Sang Peneror

528 50 12
                                    

Nadine begitu sulit memejamkan matanya mengingat ucapan James mengenai siapa dia sebenarnya, tentu saja ia masih tak menyangka jika pemuda yang hampir membuatnya kesal selama di kampus adalah calon suaminya yang tak lain teman masa kecilnya yang sempat menjauhinya dulu.

"Dia sangat berubah sekarang, jauh lebih ganteng di bandingkan dulu, yang rada gendutan. Tapi kok James bisa secakep sekarang ya. Duh, Nadine kenapa sejak tadi jantung lo berdebar gak jelas gini sih memikirkan dia" benaknya bingung sendiri, Nadine pun menutupi wajahnya dengan selimut berharap wajah tampan James bisa hilang sejenak dari fikirannya. Arlojinya yang sudah menunjukan pukul 3 pagi pun tak di sadarinya saat hampir semalaman ia memikirkan ucapan pemuda tampan itu.

"Bisa kesiangan kalau terus memikirkan dia hhh, tenang Nad tenang, sisakan waktu buat besok deh untuk memikirkan calon suami lo itu" Nadine mencoba memejamkan matanya, namun telinganya seakan mendengar suara tangisan di luar sana yang membuat bulu kuduknya sendiri merinding, apa mungkin di tempat ini ada makhluk halusnya atau tante kunti yang sedang beraktivas seperti yg di ceritakan si gembul Roy siang tadi padanya, tapi semakin ia menajamkan telinganya suara tangisan itu pun semakin jelas di telinga Nadine hingga ia tertarik untuk mencari tau sumber suara itu, walau dalam kondisi mata yang mengantuk seperti ini.

"Semoga aja tangisan itu bukan dari orang yang gue fikirkan deh, apa jadinya kalau gue ngeliat langsung Tante kunti di depan mata. Bisa pingsan mendadak gue" Nadine pun membuka tendanya mencari sumber suara itu, namun tak melihat siapa-siapa di hadapannya hanya ada api unggun yang masih menyala, dan untuk menghangatkan tubuhnya ia menghampiri tempat itu.

"Dingin banget tempat ini" ujarnya seraya mengusap kedua tangannya

"Belum tidur ?" ujar suara mendekati Nadine yang membuatnya berteriak kaget melihat keberadaan James di hadapannya yang tiba-tiba

"Ya Tuhan, kamu kok ngagetin aku aja. Aku fikir Tante kunti deh"

"Tante kunti ? Maksudnya ?"

"Itu James, tadi.....tadi aku dengar ada suara orang yang menangis, makanya aku keluar tenda. Eh pas aku lihat malah gak ada siapa-siapa disini, ya daripada bengong aja dengan cuaca dingin begini mending aku menghangatkan tubuh deh, kan lumayan. Lagi enak banget malah kamu ngagetin" Omel Nadine yang membuat James tersenyum mendengarnya

"Kamu dari dulu gak berubah ya Nad, tetap aja bawel. Kalau sudah ngomong gak bisa di rem" tawa James dengan senyum khasnya yang membuat jantung Nadine malah berdebar-debar tak jelas

"Maksud kamu apa ? Mau bilang aku bawel gitu hhh ? ya memang kayak begini lah aku dari dulu, habisnya kamu tadi ngagetin sih"

"Iya sorry, aku gak bermaksud untuk menyingung kamu kok, nih kebetulan aku tadi buat teh. Kamu minum dulu biar tubuh kamu gak kedinginan" James memberikan secangkir teh hangat pada Nadine

"Thanks"

James pun melepaskan jaket di tubuhnya dan memasangkan pada Nadine, yang membuat gadis itu cukup kaget dengan sikap James walau di hati kecilnya begitu tertegun karna perlakuan calon suaminya.

"Emangnya kamu gak kedinginan ?"

"Kamu yang lebih membutuhkan itu di banding aku, aku kan cowok sudah biasa dengan udara dingin, kalau gadis manis kayak kamu nanti malah masuk angin lagi"

"Hmm sok tau hehe, ya sudah sini kamu mendekat" Nadine meminta James untuk duduk di sampingnya, ia pun melepaskan sebelah jaketnya dan memasangkan di tubuh James, hingga tubuh mereka bisa tertutupi oleh jaket itu. James menatap lekat Nadine yang membuatnya sendiri tak bisa menutupi rasa bahagianya ketika kembali memandangi calon istrinya dengan sedekat ini.

"Bahagia melihat kamu sedekat ini Nad" ucap James yang membuat wajah Nadine memerah mendengarnya, ia mengenggam jemari James erat dan bersandar di pundaknya seraya mengamati api unggun di hadapan mereka. James memeluk tunangannya itu erat seraya mencium kening Nadine mengungkapkan isi hatinya.

Cinta Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang