7

513 47 15
                                    

"Pletakk!"
Eren melayangkan jitakan lembut pada kepala kekasih nya.

Levi menatap kalem, tidak berusaha membalas.
"Bocah, kau tidak boleh berbuat kasar pada pasien."

"Kau selalu merusak suasana romantis yang berhasil ku ciptakan! Aku benci kau." Eren bersungut - sungut, kesal. Nyata nya, wajah Levi tetap tidak menunjukkan belas kasihan apalagi penyesalan.

"Cih. Aku alergi dengan kata romantis. Mendengar nya membuat bulu kuduk berdiri."

Eren tidak kehilangan akal. Sekali lagi ia mendekat kepada Levi yang masih diliputi aura luar biasa tenang, walaupun gadis di hadapan nya sangat menggoda. Betapa tidak, ia membenarkan syal yang melilit longgar di sekeliling leher pria itu sambil mendekatkan wajah dengan jarak yang hanya bisa diukur dengan mikrometer sekrup. Tinggal beberapa inci mereka bisa berciuman. Gadis itu berusaha memaku iris abu sang kekasih.

"Hei...boleh aku mencium mu?" Bisik Eren nyaris tidak kentara, sambil tetap melilitkan syal perlahan.

"Tidak." Levi enggan menurunkan kewaspadaan. Mata nya berkilat menantang.

"Kalau begitu  kau yang mencium ku?" Gadis berambut cokelat itu tetap gigih.

"Tidak."

"Jadi....kabar itu benar? Kau homo?" Eren memancing.

"Oi...."

"Jangan menyela. Sejak kita berdua pacaran, kau samasekali tidak mau mencium ku. Mungkin aku harus percaya kata Farlan, kalau kau sebenar nya homo. Jika tidak, mana mungkin kau samasekali tidak tergoda dengan ku." Eren pura - pura menunduk sedih, padahal dalam hati tergelak. Rencana B, memanas manasi Levi.

"Bocah...."

"Apa? Kau mau menyangkal??"

"Tidak."

Eren terlonjak kaget. Seketika tawa dalam hati nya berhenti.

"Ja...jadi kau benar...."

"Aku tidak membenarkan kalimat mu bocah. Aku bisa mati sesak napas jika kau tidak menghentikan lilitan syal sialan ini."

Eren melotot. Ia menegakkan kepala,  dan dengan sedikit panik memutar kembali syal yang sudah meliliti wajah Levi sampai ke mata.

"Aaaahhh, gomen, gomen, hahaha..." Ujar gadis itu garing. Wajah Levi makin tertekuk.

"Jika bukan kekasih kau sudah ku tendang sejak tadi."

Eren menggaruk belakang leher  dengan gugup. Tiba - tiba jari nya menunjuk. "Hei, dahi mu benjol. Apa pukulan ku terlalu keras?" Tangan Eren beralih ke kepala Levi.

"Jangan mengganti topik pem....." Kata- kata Levi tersendat ketika bibir  Eren mendarat di dahi nya dengan lembut.

"Nah sekarang sudah sembuh. Hahaha, I catch you." Teriak Eren kegirangan sambil melompat. Levi mematung, tidak berkedip.

"Kau....."

"Oh ayolah. Kau sudah besar Levi. Bahkan kau belum pernah sekalipun melumat bibir ku. Dasar pengecut." Eren tersenyum geli memandang wajah kekasih nya yang seperti habis kalah main judi. Beda nya, ada sedikit rona pada pipi pucat itu.

'Huwaaaa manisnyaaa!!!' Pekik Eren dalam hati.

"Bicara mu seperti sudah banyak pengalaman, bocah mesum."

"Dan gestur mu seperti pria yang tidak pernah pacaran."
 
Skakmat.

Bola mata Levi sesaat melebar. Beberapa detik kemudian senyum tipis terbit sesaat.

FALL [RIREN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang