"Are? Eren?......" Petra celingukan mencari Eren yang tiba - tiba hilang di belakangnya.
.
.
.
.
.
.
Eren sengaja mendorong teman - temannya untuk menjauh, agar ia bisa kabur. Ia bersembunyi di balik pintu kayu toko roti langgannya, Fema bakery yang terbuka. Harum roti blueberry mozarela kesukaan Eren, menguar dari dalam. Bukannya tergoda oleh harum roti, gadis itu makin mendidih karena mencium aroma roti sambil melihat kekasihnya jalan berdua dengan wanita lain, rasa nya sama seperti berkubang dalam saus cabai. Gereget sekaligus penasaran."Ukh!" Eren meremas ujung cardigannya.
Levi dan wanita itu naik ke sebuah mobil mewah yang terparkir di depan O'caffe. Tak berapa lama, mobil langsung bergabung dengan lalu lintas yang sedikit lengang. Eren berlari, hendak mengejar. Namun, ia bukan seorang atlet lari yang bisa mengejar mobil yang melaju dengan kecepatan 60 km. Apalagi ia mengenakan stiletto yang tidak memungkinkan kaki mungilnya untuk berlari.
"Eeeeerreeeeennn!......." Datang dari arah berlawanan, suara gadis jejadian mengendarai sepeda gayungnya yang sudah uzur. Ia mengenakan celana panjang hitam, kemeja garis garis, rambut pirang yang berkibar- kibar tertiup angin jalanan, tangan kiri melambai, tangan kanan memegang stang sepeda, kaki mengayuh pelan.
Penyelamatnya telah tiba!
"Aarrrmiiinnnnn......" Eren melambai pada Armin seraya berlari kecil menyambutnya. Armin mengayuh sepeda nya dengan semangat, berniat menghampiri gadis tersebut. Nyata nya, Eren malah mencoba bunuh diri ketika jarak sepeda tinggal semeter.
"Hiyaaaaaaaaaaa!!!" Eren melompat ke tengah jalan, merentangkan kedua tangan dan berteriak kesetanan, membuat Armin kaget dan terjungkal karena harus mengerem mendadak agar tidak menabrak si gadis nekat. Laju sepeda terhenti tepat ketika Eren berhasil menangkap stang. Sementara pengendara nya nyungsep tepat di bawah tiang listrik pinggir jalan, dengan posisi kepala di bawah dan kaki di atas.
"Ugh.....a....aku me...melihat se..seberkas.....ca..haya te..terang..ah.....Erwin....se....senpai....." Armin merasa kepala dan mata nya berputar putar. Ia tersenyum ganjil dalam posisi yang lebih ganjil.
"Armin teman baik ku, aku pinjam sepeda mu, nanti aku kembalikan!" Tanpa ba bi bu, Eren mengendarai sepeda butut milik Armin dan mengejar mobil Levi.
"Ha...ha...i..i?" Armin pingsan dengan sukses.
.
.
.
.
.
.
.Eren sampai di sebuah apartemen mewah di distrik Rose yang berjarak delapan kilometer dari O'caffe. Bisa di bayangkan bagimana gadis berambut cokelat itu harus melewati lima tanjakan, dua turunan, empat belokan, dua perempatan, dan hampir di tilang oleh polisi wanita berambut hazel model keriting papan.
"Heh gadis slebor! Ini bukan jalur sepeda! Jangan menaiki sepeda di jalur ini atau ku bunuh kau!!" Teriaknya kesal karena Eren hanya berlalu tanpa mengindahkan peringatannya.
Eren mengayuh sepeda kuat-kuat. Tidak di pedulikannya keadaan sekitar. Mata nya hanya fokus pada satu tujuan. Levi. Levi. Levi. Dan Levi.
"Levi..levi..levi..levi..levi..levi..." Eren menyebut nama Levi berulang kali seperti merapalkan mantra pengusir setan. Penuh dendam. Sepeda butut Armin ajaibnya bisa mengekor mobil Levi yang melaju sedikit kencang. Kekuatan gadis pencemburu memang menakutkan.
Perhatian Eren kembali lagi ke apartemen mewah dihadapannya. Mobil yang membawa Levi beserta wanita mencurigakan tersebut memasuki bassement. Sementara Eren berhenti tepat di depan gerbang besi bercat emas sambil mengumpulkan nyawa. Rambut cokelat sebahu yang baru tadi pagi ia ikalkan dengan pengikal rambut, kini kusut masai tersapu angin. Napas nya ngos - ngosan, peluh menetes dari kening nya, hampir menyapu polesan eyeliner.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [RIREN]
Fanfiction[END] Attack on Titan belongs to Hajime Isayama. . . . Semua tokoh Attack on Titan hanya milik mr. Isayama. Author numpang pinjam 😊😊😊