Cahaya gemerlap lampu yang kian redup menemani cewek ini dipojok kamar rumahnya sendiri yang terlihat berantakan. Dilihatnya setumpukan tugas sekolah yang sedari tadi menghiasi pelopak matanya yang berwarna biru keabuan. Sudah lebih dari satu jam Ia hanya terdiam.
"Kenapa harus gue terus." seru cewek dengan pipi semerah tomat tersebut.
Ia telah membangun benteng sekuat mungkin agar tidak menangis begitu deras melihat kenyataan yang sangat pahit ini.
Cewek mana yang tidak rapuh melihat cowok pujaannya malah bermesraan dengan cewek selain dirinya.
"Gue harus kuat... gue kuat ko." ucapnya tersedu ketika tiba-tiba ingatan pahit itu muncul di kepala.
Setelah itu buku dan tugas sekolahnya tiba-tiba berterbangan begitu saja. Buku-buku dan alat tulis semacamnya Ia lempar ke sembarang tempat. Buliran air bening keluar dari kelopak mata yang kini berwarna gelap.
"Tega banget ya lo jadi cowok, kalau lo bosen sama gue apa salahnya bilang bukan malah main belakang." Gita memaki foto seorang cowok yang sedang memeluk kekasihnya romantis.
"Dasar cowo,brengsek!!!" ujarnya menggebu.
Dan sekarang, foto tersebut terbagi menjadi dua, memisahkan kedua orang yang berada didalamnya.
Lalu tidak tahu apa yang telah dilakukan olehnya foto tersebut terbagi kedalam lembaran yang begitu kecil.
Kelopak matanya membengkak tapi tangisnya belum sama sekali reda, wajahnya yang putih berseri hilang.
∆∆∆
Gita mengibaskan rambut panjangnya ketika seseorang cowok berteriak-teriak di koridor menuju kelasnya, cowok badboy sekolah yang selalu doyan masuk BK.
Tubuh mungil Gita mengintip isi ruangan kelas XII Ipa 6, mencari seorang pujaanya. Ia membelalakan mata ketika,
Astaga
Seketika, pipinya yang merona berlinang air mata. Pacarnya tersebut berciuman dengan cewek jalang SMA Pelita Raya, tak kuasa melihat adegan itu Gita mengeluarkan ponsel dari saku bajunya.
"Ini bakalan jadi bukti buat ngeluarin elo dari sekolah ini, sial." tangannya gemetar, kelas XII Ipa 6 kosong. Hanya ada dua orang tersebut, dan samar-samar Gita melihat adegan itu dengan jelas melalui kaca jendela.
Cewek itu menurunkan ponsel-nya- ketika sorot mata cowok dengan jaket levis itu menatap tajam.
Disisi lain cowok itu terlihat salah tingkah ketika sebuah ponsel mengacung pada langit jendela."Gita, tunggu."cowok itu menyamai langkah Gita, terlihat panik.
Jika tidak melihatnya dengan cewek jalang tersebut ingin rasanya Gita memeluk dan merasakan aroma tubuh cowok tersebut.
"Gue ga percaya, tapi ini kenyataannya, mata ini belum buta, yang gue lihat pasti bukan mimpi, sadar Gita sadar." Matanya menyipit, kerutan di dahi terlihat samar.
"Dasar pengkhianat!! Lelaki kardus!! lo lakuin apa disana HAH?" Gita tidak dapat lagi mengontrol emosinya. Cowok berahang padat itu terdiam mematung.
"Maafin aku Git." cowok itu memelas, menarik tangan Gita.
"Ini bukan kayak apa yang kamu liat, aku bisa jelasin."
Sebelum cowok itu menyelesaikan omongannya Gita terpaksa menghardik. "Udah diem, gue ga nyangka lo ngelakuin gini, mesum dasar!"
"Maafin aku Git, hapus rekaman itu, aku janji bakalan berubah. Sumpah."
Gita menggelengkan kepalanya, tentu saja. Kepercayaan terhadapnya sudah hancur, Ia adalah sang pengkhianat yang harus dihukum.
"Engga, cukup lepasin gue, kita udahan nyampe disini,gue benci sama lo!!" ucapan pedas itu keluar dari mulut Gita.
"Awas woy minggir-minggir." teriakan seorang cowok dari koridor terdengar menggema, seketika siswa-siswi berlarian menghampiri. Menjadi sebuah kerumunan. Noda darah terlihat dari seragam cowok dengan rambut acak-acakan itu, seorang yang ditandu-nya-- juga tak kalah berantakan.
Sosok cowok yang ia temui di kelas XII Ipa 6 menghilang dari keramaian, Gita buru-buru menerapkan jurus seribu langkah. Menghapus buliran bening di pipi yang berwarna merah tomat. Dari keramaian seperti ini, tidak ada yang mengetahui bahwa dia sedang menangis
∆∆∆
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatkala Cinta Jatuh [Completed]
Teen FictionJika Samuel itu adalah benua, dia adalah antartika. Jika Gita adalah benua, dia daratan amerika. Tapi ini bukan cerita tentang dua benua, ini tentang luka, asmara SMA dan lika-liku kisah remaja, "Kamu boleh pergi Git, tapi suatu saat, kamu nggak aka...