Siasat

366 44 6
                                    

Kecemasan pun terlihat di wajah James, saat Nadine tak kunjung meresponnya, entah siapa yang sudah tega melakukan tindakan keji seperti ini dengan mendorong calon istrinya itu ke sungai. James pun tak begitu jelas menatap sosok orang berjubah hitam itu yang segera kabur darinya, James segera membawa Nadine ke tepian sungai ia mencoba mengeluarkan air yang terminum oleh Nadine hingga beberapa kali menekan perutnya, wajah Nadine yang memucat dengan keadaan tubuhnya yang sangat dingin pun membuat James semakin khawatir dengan kondisinya.

"Nadine....Nadine bangun Nad, Nadine buka mata kamu. Aku mohon buka mata kamu sayang" ucap James dengan kecemasan hingga membuat semua orang terenyuh menatapnya, James pun mengerutkan kening saat ucapan James terdengar berbeda untuk sepupunya itu, apa mungkin kecurigaannya selama ini benar adanya jika mereka memiliki hubungan yang tak biasa, namun Daniel juga tak mau menanggapi itu terlebih dulu, keadaan Nadine pun menjadi fokus pentingnya saat ini.

"James lo kasih nafas buatan aja buat Nadine"

"Tapi Daniel"

"Gakpapa, gue takut terjadi apa-apa dengan dia"

"Iya tu James, mungkin air yang terminum oleh Nadine banyak banget sampai dia gak sadar begitu" ucap salah satu mahasiswa

"Lo mau Nadine mati James ! Kita gak punya banyak waktu lagi, gue gak mau sepupu gue kenapa-napa" ujar Daniel dengan cemas

"Maafin aku sayang, aku gak bermaksud untuk lancang, kondisi kamu jauh lebih penting buat aku" batin James lirih, ia pun memberikan nafas buatan untuk calon istrinya itu berharap keadaan Nadine segera membaik, beberapa kali James mencoba menekan perut Nadine mencoba mengeluarkan air yang terminum olehnya. Kecemasan pun semakin menjadi di benaknya saat tak ada reaksi apapun dari Nadine, namun ia tak gentar untuk tetap mengembalikan keadaan calon istrinya itu seperti semula.

"Nadineeeee.....Nad kamu baik-baik aja sayang, kamu......" ucap Marco terhenti melihat James yang sedang memberikan pertolongan pertama pada kekasihnya, tangan Marco pun terkepal erat melihat sikap kurang ajar James seperti ini hingga begitu lancang menyentuh bibir Nadine di hadapannya

"Apa yang lo lakukan dengan pacar gue James !!! Lo jangan bertindak kurang ajar" Marco hendak memukul James, namun usaha pemuda itu berhasil di halangi Daniel dan juga mahasiswa lainnya. Teman-teman Nadine pun malah berseru menyalahkan Marco yang bersikap seenaknya sendiri.

"Lo apaan sih Marco, justru lo harusnya bersyukur ada James yang mau menolong Nadine kalau gak, lo gak tau kan gimana nasib Nadine"

"Iya lo gak lihat Nadine tadi tenggelam, dan lo cuma diem aja dan gak bisa berbuat apa-apa. James sedang melakukan pertolongan pertama buat Nadine"

"Betul tu jadi lo gak usah se-emosi begitu" sambar Stefani

"Tapi dia...."

"Sudah lo mending diem deh, yang di lakukan James itu sudah betul. Dia gak mau Nadine kenapa-napa, lagian ya James kan ketua tim Nadine, dia itu bertanggung jawab terhadap anggotanya, gak kayak lo" celetuk Tara

"Gue minta lo tahan emosi lo Marco, gue yang meminta James untuk melakukan itu. Gue gak mau sepupu gue kenapa-napa, ngerti lo !! Kalau lo mau marah, lo marah sama gue" ucap Daniel dengan menatap tajam pemuda itu

James tak memperdulikan kemarahan Marco, batinnya malah semakin cemas saat Nadine masih diam saja. Ia mengusap pipi calon istrinya berharap Bintang bisa merasakan respon darinya.

"Nadine buka mata kamu, bangun Nad. Aku mohon jangan tinggalin aku, buka mata kamu sayang, gak akan ada yang menyakiti kamu lagi, buka mata kamu Nad" lirih James berharap Nadine mendengarkan ucapannya

"Huks....Huks"

"Nadine, Nadine bangun tu"

"Daniel sepupu lo sudah siuman, Nadine sudah membuka matanya" seru teman-teman Nadine

Cinta Di Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang