Bagian Delapan

345 15 0
                                    

Gita menguap lebar ketika kamar terbuka dan menampilkan ayahnya yang berdiri

"Gita ko masih tidur sih, itu pacar kamu nunggu di bawah" Gita mengernyitkan dahi

"Hah, apa Pah? Aku gapunya pacar"

"Samuel nunggu kamu dibawah, cepet bangun" Gita mengucek mata

"Masih ngantuk banget, Pah"

Ayah melihat gita yang kembali menarik selimut bersiap-siap lagi untuk melanjutkan tidur yang terganggu. Baginya matahari terbit pukul sepuluh pagi jika hari minggu

"Cepet bangun" Ayah menarik selimut terpaksa

"Emang samuel mau apa?"

"Ya mana papa tau, mau lari kayaknya soalnya dia pakai tranning"

"Cepet, kalo ngga papa yang suruh samuel bangunin kamu"

"Eh jangan, I-Iya pah gita bangun deh"

Gita mendengus sebal. Tidak terima jatah tidur hari minggunya terpotong, padahal kemarin sangat sekali berantusias agar cepat bertemu dengan samuel. Ia bergegas menuju kamar mandi dengan wajah ditekuk

∆∆∆

Di bawah, terdengar suara sayup-sayup seseorang yang ia tahu adalah ayahnya. Tidak tahu dari mana tetapi samuel bisa tiba-tiba akrab sekali rasanya dengan ayah

Samuel menyeka ujung rambut dengan jari tangan ketika melihat gita turun dari tangga. Tersenyum sesaat lalu kembali menekuk wajah

"Oh iya om, saya permisi bawa anak om dulu"

"Iya-iya silahkan nak samuel. Tapi tidak akan sarapan dahulu disini?" Samuel menggeleng

"Nanti aja sekalian diluar"

Gita menyalami ayahnya setelah dari tadi tidak banyak bicara melihat perbincangan hangat ayah dan samuel

"Sam.." Ujar gita ketika motor mereka sudah meninggalkan pekarangan rumah

"Ya?"

"Aku masih ngantuk hehe" Gita merebahkan pipi ke jaket wangi samuel

Tercium sekali parfum khas yang selalu samuel kenakan. Di sepanjang jalan gita hanya memejamkan mata. Menahan kantuk supaya tidak tertidur. Untunglah motor besar samuel membuat gita tidak terjatuh

"Gita, kita udah nyampe"

Gita membelalakan mata kuat-kuat. Dilihatnya taman yang begitu asri. Semua terlihat sedang berolahraga, dari mulai lansia sampai remaja yang sedang jatuh cinta. Ya seperti dirinya

Adapula anak kecil dan ibunya, sedang bermain ayunan berukuran kecil. Sang ibu mendorong ayunan dari belakang, anaknya terlihat senang

Ah andai ibu masih ada mungkin gita seceria anak itu sekarang. Mata gita sedikit berkaca-kaca

"Ayo lari, biar kamu kurus" Ujar samuel melihat gita yang sedari tadi bengong. Ia tahu apa yang gita rasakan, sungguh

"Eh iya-iya"

Samuel melakukan pemanasan terlebih dahulu. Menegangkan sedikit otot-otot yang sudah berkembang. Badannya sangat proporsional yang membuat perempuan yang melintas dihadapannya melambatkan langkah.

Tatkala Cinta Jatuh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang