Hikaeme I Love You

1.4K 141 9
                                    

Seorang gadis terlihat sedang berkumpul dengan kedua temannya. Mereka bertiga sedang asyik membicarakan keseharian mereka masing-masing. Namun, salah satu dari mereka tengah memperhatikan seseorang di lapangan basket. Menatap setiap lekuk wajah cowok yang tengah berlatih basket di lapangan sekolah. Namun, ia tersadar saat seseorang memanggilnya.

"Shan.."

"..."

"Shan.."

"...."

"Ci Shani! Lo ngeliatin siapa sih?"

"Eh, apa Gre? Ta-tadi lo ngomong apa?"

"Astaga Ci Shani. Dari tadi gue ajak ngomong kagak didengerin ternyata. Lo ngeliatin siapa sih?" Tanya gadis yang dipanggil Gre tadi.

"Itu tuh Gre, kapten basket tercinta kita. Dari tadi gue ngeliat arah pandang Shani ke arah doi. Lagian dari kemarin liatnya ke lapangan deh. Mungkin lapangan salah satu spot terbaik melihat Kak Vino."

Mata Shani membulat sempurna menatap teman di sampingnya itu, "Eng-engga. Di-diem Lo Ta. Ja-jangan sotoy deh." Ucap Shani gugup. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencoba menetralkan rasa gugupnya ketika diberi sebuah pertanyaan oleh Okta yang juga sahabat Shani.

"Halah, bilang engga tapi jawabnya gugup gitu. Hayo ngakuuuu. "Shani hanya menunduk malu, sementara kedua sahabatnya tengah asyik meledek Shani. Di dalam hati, Shani masih terus mencari tahu, rasa apa yang tengah menyelimuti hatinya. Rasa yang belum pernah ia alami sebelumya. Rasa ketika ia merasa gugup jika melihat kakak kelasnya itu. Rasa dimana jantungnya seakan hendak pergi berlari dari tempatnya ketika pikirannya dipenuhi oleh senyuman dari Vino.

Hembusan angin sore menerpa rambut panjang hitam nan indah milik Shani. Sudah 6 bulan dirinya menjadi siswi kelas sepuluh. Banyak sekali yang terjadi selama ia bersekolah. Namun hanya Vino lah yang memenuhi semua tulisan dalam diary nya itu.

Shani duduk di meja belajarnya, ia hendak menuliskan kejadian yang dialaminya siang tadi. Ia membolak-balikkan diary miliknya itu. "Kenapa semua isinya Kak Vino semua ya? Padahal masih banyak cowok yang keren dan tampan. Kayak Kak Boby, Kak Ronald, Kak Dyo, Kak Mario juga. Ah, tapi kenapa dari semua cowok yang menarik hatiku cuma dia?" Gumam Shani.

"Tapi kalo dipikir-pikir Kak Vino ganteng juga sih. Apalagi kalo lagi basket keliatan seksi banyak keringetnya gitu." Gumam Shani. Namun tiba-tiba ia tersadar, "Eh, ngga ini ga boleh. Aku hanyalah gadis polos yang baru mengenal cinta. Aku ga pantes dapetin Kak Vino yang notabene cowok idola di sekolah."

"Aaarrggghh..kenapa? Kenapa harus Kak Vino?" Shani mengusap wajahnya kasar. Lalu ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati ranjang. Ia berbaring menatap langit-langit yang entah mengapa tiba-tiba muncul Vino lagi.

"Kak Vino ngapain sih muncul lagi?! Ih kesel jadinya!! Tahu ah. Capek, tidur aja." Ucap Shani frustasi. Shani menenggelamkan seluruh wajahnya dengan bantal, kemudian pergi ke alam mimpi

*

Sepulang sekolah Shani langsung keluar dari dalam kelasnya. Membuat kedua sahabatnya heran. Ada apa Shani tiba-tiba pulang cepat? Tak biasanya Shani terlihat buru-buru. Kedua sahabatnya pun tak tahu tujuan utama Shani setelah pulang sekolah.

Hanya Shani yang tahu tujuan utamanya.

Lapangan basket.

Yah, lapangan basket selalu menjadi tujuan utama Shani setelah pulang sekolah. Jika ada jadwal latihan basket, Shani menyempatkan diri melihat sang pujaan hati yang sedang latihan bersama teman-teman setimnya.

Shani melihat Vino bersama teman-temannya dari luar pagar yang membatasi antara lapangan basket outdoor dengan ruang kelas sebelas. Ia berdiri dan mengintip Vino dengan hati-hati agar tak seorang pun yang melihatnya. Kedua sudut bibir Shani tertarik ke atas, membentuk seutas senyuman. Ia melihat Vino tanpa berkedip. Bahkan Shani terpesona saat Vino sedang melakukan trik-trik Streetballnya.

Collection VinShanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang