"Mau ngapain?" tanya Retta sambil menoleh arah kanan tepat di mana Arven berada. Arven tidak menjawab dia langsung membuka seatbelt, pria itu menatap Retta dengan tatapan dalam seakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Retta mengelap air matanya, sesungguhnya dia belum benar-benar berhenti menangis. Sekali dua kali air matanya masih saja menetes, walaupun tidak sederas tadi. Retta memandang Arven bingung, dia merasa kalau ada sesuatu yang janggal dengan tingkah laku Arven.
"Lo kenapa sih?" tanya Retta lagi. Hembusan napas kasar terdengar, Arven menarik bahu Retta agar mereka saling bertatapan mata.
"Sebenci itu kah kamu sama aku Ret?Sebegitunya kah kamu mau berpisah dengan aku?"
Retta mengerutkan alisnya, semakin bingung dengan keadaan Arven sekarang. Retta membuang tissue yang berada di tangannya, setelah itu dia memandang kembali Arven dengan dalam. Retta menghela napas panjang begitu melihat tatapan Arven semakin lama semakin dalam.
"Gue enggak ngerti." Arven membuang pandangannya, dia menutup matanya singkat helaan napas keluar begitu saja dari mulutnya. Tangan Arven mengambil sesuatu di tas kerjanya, sesuatu yang ingin dia berikan sekaligus meminta penjelasan mengenai itu.
"Aku tadi sehabis mandi, aku menemukan ini tepat di samping lemari handuk kamu dan yang membuat aku kaget, benda itu bergaris dua," ucap Arven sambil menyodorkan benda itu. Ya benar, benda itu adalah testpack.
Tangan Retta refleks menutup mulutnya dan tangan yang satunya lagi mengambil testpack itu dengan gemetar. "Tadinya aku enggak mau bahas dulu, tetapi aku enggak bisa untuk tidak membahasnya," Arven merubah tatapannya seketika yang tadinya tajam menjadi datar, "Ret, kamu hamil anak siapa?" tanya Arven datar.
"G ... ue....—"
"Anak Delvin? Atau anak aku? Tapi kayanya bukan anak aku karena aku ga pernah ngerasa melakukannya," potong Arven cepat.
"BUKAN ANAK DELVIN!" teriak Retta tiba-tiba. Arven langsung menaikan alisnya sebelah sambil menampilkan wajah tidak percaya. Arven mulai merasa salah karena dia telah menikahi Retta, wanita yang tidak bisa dikatakan kurang baik, namun sangat bisa dikatakan sangat tidak baik.
"Ada lagi? Kamu selingkuhin aku beberapa pria sih? Kamu nikah sama aku, pacaran sama Delvin, hamil sama orang lain. Murahan banget sih!"
Ucapan itu sungguh mampu merobek-robek hati Retta. Begitu tajam dan menusuk, baru kali ini dia merasakan Arven berbicara sekasar dan sesakit ini yang dia kenal Arven tidak seperti ini.
"Engak... git—"
"Keluar!" Retta menggigit bibirnya seketika, bingung harus menjelaskan apa dan melakukan apa sekarang.
"Keluar dari mobil gue, wanita murahan!" ucap Arven dengan mengebu-gebu. Emosi Arven sudah sampai di ubun-ubun, sudah tidak bisa ditahan lagi.
"Arv—"
"KELUAR!" bentak Arven kencang.
Retta mengelap air matanya yang keluar kembali dengan begitu derasnya, dia membuka pintu mobil Arven lalu menutupnya dengan sangat kencang.
B
ersambung
VOMEN...
Salam,
TheDarkNight_
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Dress
Teen Fiction"Kamu kenapa milih warna gaun yang gelap?" tanya Arven dengan tatapan lurus ke depan. Retta mengangkat bahunya acuh. "Untuk menggambarkan keadaan gue nanti saat sama lo," ucapnya sarkastis. Arven tersenyum lalu mengusap puncak kepala Retta. "...