2

1.2K 83 17
                                    

"Aku menyayangi mu Levi..." Eren menautkan jari - jari lentik pada tangan Levi, menciptakan atmosfer romantis.

"Ya, aku juga menyayangi diri ku bocah." Dan Levi menghancurkan atmosfer romantis yang susah payah di ciptakan.

"Sialan." Eren menarik kembali tangannya. Ia beralih mencengkeram kerah kemeja hitam Levi, namun tangan sang kekasih lebih gesit.

"Oi, apa yang kau lakukan?" Levi mencengkeram pergelangan tangan Eren.

"Ukh...biarkan aku mencekik mu sekali sajaaaa....!" Eren meronta.

Levi menghela napas. Di peluknya pinggang ramping Eren dengan satu tangan, sementara tangan yang lain menarik dagu gadis itu untuk mendekat. Sangat dekat ke wajah nya, hingga hembusan napas Eren mengembun di pipi Levi. Eren menatap Levi tidak berkedip.

"Le....Levi....kita ma...masih di depan umum." Eren berbisik lirih, nyaris mencicit. Jantung nya sudah meronta - ronta minta keluar. Levi mengunci mata Eren dengan tatapan kelam yang menghipnotis. Bibir nya terus mendekat.

'Akh, yang terjadi, terjadilah. My first kiss, come to mamaa~~'

Dalam hati Eren sudah menggelinjang, kejang - kejang kegirangan. Tiga bulan berpacaran dengan balok es, dan Levi belum sekali pun merenggut keperawanan bibir nya dengan berbagai alasan.

Lebih dekat....

Dekat..

Dekat...

Eren perlahan memejamkan mata. Membayangkan bagaimana bibir tipis yang selama ini membuat penasaran, mendarat di atas bibir milik nya.

"Bocah....."

"Ha...hai....?"

"Aku tidak akan mencium karena mulut mu bau soda. Jadi enyah lah." Bisikan Levi di telinganya sukses membuat Eren pingsan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Seharian kemarin berjalan dengan Levi, membuat Eren senang bukan kepalang, walaupun tidak jadi dicium dan Levi pulang tergesa - gesa. Alasan pertama, ia akhirnya dapat menghabiskan waktu berdua.

Kedua, semua yang di beli oleh Eren sampai acara makan - makan yang ia lakukan di bayar oleh Levi. Lebih tepatnya Eren berhasil memaksa pria bertampang datar itu mengeluarkan uang dengan berbagai bujuk rayu. Sepertinya ungkapan uang tidak bisa membeli cinta harus sedikit dirubah.

'Uang bisa menaikkan kadar cinta.'

Ow yeah!

Eren terkikik geli dengan motto hidupnya sendiri. Ah, kalau dipikir - pikir, jika bukan Levi orang nya, kadar cinta juga tidak akan naik.

Setelah puas bermain kemarin, hari ini ia berencana untuk merajuk lagi pada Levi dan menyeretnya ke acara kembang api musim panas di tepi sungai Sina. Eren mulai memikirkan skenario menculik Miyabi, maksud nya menculik Levi, sambil memikirkan ekspresi dan gestur tubuh seperti apa yang ampuh untuk meluluhkan balok es itu untuk kedua kali.

"Ereeennnn...."

Suara manis menipu datang dari pintu masuk universitas. Bagaimana tidak, jika belum menolehkan kepala, orang mengira  suara manis tersebut milik gadis kecil berkaleng kecil. Ah bukan, itu kutipan sebuah puisi. Inti nya, pemilik suara tersebut bukan seorang gadis, melainkan pria tulen yang cinta damai.

"Ah Armin, ohayou." Eren menunggu pria berambut blonde mirip jamur itu mendekat. Ia sedikit kecewa, berharap orang yang sering menyebutnya 'bocah' lah yang saat ini memanggilnya.

"Ereenn, mau kah kau mengantar ku ke ruang klub memanah pulang nanti?" Tanya Armin riang.

"Apa yang terjadi Armin? Wajah mu tiba tiba penuh jerawat begitu." Eren keheranan.

FALL [RIREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang