Sequel Virginity~
~o~
Shani melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Shani menghela nafasnya, rasanya cepat sekali Senayan menjadi malam. Padahal ia baru sebentar rasanya jalan dengan Viny sepulang sekolah.
Ia menoleh menatap Viny yang tengah memainkan permainan Time Crisis di salah satu game center. Viny menghentikan permainannya saat menyadari beberapa petugas di game center tersebut nampak tengah beres-beres dan menutup game center itu.
"Indira, ayo kita pulang."
Shani hanya mengangguk lalu menerima uluran tangan Viny. Dan hanya diam. Ia tak menjawab ajakan Viny. Dia sudah tahu selama ini Viny hanya berlagak seperti orang baik. Sebenernya maunya berbeda.
'Kamu mau bagaimana, Kak?'
Kini Shani dan Viny sudah berada di dalam mobil Viny. Shani masih terdiam memandang lurus ke depan. Viny disampingnya mengerutkan keningnya bingung.
"Kamu kok diem aja? Ngantuk, ya?"
Shani masih diam, ia merasakan gejolak aneh di dadanya tapi ia tak mengerti apa yang dirasakannya. Viny yang masih melihat Shani terdiam menarik wajah Shani untuk menoleh padanya. Tanpa izin ia mendaratkan ciuman lembutnya di bibir Shani.
"Maaf ya ajak main sampe selarut ini." Ucap Viny lembut seusai ciumannya.
Shani membuka matanya perlahan dan mengangguk pelan.
"Mau beli minum dulu gak?" tanya Viny sebelum melajukan mobilnya
Shani mengangguk, "Boleh, kak."
"Yu turun." Viny turun dari mobil dan diikuti oleh Shani dibelakangnya.
Shani memegangi bibirnya sendiri yang baru saja terkena sentuhan Viny. Entah kenapa perasaannya memberontak menginginkan hal yang lebih dari ini. Namun apa? Shani sama sekali tidak memahami semua itu.
Selesai membeli minum, Viny mengajak Shani ke Taman kecil yang hanya berjarak beberapa meter dari Senayan.
Langit tampak pucat. Tidak ada rembulan dan tabur bintang yang biasanya berkerja sama untuk memperindah langit. Dalam kesamaran, Shani memandangi wajah samping Viny yang tengah sibuk meminum meminumannya sambil menatap beberapa tumbuhan yang terdapat di taman itu.
"Kamu kenapa liatin aku gitu banget?" tanya Viny yang melirik sekilas ke arah Shani.
Shani tersentak dan mengerjap beberapa kali, "Ng-ngga."
Viny tersenyum tipis kemudian menatap Shani lembut, "Kamu kenapa?" tanyanya seraya mengusap pipi Shani.
Tubuh Shani tiba-tiba saja menegang ketika usapan Viny turun ke lehernya. Sesuatu aneh itu kembali menyelimutinya. Shani menggigit bibir bawahnya tidak tau apa yang harus ia lakukan.
"Kamu kenapa?" tanya Viny sekali lagi karena tidak mendapatkan jawaban tadi.
"Ngga." Shani tersenyum kikuk pada Viny
Viny mengedarkan pandangannya pada beberapa orang yang kini tengah melihat ke arahnya. Ia hendak menarik tangannya dari leher Shani tetapi dengan sigap ditahan oleh Shani. Viny mengerutkan dahinya bingung dengan respon Shani yang tidak biasanya seperti ini.