kedua tangan Nayeon erat. Tangannya naik kelengan gadis itu, mengusapnya dengan lalu menuju bahunya, leher, dan berakhir pada kedua pipinya. Menangkup pipi Nayeon, Yoongi menatap matanya dalam. Memancarkan seluruh cintanya dalam tatapan itu.

"Aku mencintaimu, Im Nayeon. Aku takkan membuatmu menyesal dengan keputusanmu ini. Percayalah".

Dan detik berikutnya, bibir Yoongi telah memagut bibir Nayeon dalam. Tak ada lumatan atau hisapan. Ia hanya menempelkan bibirnya dan menekannya, menguarkan seluruh cintanya dalam ciuman itu. Tangan Yoongi beralih kembali pada tangan Nayeon dan menggenggamnya erat.

Melepas ciumannya, Yoongi tak menjauhkan wajah mereka. Dengan bibir yang masih berjarak 1 inchi dari bibir Nayeon, Yoongi bergumam,

"Aku mencintaimu"

Dan detik berikutnya mereka kembali menyatu dalam pergulatan bibir. Tangan Yoongi yang semula menggenggam tangan Nayeon beralih pada pinggang gadis itu. Memeluknya, dan sesekali mengusapnya pelan. Sedang tangan Nayeon beralih pada leher Yoongi, sesekali meremas rambut pemuda itu.Kecupan dan lumatan itu terdengar hingga bunyi ponsel Nayeon menghentikannya. Melepas pagutannya, Nayeon merogoh saku mantelnya, mengeluarkan benda yang menginterupsi kegiatannya bersama Yoongi. Keningnya berkerut mendapati nomer tak dikenal.

Detik berikutnya, ekspresi Nayeon yang semula bingung berubah menjadi tegang. Dengan gemetaran gadis itu memasukkan kembali ponselnya kedalam saku setelah mengucap, "Terima kasih, aku akan segera kesana", dan memutuskan sambungan.

Mengernyit, Yoongi menatap Nayeon bertanya. Dengan bibir yang bergetar, Nayeon menjawab, "Joshua kecelakaan"

***

Dentuman bunyi dari alat-alat medis yang terpasang disekujur tubuh seorang pemuda memecah keheningan dikoridar rumah sakit. Pintu ruang steril yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu itu terbuka, menampilkan beberapa sosok orang-orang berpakaian putih yang lalu menghampiri seorang pemuda yang beberapa hari lalu dilarikan dalam keadaan sekarat.

Dua orang mendorong bangkar tempat pemuda itu berbaring, dan dua yang lainnya membawa alat-alat medis yang berfungsi sebagai alat pembantu hidupnya.Memasuki lift khusus, rombongan itu membawa pemuda yang masih memejamkan matanya keruang rawat, tempat pemuda itu entah sampai kapan akan menghabiskan waktunya disana.

Meninggalkan ruangan setelah menyusun semuanya dengan rapih dan benar, ruang luas yang merupakan ruang rawat kelas VVIP itu hanya meninggalkan sosok pemuda itu sendiri, dengan alat-alat medisyang menyokong nyawanya agar tetap berfungsi.

Pemuda yang beberapa jam lalu difonis koma oleh sang dokter. Hong Ji Soo. Joshua.

***

3 Tahun Kemudian.

Nayeon menatap pantulan dirinya dalam cermin setinggi dua meter didepannya. Matanya menelisik gaun putih gading yang ia kenakan. Gaun pernikahannya. Mengulas senyum, Nayeon terlihat puas.

Dentum jam semakin mendekati saat-saat prosesi pemberkatan, membuat jantung Nayeon bertalu semakin kencang. Tangannya saling meremas, menghilangkan sedikit rasa gugupnya.

Menengok kebelakang, pintu ruang tempat Nayeon mematut diri terbuka, menampilkan sosok pria paruh baya yang akan menggantikan almarhum ayahnya mengantarnya ke altar. Pria itu tersenyum hangat dan memberi isyarat kalau saatnya telah tiba.

Meraih lengan pria itu, Nayeon melangkahkah kakinya beriringan menuju altar, dimana calon suaminya telah menunggu. Lantunan senandung pernikahan menyerebak di seantero gereja, terasa begitu khidmat. Tersenyum manis, mata Nayeon bersirobok dengan mata dua orang pria yang sangat mencintainya, yang salah satunya akan menjadi suami gadis itu, sebentar lagi.

Lampu blits kamera menyambar Nayeon saat ia meraih uluran tangan dari calon suaminya. Berbalik, mereka dihadapkan pada pendeta yang akan menjadi saksi dan memberkati pernikahannya.

Jantung Nayeon bertalu semakin kencang saat calon suaminya mengatakan kata,"Aku bersedia", dan sekaranglah gilirannya. Dengan senyum semanis madu,gadis itu mengucap kata, "Aku bersedia" dengan yakin, menimbulkan gemuruh tepuk tangan dari segelintir tamu yang datang menyaksikan pemberkatan mereka.

Saling berhadapan, inilah saatnya sesi berciuman. Memejamkan matanya dengan senyum yang tak pernah luntur, Nayeon merasakan bibir suaminya menciumnya dalam, menempelkan bibir mereka, tanpa lumatan ataupun hisapan. Dan dapat Nayeon rasakan kalo suaminya juga tengah tersenyum disela ciuman mereka.

Gemuruh tepuk tangan kembali terdengar.

Kala ciuman itu berakhir, suami Nayeon menatap matanya dalam, membisikkan kata, "Aku mencintaimu", lalu kembali mengecup bibirnya sekali.

Tak mampu menahan senyumnya, Nayeon menatap suaminya dalam. Pria yang telah ia percaya untuk melabuhkan cintanya sampai akhir hayatnya. Pria yang akan menemani sisa hidupnya, bersama anak dan cucu mereka kelak.

Namun Nayeon sadar, ini bukanlah akhir. Ini adalah awal, awal dari lembaran baru hidupnya, yang ia sadar masih banyak rintangan diluar sana. Namun Nayeon harus menghadapinya, bersama suami yang sangat ia cintai dan juga mencintainya. Min Yoongi.

END

APOLOGY (SUGA X NAYEON)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang