Ekstra Part (1)

704 38 2
                                        

Eren pada Levi, melekat kuat bagai perangko habis dijilat. Bagai lem tikus dan bulu tikus. Bagai cat pelapis anti air yang menempel kuat melindungi genteng dari hujan. Yang satu cerewet keras kepala. Satunya lagi kelewat dingin dan irit bicara. Eren menganggap hubungan mereka adalah hubungan paling romantis sedunia. Walaupun sisi keromantisan itu hanya Eren sendiri yang tahu. Bagi Levi sendiri, kata romantis tidak terlalu cocok dengan image nya, jadi ia tidak ambil pusing dengan pendapat orang. Di balik hubungan aneh mereka, banyak yang bertanya tanya mengapa gadis cerewet + pria dingin bisa menjelma menjadi sepasang kekasih??? Yep. Pertanyaan tersebut pasti ada karena author tidak menjelaskannya di part 1, hohoho.

Fall
Ekstra Part (1)
When I meet you
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pepatah lama menyebutkan bahwa benih cinta tumbuh dari sesuatu yang sederhana. Seperti.....gambar yang spesial mungkin? Atau dilukis pada selembar kertas dan terlihat 17 kali lebih syantik dari aslinya?? Itulah yang membuat hati Eren tersentuh pertamakali dan ingin mengenal Levi lebih dekat. Sementara bagi Levi sendiri, hasil karyanya dijadikan pajangan wallpaper ponsel merasa sangat dihargai. Jadilah ia mulai menerima kehadiran orang lain macam Eren walau belum seratus persen. Alkisah semua berjalan lancar dan mulus? Tentu saja tidak. Jalanan jika tidak ada tikungan tajam, pasti ada lubangnya. Sama seperti suatu ketika Eren lupa membawa satu tas peralatan gambar lengkap termasuk satu set rapido, spidol, pensil warna, dan tetek bengek lain, pandangannya terhadap Levi langsung berubah. Apalagi yang dihadapi saat itu adalah dosen paling aneh seantero universitas. Ujian mendadak dengan tema arsiran. Tidak ada kesempatan minta selembar kertas atau meminjam pensil butut sekalipun, karena semua langsung menunduk tekun mengerjakan tugas, demi selamat dari lembah nestapa ciptaan profesor Hanji. Eren hanya bengong. Lima menit berlalu tanpa mengerjakan apapun. Sementara Levi, menolehpun tidak padanya. Apalagi bertanya kenapa ia tidak mengerjakan tugas.  Akhirnya dengan terpaksa ia sendiri yang meminta bantuan.

"Le...levi-san..." Eren mencolek pundak Levi takut- takut.

"Hm...." Levi menjawab pendek, tidak melepaskan pandangan dari tugasnya.

"A...aku mau pinjam pensil." Tunjuk Eren ke arah peralatan Levi di atas meja.

".....tidak." Ujar Levi tegas.

"Kalau begitu pinjam penghapus."

"Tidak."

"Minta kertas gambar?"

"Tidak."

"Dasar cebol pelit." Umpat Eren tidak sengaja.

Levi menengok patah-patah. Masih dengan wajah datar.
"Coba ulang sekali lagi." Desisnya dingin.

"Piiiinn......jaamm drawing pen?" Tanya Eren sekali lagi sambil tersenyum manis. Levi menghela napas panjang. Namun kemudian....

"Tidak." Ujarnya lagi. Eren hampir saja menggebrak meja jika tidak ingat ada profesor Hanji di depan.

"Kenapa kau sangat peliittt...." bisik Eren gemas.

Levi meliriknya santai, meletakkan pensilnya yang sedaritadi sibuk menari di atas kertas gambar.
"Dan kau sendiri kenapa sangat dungu...bocah." Balas Levi kejam.

"Ap..apa?? Dungu??" Eren mengatupkan rahang. Seorang pria cebol menyebut lady seperti dirinya dengan sebutan....dungu??

"Iya. Dungu." Tegas Levi. "Kau mau kuliah atau mau masuk ke
laboratorium si mata empat di depan dengan peralatan itu heh?" Tunjuk Levi dengan ekor matanya kearah tas gendong milik Eren yang ternyata isinya.......stetoskop, termometer, sphygmomanometer lapangan, set luka, dan beberapa obat-obatan. Tentu saja milik sang ayah. Tertukar karena tas mereka kembaran. Eren mengurungkan niatnya untuk marah-marah. Ia menundukkan kepala habis di skakmat.

FALL [RIREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang