Kepalsuan

357 33 10
                                    

Cahaya matahari pagi menerpa kulit Nadine, tubuh gadis itu pun menggeliat menyadari keadaan langit yang sudah terang benderang, entah sudah berapa lama ia terlelap hingga tak menyadari jika matahari sudah menampakan kembali cahaya indahnya, tatapan gadis itu pun teralih pada tangan yang melingkar di tubuhnya, jantung Nadine pun berdetak lebih cepat melihat wajah tenang calon suaminya yang berada di sampingnya.

"Jadi semalaman James jagain aku?" benak Nadine tertegun memandangi pemuda itu, kejadian mengerikan yang di alaminya pun masih saja membuatnya trauma. Nadine masih tak menyangka jika Marco akan melakukan tindakan keji dengan mencoba memperkosanya, andai saja James tak datang menolongnya mungkin kejadian yang akan merusak masa depannya pun terjadi semalam.

"Lagi-lagi kamu menyelamatkan aku sayang, terima kasih. Aku gak tau kalau gak ada kamu James, mungkin aku......" Nadine tak melanjutkan ucapannya saat tatapannya begitu fokus pada wajah tenang pemuda itu, perlahan ia menyingkirikan tangan James dari tubuhnya dan mengusap lembut pipi calon suaminya.

"Kamu bukan hanya calon suami impian sayang, tapi kamu juga belahan jiwa yang aku cari selama ini. Aku mencintai kamu, sangat mencintai kamu James" Nadine mencium kening James, mengutarakan perasaan yang begitu dalam di benaknya

"Sayang, kamu sudah bangun ?" James cukup kaget melihat Nadine di hadapannya

"Iya"

"Kamu baik-baik aja, apa ada yang terluka ? bagaimana keadaan kamu ?" tanya James beruntun memeriksa keadaan Nadine

"Biasa aja dong calon suami, sampai segitunya. Kamu lihat sendiri kan, aku baik-baik aja tanpa kekurangan apapun"

"Tapi aku cemas sayang, aku betul-betul khawatir. Maaf ya harusnya aku gak meninggalkan kamu, harusnya aku kembali ke tempat api unggun itu lebih cepat"

"Ssstt yang penting kamu sudah menyelamatkan aku, ternyata pahlawan cinta memang ada ya di dunia nyata, kirain cuma di dongeng aja"

"Maksudnya ?"

"Ih nyebelin banget sih, katanya cowok paling jenius tapi kok lemot, jangan-jangan kamu jeniusnya abal-abal ya ? ayo ngaku" ujar Nadine manyun, James pun terkekeh melihatnya

"Kamu itu istimewa banget sayang, dalam kondisi seperti ini masih aja bercanda. Aku khawatir, mau di bilang pahlawan cinta, pahlawan kesiangan atau pahlawan abal-abal gak penting buat aku, yang jelas aku calon suami kamu dan sudah kewajiban aku buat melindungi kamu" ujar James seraya mencubit pipi Nadine dengan gemas

"Awhh kok di cubit, dasar gak so sweet deh"

"Emang kamu maunya apa ? di cium ? di peluk atau...."

"Kamu genit, masih pagi tau ! kalau mau peluk, kamu mandi dulu sana, apalagi kalau mau nyium, bau acem tu"

"Serius nih ? Yakin gak bakal menyesal nih ?"

"Hmm gak"

"Awas ya kalau nanti menyesal"

"Kan aku bilangnya jangan sekarang, nanti-nanti kan bisa sayang hehe, yang penting kamu siap-siap buat melanjutkan perjalanan kita. Kamu mau nanti nilai kita kecil karna kamu terlambat, ayo mandi sana Pak ketua kok sekarang jadi males-malesan sih. Beda banget pas waktu awal kemping"

"Hmm pagi-pagi sudah di omelin calon istri aja, iya deh iya kamu juga siap-siap tu jangan terlambat. Kamu gak tau kan kalau pak ketua sudah marah ?" Ancam James seraya memeluk Nadine dari belakang yang membuat Nadine malah terdiam karna sikap calon suaminya ini

"James kamu mau ngapain ?"

"Peluk kamu, memangnya gak boleh ?"

"Bukan gak boleh, tapi....."

Cinta Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang