14. KEMBALI BERDEGUP

3.2K 223 0
                                    

Harus kuat, biar kangen minggat.
______________________________________

"Seru ya Ci, di kiss bertubi-tubi sama Dika" bisik Rara sambil mencatat penjelasan yang disampaikan pak Darman.

"Jangan dibahas lagi Ra"

"Gimana rasanya Ci, manis mana dengan Kiss nya Egi" Rara terkekeh pelan.

"Lo masih ada utang ama gue karna ngijinin kak Dika bajak Wa lo" Uci mencondongkan kepalanya ke dekat Rara yang ada di sebelah nya. Dengan tangan terus mencatat materi yang sedang di jelaskan pak Darman.

"Hebat lo Ci, belum satu bulan di sini, udah ngerasakan kiss nya dua cowok Coolboy" Rara terus menggoda. "Ga kebayang gue gimana rasa nya" Rara terkekeh mengejek.

"Gini rasanya, gini.... " Uci berusaha mencium Rara yang terus membuat nya malu.

Pluuuuk.....
Suara tutup spidol yang melayang dari pak Daraman tepat mengenai jidat Uci.

"Huuuuuuuhhh........" Suara serempak sebagian besar siswa dalam kelas.

"Kalian berdua sebaiknya keluar dari kelas saya! Kalau ingin masuk kembali, Berdiri dengan tangan di telinga selama 10 menit di lorong depan kelas sana!" Perintah pak Darman tegas.

"Tapi pak... Uci yang mau men..."

Uci menutup mulut Rara sebelum Rara menuntaskan kalimat nya. "Iya pak, kita akan berdiri di lorong sana" Uci menarik tangan Rara.

Egi terkekeh geli melihat dari celah pintu Uci dan Rara berdiri dengan dua tangan di telinga.

"Lo sih Ci pakai acara bikin ribut" tuduh Rara

"Lo juga sih, masih aja ngebahas tentang kak Dika"

"Ci Dika Ci....." tunjuk Rara dengan bibir nya ketika melihat Dika yang baru saja keluar dari toilet cowok.

Uci melihat ke arah pandangan Rara, kemudian memejamkan matanya. 'Jangan kesini.... Jangan kesini.... Jangan kesini' . mantra Uci.

"Dika kesini Ci"

Uci membuka mata nya dan melihat Dika sudah hampir di depan nya.

"Kalian dihukum pak Darman?" tanya Dika menahan tawa.

"Rara tu kak yang bikin rusuh di kelas, Uci kena getah nya" runtuk Uci.

"Yang kena tutup spidol terbang itu kan lo Ci, udah pasti tuhan tau siapa yang salah" jelas Rara

"Suzzzzt... Udah jangan tambah ribut. Nanti lama hukuman kalian di tambah pak Darman" Dika mengusap lembut jidat Uci yang memerah karna tutup spidol dengan ibu jari nya.

"Lo tau ga Dik!, kita sampai berdiri di sini karna Uci mao cium gue, dia sangka gue elo" lapor Rara pada Dika.

Uci berusaha menginjak kaki Rara, tapi Rara menghindari nya.

"Suuzzzzt..." Dika kembali mengingatkan mereka untuk tidak ribut. "O ya Ci, balik sekolah kak Dika masih ada ekskul basket. Rencana nya kelas kak Dika bertanding melawan anak basket kelas Uci. Uci mau liat? Biar sekalian pulang bareng kak Dika" ajak dika dengan suara pelan.

"Uci pulang dulu aja kak, Uci ga suka dengan basket. Hiiiii." Uci nyengir kuda.

"ya udah lanjutkan hukuman nya, kak Dika balik ke kelas Dulu" Dika menepuk salah satu bahu Uci. "Semangat"

**************************************************

Teeeeet....teeeet.....teeeeet

Bel tanda istirahat ke dua berbunyi. Beberapa dari siswa meninggalkan ruang kelas.

"Dasar tukang cari sensasi" celetuk Dani sambil melempar bola kertas ke arah Uci

Uci mengambil bola kertas tersebut dan kembali melemparkan ke arah Dani "bukan urusan lo"

Dani bangkit dari duduk nya dan berdiri didepan meja Uci "Jelas urusan kita, lo tu bikin ribut di kelas"

Uci juga tidak mau kalah, dengan sigap Uci mendongakkan wajah nya di hadapan Dani. "Trus lo mau apa, mau nonjok gue!" tantang Uci.

Egi berdiri dan menarik Dani agar menahan emosi nya pada Uci. "Lagian kalian berdua apa sih yang diributkan seheboh tadi?"

"itu rahasia, Gi, moment manis di balkon tidak boleh jadi konsumsi publik" Rara melirik jahil ke arah Uci.

Uci menatap tajam ke arah Rara.

"Owh..... Yang di balkon. Gue juga lihat waktu me...."

Uci cepat-cepat menutup mulut Egi degan telapak tangan nya. Karena kurang waspada keseimbangan Egi goyah, sehingga Egi terduduk di atas meja. Refleks tangan Egi merangkul pinggang Uci sehingga memperkecil jarak tubuh kedua nya.

Uci meraskan aliran darah dalam tubuhnya sedang maraton dengan keceptan maksimal dan pipi nya merona ketika melihat wajah Egi tepat di depan wajah nya.

"Jadi siapa yang jadi tim basket dari kelas kalian untuk pertandinga nanti?" tanya Dika yang tiba-tiba sudah duduk di sisi meja Uci.

Uci terkejut ketika mendengar suara Dika yang entah sejak kapan ada di belakang nya. Uci kemudian berdiri dan berjalan menuju kursi nya. Ketika melewati Dika, tangan Dika menggenggam tangan Uci dan menarik uci untuk duduk di samping nya.

"Kita ada delapan orang Dik, Egi kapten nya" jelas Tio.

"Oke. Jam setengah tiga kita semua udah di lapangan, yang telat berarti kalah, gimana?" usul Dika, kemudian sedikit berbisik ke arah Uci. "Yakin ga mau ikut liat pertandingan?"

Uci menggelengkan kepala nya yang sedang tertunduk merasa bersalah.

"Gue setuju usul Dika. Trus Uci dan Rara harus ikut nonton pertandingan jadi suporter kelas kita" tegas Egi.

"Uci ga ikut, dia langsung balik pas pulang sekolah" bela Dika.

Egi terkekeh "mau pulang trus masih mau mengenang peristiwa di balkon" ejek Egi.

"Lo mau gue praktekkan sesuatu yang manis di balkon disini juga Gi" ancam Dika sambil mengeratkan genggaman tangan Nya pada Uci.

"Gendeng lo Dik" Egi meninggalkan ruang kelas dengan kesal, ketika harus mengingat peristiwa di balkon kemaren sore.

"Nanti kalau udah nyampe rumah Wa kak Dika ya!" pinta Dika pada Uci, kemudian mencium punggung tangan Uci yang ada digenggaman nya.

Uci mengangguk setuju.

Whatsapp Aku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang