Suasana kantin sebuah SMA nampak ramai seperti suasana kantin di sekolah pada umumnya. Di salah satu meja di sudut kantin, segerombolan siswi nampak tengah bercanda meledek dan membicarakan setiap murid yang lewat.
"Itu cewek ngapa dah mukanya kusut banget?"
"Belum diseterika kali. Hahahaha."
"Hahahaha, apa belum di cuci?"
"Bercandaan lo berdua bisa gak sih gak garing?"
Kedua gadis yang tengah bercanda itu menoleh pada gadis berambut pendek sebahu yang menegur mereka.
"Bener tuh kata Viny. Gue bosen tau denger tawa kalian yang kadang gak jelas." Cewek disamping Viny ikut protes.
"Yah, Nju kok gitu sih sama Beby. Protesnya sama Lidya aja, tuh. Dia yang mulai."
"Lah, gitu lu Beb. Giliran yang gak enak nuduh gue."
"Eh? Shania, dia duluan, ya."
"Udah, udah elah. Napa jadi pada berantem." Shania menggeleng, "mending kita ngobrolin yang bermutu, deh." Tambahnya.
"Bermutu? Kaya apa? Kaya soal Viny dan pacar-pacarnya?" Tanya Lidya.
Viny berdecak, "gue gak punya pacar."
"Loh? Terus lo sama Eza?"
Viny memutar bola matanya malas, "udah gue putusin. Lagian jadian juga cuma ngelakuin taruhan kalian yang gak mutu itu."
"Buset gak mutu." Kaget Lidya.
Viny tersenyum sombong, "emang gak mutu. Bahan taruan kalian gak ada yang pernah menarik. Gak ada yang asik. Cowok-cowok semua disini payah."
"Gue setuju kata Viny. Gue juga gak mau deh jadian sama cowok disini cuma buat taruhan kalian lagi. Ih, males." Shania mengusap-ngusap badannya seakan ia merinding.
"Yah, terus kita gak taruhan lagi, nih? Gak seru deh." Ucap Beby kecewa. "Lid, gak ada yang bisa dijadiin bahan taruhan lagi?"
"Siapa lagi, ya..." Lidya nampak berpikir, "semua cowok disini kan dah pernah jadi bahan taruhan."
Beby berdecak lalu ikut berpikir, "kalau cowok udah abis... Gimana kalau sama cewek?"
Shania tersedak minumannya, "gila lo, Beb."
"Ide bagus tuh, Beb! Gimana Vin?" Viny hanya berdehem.
"Ya, kalau Viny gak masalah gue ikutan, deh."
"Bagus, kalau gitu tinggal cari bahan."
Beby dan Lidya lalu mengedarkan pandangannya keseliling kantin dan berhenti pada salah seorang gadis berkacamata yang duduk sendirian di sudut kantin menghindari keramaian.
"Itu dia!" Teriak Beby dan Lidya bersamaan menunjuk gadis itu.
Shania dan Viny menoleh ke arah yang ditunjuk Beby dan Lidya. Viny menaikkan salah satu alisnya lalu tersenyum miring.
"Gak masalah." Jawabnya.
~~~
Viny, gadis yang dikenal karena keangkuhan dan 'kenakalan'nya itu dengan santainya masuk ke dalam salah satu kelas adik kelasnya. Membuat seisi kelas terkejut karena tahu siapa Viny.
Langkahnya terhenti di sudut kelas tersebut, memperhatikan dengan seksama ketiga gadis seangkatannya yang tengah memaksa gadis "incaran" nya untuk mengerjakan sesuatu yang bukan kewajibannya.
Viny berdehem membuat keempatnya menoleh, "kalian bisa gak ganggu dia lagi? Soalnya dia bakal sibuk sama gue, nih."
"Vi-Viny? Maksud lo?"