"Hallo? Iya?" seorang pemuda tengah sibuk mengangkat telponnya saat baru keluar dari gedung kampusnya.
"..."
"Iya ini gua Sammy, siapa lagi emangnya lu pikir?"
"..."
"Ah gila lu, ini udah malem banget. Gua balik gimana?"
"..."
"Gua abis nyelesain tugas penelitian ilmiah gua lah, emang elu engga mikirin tugas."
"..."
"AH yaudah lah, pokoknya besok pagi harus udah ada di parkiran rumah gua, ga mau tau."
"..."
"Kasih satpam aja, orang tua gua lagi di Jepang. Dah dah sana lanjutin." Ucap orang itu mematikan handphonenya.
"Gila kali ya, mau pacaran sama anak orang. Tapi minjem mobil gua sampe di inepin segala astaga..." monolognya sambil mengacak-acak rambutnya.
"Astaga gua lupa ga punya uang cash, mana ATM jauh banget dari sini, temen-temen udah pulang semua. Ya ampun jalan kaki lagi dah gua sampe rumah, untung jauh." Ucap Sammy frustasi dan mulai pasrah terpaksa jalan kaki menuju rumahnya.
***
"Dyo, kamu jangan egois. Aku sama sekali ga selingkuh dari kamu, kenapa sih kamu kaya gini?" ucap seorang perempuan dalam tangisnya.
Terlihat sebuah pertengkaran dari dua orang pasangan di dalam mobil yang kini sedang melaju pelan di jalanan ibu kota yang sepi di malam gelap. Dimana sang perempuan terus menangis, sementara sang laki-laki hanya bisa diam dan fokus pada kemudinya.
"Viny, aku lagi fokus nyetir." Ucap lelaki yang di panggil Dyo itu dengan datar.
"Apa? Kamu duluan yang mulai Dyo, kamu yang beberapa hari ini selalu ngungkit-ungkit kalau aku deket sama kak Vernando. Dia Cuma guru lukis aku, gak lebih." Teriak Viny.
"Ak.."
"Apa lagi Dyo? Aku capek tau gak. Setiap kita lagi bicarain sesuatu hal, pasti ada bagian dimana kamu ungkit masalah kak Vernando. Dan itu gak Cuma sekali."
"Lah kamu kenapa kaya gini sih Vin? Toh yaudah kalau kamu ga ada hubungan apa-apa, kenapa harus sampai kaya gini kamunya?" ucap Dyo dengan senyum seolah meremehkan.
"Cuma begini kamu bilang? Kamu ga tau hal lain yang aku rasain Dyo." Lirih Viny dalam ucapaanya.
"Ya iya, memang apa lagi?"
"Kamu pikir selama ini aku diem aja, selalu senyum sama kamu, dan ga pernah mempersalahkan sesuatu ke kamu, aku baik-baik aja Dyo?" jeda Viny.
"Aku lagi nahan sakit di sini." Ucap Viny menunjuk dadanya yang terasa sesak setiap melihat wajah ceria Dyo, wajah ceria yang ia baru ketahui bukan hanya untuk dirinya seorang. "Aku diam karna aku berfikir kamu hanya memiliki satu jalan pulang, yaitu aku. Ternyata kamu sudah lupa pada jalan pulang itu, Dyo."
"Kamu ngomong apa sih Vin? Kenapa kamu jadi puitis gitu? Hahaha.." tawa Dyo yang masih meremehkan masalah yang di rasakan oleh Viny.
"Jangan berfikir aku ga tau kalau sebenernya kamu yang selingkuh dari aku Dyo. Aku tau semua, bahkan aku lihat sendiri dengan mata aku." Tangis Viny kini kembali pecah saat mengingat dirinya melihat Dyo, sang kekasih sedang berjalan masuk ke dalam kamar apartement milik Dyo.
"Lihat apa sih Viny?"
"Aku lihat kamu sama perempuan lain di apartement kamu..!" ucap Viny di puncak kesabaran dirinya.