1

4.6K 143 31
                                    

Musim semi, Eren masuk ke kelas seni. Ia seharusnya mempersiapkan diri untuk hari pertama duduk di bangku kuliah. Tapi sialnya, semalam Connie dan Sasha datang ke rumah dan gadis cokelat itu harus meladeni mereka main kartu gaple hingga pukul dua pagi. Eren bangun siang dengan kantung mata berlipat- lipat dan seharusnya langsung pergi tanpa mandi dan sarapan.

Sial yang kedua berlanjut. Ibu Eren berkacak pinggang di meja makan, tidak mau sarapannya disia- siakan. Bahkan ibu nya ini tidak mau tahu ia sudah terlambat atau tidak. Alhasil, ketika semua orang sudah melakukan perkenalan diri di kelas, mendorong pintu geser dan menunduk meminta maaf karena terlambat.

Sial ketiga, yang berdiri di depan kelas saat ini adalah Profesor wanita berambut cokelat diikat kuda, dengan kacamata membingkai wajahnya. Yang ganjil, saat ini ia menatap Eren kegirangan. Eren di hukum untuk mendengarkan ocehannya tentang seni memahat patung titan selama satu jam. Pegal karena berdiri iya, mengantuk juga iya. Sesudahnya, lagi - lagi gadis berambut cokelat itu harus membungkuk minta maaf kepada teman- teman baru nya karena membuat waktu satu jam mereka terbuang dengan ikut mendengarkan Profesor bernama Hanji itu ngoceh.

Sial keempat. Ia dipersilahkan duduk, tapi seperti nya teman- teman baru Eren sengaja menyisakan tempat duduk di bangku panjang paling belakang. Ya, menyisakan seorang pemuda dengan aura kelam menguar dari tubuh nya. Eren langsung merasa tercekik. Ia paksakan diri untuk duduk di samping pemuda berambut hitam yang tengah menopang dagu tanpa menoleh kedatangan Eren.

Ia duduk, tidak sengaja mereka bertatapan. Lebih tepatnya, si pemuda hanya melirik. Kulitnya pucat, mata nya tajam menusuk dengan kelereng abu di tengahnya, eh, dan....Eren harus sedikit menunduk untuk memandangnya, oke lebih tepatnya ia lebih pendek dari Eren. Si pendek yang dingin dan tampan. Gadis itu terpana.

"Sudah selesai kontes menatapnya bocah?"
Astaga. Bibir tipis si pemuda bergerak minim, menyisakan suara yang meremangkan bulu kuduk. Tampangnya sangat datar, tidak tersisa kesan ramah sedikit pun.

"Uh....gomen." Eren menundukkan kepala dalam-dalam.

'Udah cebol, jutek lagi. Like a mercon cabe!' Puji Eren dalam hati.

Ia mengeluarkan alat tulis nya, mencatat apa saja yang di katakan oleh Profesor Hanji, walaupun 90 persen wanita berkacamata itu hanya melantur di depan kelas.

"Yoo, sebagai pengenalan sejauh mana bakat seni squidward menurun pada kalian, aku ingin kalian menggambar sketsa wajah teman di samping kalian dalam waktu 15 menit." Profesor Hanji membagikan kertas putih kosong.

Eren tersentak. Jika hanya melukis pemandangan dan benda-benda abstrak, ia sangat jago. Jika dengan cat dan kuas, ia masih mahir. Tapi jika disuruh membuat sketsa wajah??? Ia tidak tahu sampai di mana keahliannya.

Eren menatap sedikit horor pada pemuda di sebelah nya. Jantung Eren nyaris copot karena si cebol sudah menghadap sepenuhnya ke arah nya sambil memegang kertas. Eren menggaruk kepala, linglung.

"Bocah, bisakah kau tidak banyak bergerak?" Ia berujar datar sambil menggerakkan pensil di atas kertas.

"Mo..mohon bantuannya." Eren berbisik gugup dan mulai menggambar juga. Ukh, sial sekali bagi nya, wajah jutek si cebol ini tidak mudah untuk di gambar, terutama bagian mata, rambut dan bibir. Ia gelisah, di perhatikan sekali lagi wajah pemuda yang macam teflon. Bersamaan, si wajah teflon pun tengah memandang Eren. Mata mereka bertemu beberapa detik. Eren menunduk, berpura - pura menekuni karya nya.

"Baiklah, waktu habis. Silahkan diisi nama dan tunjukkan pada teman kalian sebelum mengumpulkan kepada ku. Yang merasa tidak mirip silahkan tendang saja pembuat gambar nya, huehehehe." Profesor Hanji tertawa seram di depan.

FALL [RIREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang