Delvin Pratama
Ret, aku mau
minta maaf.Maafin aku
soal malam itu.Sejujurnya, Farah itu sepupu
aku bukan pacar aku.
Aku ngelakuin itu
biar kamu sakit
hati terus pergi dari aku.Aku mau kamu pergi
karena aku ga
mau jadi orang
ketiga dalam
hubungan kalian.Aku kira kalau kamu
pergi hidup aku bakal
aman dari rasa bersalah
,tetapi aku salah. Kamu
pergi setengah jiwa aku
juga pergi bersama dengan kamu.Ret, kalau kamu mau
melanjutkan kembali
hubungan kita, kamu
datang ya sekarang ke
cafe biasa. Aku mau
memulai semuanya dari awal lagi.Retta, aku sayang kamu.
Retta bingung sendiri setelah membaca pesan dari Delvin. Menurutnya, semua itu adalah kebenaran. Dia tahu Delvin, dia sangat mengenal Delvin, dan dia juga tahu Delvin adalah pria yang sangat baik.
Sejujurnya, di dalam hati Retta yang paling dalam dia masih mencintai Delvin. Cinta pertamanya di masa-masa SMA-nya dulu. Cinta pertamanya yang membuat dia jatuh sejatuh jatuhnya kepada pria itu. Dia mencintai Delvin dengan sepenuh hatinya. Namun, di sisi lain dia juga sudah menjadi istri orang lain dan sepatutnya dia tidak perlu berhubungan lagi dengan pria itu, tetapi hatinya masih berada dipria itu bukan berada disuaminya.
Bayangan Arven langsung masuk ke dalam pikirannya tanpa izin. Bayangan Arven yang begitu baik dan bertanggung jawab kepadanya. Bayangan Arven yang selalu hadir dikala dia kesusahan. Persetan dengan semua bayangan itu! Karena bayangan itulah yang membuat hati Retta sedikit ragu.
Retta menggeleng cepat, dia harus menyakinkan dirinya sendiri bahwa dia masih mencintaio Delvin dan dia harus kembali kepada Delvin. Tidak peduli dengan Arven yang sakit hati karenanya. Retta harus konsisten dengan niat awalnya. Dia harus segera membuktikan ke orang tuanya bahwa Arven memang tidak cocok untuknya .Entah dia harus memakai cara apa yang jelas,D elvin dapat membantunya untuk itu.
Retta mengambil tasnya lalu segera bergegas turun dari apartemennya menuju lantai bawah. Retta berjalan dengan langkah yang gusar, dia harus berjalan cepat karena dia tidak mau kalau nanti sampai bertemu dengan Arven, bisa-bisa gagal semua rencananya .Namun, semuanya itu gagal karena Arven yang baru keluar dari mobilnya melihat Retta dengan tatapan penuh tanya, sedangkan Retta tidak melihat Arven sama sekali.
Tangan Retta bergerak untuk memberhentikan taksi,Retta masuk ke dalam taksi itu.Arven yang melihat itu langsung membalikan arah langkahnya,dia menuju mobilnya dan mobilnya berjalan mengikuti taksi itu.
.
.
.Warna langit di luar jendela mobil sana mulai menggelap ,Bulan sudah tepat berada di tengah sana, dan lampu-lampu jalan sudah sedari tadi menyalah.
Arven mengacak rambutnya beberapa kali, dia semakin berasa tidak nyaman berada di sini. Berada di dalam mobil sambil menunggu sang istri yang tengah berduaan di dalam cafe sana memang tidak enak, sangat menyebalkan, dan membuat hati panas.
Mata Arven sedari tadi belum terlepas juga menatap Retta dan Delvin di dalam cafe sana. Semua hal yang dilakukan kedua orang itu Arven tahu. Tapi, Arven tidak mau masuk dan menarik Retta keluar dari cafe itu, dia sangat malas untuk melakukan itu untuk kedua kalinya. Dia tahu, bahwa dikala itu Retta sangat malu karena perlakuannya.
Arven menghembuskan napasnya kasar, sampai kapan dia berada di sini? Sampai Retta menyadari keberadaannya, tetapi rasanya tidak mungkin mengingat Retta sedang asyik di dalam sana. Namun, tatapan Arven langsung menatap mereka tajam. Bagaimana tidak? RETTA DAN DELVIN TENGAH BERCIUMAN DI DALAM SANA!
Bersambung.....
Vomen...
Salam,
TheDarkNight_
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress
Teen Fiction"Kamu kenapa milih warna gaun yang gelap?" tanya Arven dengan tatapan lurus ke depan. Retta mengangkat bahunya acuh. "Untuk menggambarkan keadaan gue nanti saat sama lo," ucapnya sarkastis. Arven tersenyum lalu mengusap puncak kepala Retta. "...