Viny menghempaskan tubuhnya dengan kasar keatas ranjang dikamarnya. Ia menggeram lalu mengacak-acak wajahnya dengan sebelah tangan.
"Sial!" Umpatnya.
Viny kembali mengingat kejadian diruang BEM kampusnya tadi siang. Tapi tak lama senyumnya sedikit mengembang.
"Kenapa begini?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
"Apa aku mulai menyukainya?"
Kembali, Viny bertanya pada dirinya sendiri.
"Kamu, membawa secercah cahaya saat aku mulai memasuki kegelapan." Lanjutnya sambil memikirkan seseorang.
Flashback on
"Vin, mau kemana?" Tanya seorang gadis manis pada Viny.
"Eh Shan, mau ke ruang BEM. Biasa, mau urusin Proposal kegiatan MOS kemarin nih." Jawabnya.
"Oh gitu. Ya udah aku ikut ya?"
Viny mengangguk.
Shani, teman seangkatan Viny yang begitu perhatian padanya. Viny tau dan mendengar dari teman-temannya bahwa Shani menyukainya.
Tapi tidak dengan Viny.
Shani baik, manis, dan begitu perhatian padanya. Tapi tetap saja, Viny tidak bisa jatuh cinta pada Shani. Hatinya kini masih dimiliki seseorang dimasa lalunya.
Sesampainya di ruang BEM, Viny membuka pintu dan mendapati pemandangan yang begitu menyakitkan baginya.
"Gre.."
Ucapan Shani membuat gadis bernama Gracia dan seseorang disebelahnya menghentikan aktivitas mereka yang tadinya sedang saling bercanda mesra.
Viny mengalihkan pandangannya ketika Gre dan gadis itu melihat kearah dia dan Shani.
"Eh ci Shani, ka Vin..y." Ucap gadis disebelah Gre.
Viny buru-buru menuju mejanya yang adalah Ketua BEM untuk mengambil beberapa berkas dan Proposal yang dibutuhkannya.
Setelah semua terkumpul, Viny kembali menghampiri Shani yang masih berdiri diambang pintu.
"Shan, aku ngerjain ini dirumah aja. Aku pulang duluan. Makasih udah temenin kesini." Ucap Viny.
Viny langsung keluar dari ruang BEM dengan langkah cepat.
"Gre, Ta, aku duluan ya." Pamit Shani.
"Iya ci." Jawab Okta.
Sedangkan Gre hanya menatap Viny dan Shani dengan wajah datar.
Okta menatap Gre yang masih melihat punggung Shani yang mulai menjauh lalu menghempaskan nafasnya berat.
"Sampai kapan kamu mau begini?" Tanya Okta.
"Sampai ka Viny bener-bener lupain aku dan ga ganggu aku lagi." Jawab Gre.
"Tapi aku jadi ga enak sama ka Viny."
"Ta, kita ga ngapa-ngapain. Toh aku sama kamu cuma sahabatan. Kamu udah kayak kakak aku. Kamu juga lagi deket sama Ci Desy kan?"
Okta hanya menghela nafasnya.
"Terserah kamu aja Gre." Ucap Okta lalu pergi meninggalkan Gre dari ruang BEM.
Dilain tempat, Viny masih berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya. Sesampainya disamping mobil, Viny menyandarkan punggungnya pada pintu mobil lalu mengacak wajahnya dengan kasar.
"Kenapa masih sakit gini sih?" Ucapnya monolog.
"Vin.."
Panggilan itu membuat Viny mengangkat kepalanya. Shani berdiri tepat beberapa langkah didepannya dengan wajah khawatir.