***
"Samuel, Cakra?" Shasha memutar isi kepalanya.
"Gue udah telepon dari tadi Sha, nggak ada yang jawab!" saking kesalnya Bayu membantingkan smartphone miliknya.
"Ke mana sih mereka?!" kini Shasha yang emosi, ia memukul-mukul kursi.
Dari kejauhan, di jendela kecil pintu rumah sakit itu, sosok Kevin terbaring tidak sadarkan diri.
"Coba deh Sha elo yang telepon." Bayu mengambil paksa smartphone anak perempuan itu.
Tetapi yang keluar hanyalah kekecewaan,
The number your calling is busy, please try again.
"Ngga diangkat dong anjing!" Bayu melipatkan tinju pada lengannya, matanya mengintip pada sela-sela jendela ruangan, beberapa dokter dan suster terlihat sedang menolong Kevin yang kepayahan, darah mengalir dari kepala sahabatnya itu, kemudian Bayu menghela napas pendek, layar datar dari monitor itu terpampang, suaranya nyaring.
***
"Kita sudah berusaha sekuat tenaga kita, tapi tetap saja, nyawa teman anda tidak tertolong."
Ucapan dari sang dokter itu membuat Bayu membenturkan diri ke lantai, tersungkur, air matanya jatuh tanpa aba-aba, suaranya tercekit seperti ada gumpalan amarah di dalam jiwanya yang kosong kemudian lengannya mengepal.
Gue harus ngebalas kematian ini
Ia meninju lantai, satu kali, dua kali, sampai berkali-kali, lengannya berdarah karena amarah.
sedangkan beberapa meter di sana Shasha yang memakai t-shirt berleher V dengan ripped jeans bernada gelap juga tampak tersungkur sembari menahan tangisnya.Detik berlalu, itungan menit meluncur deras layaknya hujan kemarin. Hari ini, tatapan Bayu dan Shasha menuntun jasad Kevin yang masih dibalut seragam sekolah dibawa ke ruang mayat. Gemetar yang Bayu rasa ketika mendorong alat untuk membawa temannya itu, begitupun Shasha, pipi yang tadinya merah itu kini nampak pucat.
"Lo udah ngehubungin nyokap sama bokapnya?" suara Bayu tercekat, Shasha langsung mengeluarkan smartphone, menghubungi beliau yang juga taakan percaya menerima keadaan yang diterimanya.
"Ha- hallo, tante." Shasha menahan tangis, suaranya seakan kelu, jauh dari sana ingar-bingar terdengar, suasana kantor, kesibukan, dan ketika Shasha mengucapkan kalimat itu, kalimat tentang Kevin dan kematiannya tiba-tiba saja sambungan itu terputus, seperti kenyataannya kini. Kenyataan yang seaakan tidak pernah ia duga sebelumnya.
***
Lelah dengan aktivitas sehariannya, Samuel tertidur di atas angkot yang telah melaju. Jam menunjukan pukul 8 malam, hari ini begitu luar biasa, senyuman-senyuman anak itu membuat lelah mereka berdua terbayar.
Kini Gita memandang Samuel, laki-laki berbadan tegap itu melingkar tangan pada ujung angkot, wajahnya tampak lesu. Diam-diam Gita mengeluarkan smartphonennya, memotret sang kekasih yang nampak kelelahan.
"Samm." Gita menepuk bahu lelaki itu, Samuel yang masih tak sadar hanya mengigau.
Gita melihat nama di layar cekung smartphone milik Samuel, dari Bayu.
"Kenapa Git?" Samuel mengucek matanya, pukul setengah sembilan malam, angkot masih melaju, ingar-bingar kota serta lampu yang berkedap-kedip.
"tadi Bayu nelpon, kayaknya penting deh." Gita tersenyum sedang Samuel hanya meng-oh pelan.
***
"ANJING, BABI, SETAN!"
"KALIAN KEMANA AJA GOBLOK?!" Bayu memecahkan hening, mereka sedang berada di rumah duka, dari lantai dua sini mereka bisa melihat orang-orang yang tengah melayat Kevin,
"KALIAN GUE TELEPON SATU-SATU, LU SAM, CAK, BISA NGGAK SIH JANGAN TERLALU SIBUK SAMA URUSAN LU SENDIRI? DIA TUH SAHABAT KITA!"
Wajah Bayu memerah, matanya berkaca-kaca.
"Gue tahu, lu jalan kan sama Gita?"
Bayu menegapkan badan pada Samuel, terlihat wajah gahar Samuel yang menahan tangis.
"JAWAB SAM!"
Samuel tetap mematung, dilihatnya wajah dari teman-temanya itu yang menunduk risau.
Cakra, Bayu dan juga Shasha tampak kewalahan melawan rasa sedihnya. Shasa menutup wajah dengan tangannya, Bayu tersungkur menatap ubin lantai, sedang Cakra menghapus tangisnya, pandangannya lurus menatap luar jendela yang menampilkan awan gelap.
"Iya Bay, gue jalan sama Gita. Tapi kejadiannya ngga seperti yang lu bayangin, ponselnya gue taruh di tas selama kita ngajar di tempat itu, gue sama sekali nggak tau hal ini bisa terjadi."
"TERUS LU KEMANA CAK?!"
Bayu mengepalkan tangan meninju keras sehingga terdengar 'buk'
"Gue ke tempat coffe Bay, niatnya gue mau ngelamar Laura di sana, tapi sayang dia nggak datang, dan gue sedih banget Bay, makannya gue ngga angkat telepon dari lu. Gue bener-bener minta maaf."
"Udah kalian cukup!" Shasha memecah tangisnya.
"Kalian tuh bisa nggak sih diem, alesan Samuel dan Cakra itu nggak bisa bikin Kevin hidup lagi, yang udah tuh udah, dan Bay, tutup mulut lu!"
***
Keesokan harinya tangis tumpah-ruah di pemakaman Kevin. Para guru, murid, dan kepala sekolah pak Burhan ikut melayat, pihak sekolah memutuskan untuk meliburkan kegiatan belajar untuk menghormati kepergian Kevin, sosok murid SMA Pelita yang dikenal dengan kedermawanannya pada semua orang.
Tak terkecuali Samuel, Gita juga terlihat menangis di pemakaman, Ia disamping kedua sahabatnya, saling memegang tangan erat-erat
"Gue takut Run, gue takut Samuel berantem lagi!"
Gita kini menangis di pelukan Aruna, matanya sembap.
Sementara di sisi lain, proses pemakaman berlangsung, awan gelap serta gemercik hujan mulai berdatangan. Hari itu kesedihan tampak terlihat jelas, dari segelintir orang-orang yang berada di sana, Samuel ialah yang paling terakhir meninggalkan pemakaman.
Ketika hari mulai gelap Samuel terlihat masih memeluk pusara kuburan itu, Ia menangis, meminta maaf dengan terisak. Suaranya tercekit, matanya sembap.
"Kau lihat Vin, aku menepati janjiku . . . "
Ia tidak dapat membendung emosinya, air mata turun seperti di hulu air terjun, meluncur deras menerpa pipinya.
"Ketika orang-orang pergi pada saat hari terburukmu, aku akan di sini Vin, aku tidak akan pergi. aku tidak akan meninggalkanmu sendirian, aku akan selalu menjadi sahabat terbaikmu, kapanpun itu."
CTAR!
Suara petir itu bak jawaban Kevin atas ucapan Samuel, wajah tampan itu berlumuran air mata, perawakan gagah terlihat sangat lemah.
Hari itu seperti mimpi, mimpi yang terasa sangat nyata, yang juga sangat buruk untuk Samuel.
***
P.s
Maafin gue gais gw jarang aktif, tp gw sayang kalian kok, tetep baca cerita gw ya meski gw tau lo diem diem baca kan:)
love u
TAMAT
///
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatkala Cinta Jatuh [Completed]
Teen FictionJika Samuel itu adalah benua, dia adalah antartika. Jika Gita adalah benua, dia daratan amerika. Tapi ini bukan cerita tentang dua benua, ini tentang luka, asmara SMA dan lika-liku kisah remaja, "Kamu boleh pergi Git, tapi suatu saat, kamu nggak aka...