Perempuan itu terkulai lemas dengan masih menggunakan seragam menengah atas. Wajah putih, rambut tergerai, Ia juga menggunakan hoodie berwarna gelap. Dengan rok SMA serta sepatu converse putihnya. Samuel merasakan hembusan nafas perempuan itu, ragu-ragu Ia mengelus rambut panjang milik Gita.
"Kamu nambah cantik kalau lagi tidur gini," Suara Samuel ternyata lebih mirip bergumam, tak tahu terdengar atau tidak. Yang di puji masih mengatupkan mata dengan serius.Wajah letih tergambar saat Samuel melihat dengan jelas raut wajah Gita, di balik senyuman yang memesona ternyata perempuan itu sama seperti dirinya. Mempunyai sesuatu yang di sembunyikan dari khalayak ramai.
"Hmm, terima kasih." Gita membuka lebar matanya dengan pipi yang merona, tanpa sadar Ia telah tersenyum indah pada lelaki itu. Ditatapnya manik hitam bola mata Samuel, dari sana Gita dapat melihat tatapan cinta yang tulus.
Merebah diri selama beberapa menit di bahu Samuel seakan membuat Gita ketagihan, matanya berbinar. Apa Ia benar benar tidur atau hanya memejamkan mata?. Yang Ia ingat bahwa lelaki itu mengatakan, I never leave you. Setelah itu matanya mengatup padahal jelas Ia masih tersadar, dengan pipi se-merah tomat ternyata Ia tertidur cukup lama. Sehingga membuat Samuel menggerakan bahu berkali-kali.
"Di kira masih tidur." Ujar Samuel dengan berbau aksen Inggris. Gita menjauhkan kepalanya dari Samuel, untunglah tidak ada iler yang keluar dari mulutnya. Kalau mungkin ada, Ia sudah mati berdiri karena malu.
"Engga ko,"
"Coba ambilin aku minum," Titah lelaki itu, tadi Ia sudah bisa menggerakan badannya namun masih berasa lemas.
"Manja ish." Gita mengerjapkan mata, menuruti perintah kekasihnya.
Samuel menenggak air putih tersebut beberapa tegukan. "Udah,cukup." Tetesan air yang tidak sempurna meluber pada dagu-nya yang gagah. "Yang bener dong,belepotan gini." Jari manis Gita mengusap lembut bibir bawahnya.
"Kamu udah makan? perut kamu bunyi terus tuh dari tadi." Samuel terkekeh, Pipi Gita merona malu. Masa iya?
"Udah ih," Perempuan itu menjiwit perut Samuel, gemas.
"Jangan bohong, aku punya makanan tuh di ujung sana."
"Dari siapa?" Gita menoleh, menatap meja di ujung pavilun. Ada sebuah kotak dengan kresek hitam.
"Gatau, dari temen mungkin." Jawab Samuel, Gita menggigit bibir, menahan senyum kuat-kuat. Itu kan yang dia bawa.
"Oooh gitu." Gita membuka kresek itu, di-dalam ada sebuah nasi kotak lengkap dengan jus dan camilannya.
"Ini kerak telor,"
"Serius?" Samuel membulatkan mata lantas berdiri dari tidurnya. "Wah, ini kesukaan aku deng."Cabai keriting dan irisan bawang merah menghiasi makanan tersebut, ditambah lagi aroma yang memekatkan hidung.
"Aku makan ya,"
"Hei jangan," Samuel menjulurkan tangan, hendak mengambil kotak makanan itu. Gita menyinggungkan bibir. "Ini enak sekali."
"Kalau kamu makan, aku-cium-nanti." Samuel mengeja kata perkata. Gita menoleh. Cium?
"Coba aja kalau berani, berdiri aja kamu gabisa Sam," Jawabnya terkekeh, Samuel mengedipkan mata lantas mencoba bangkit dari kasur empuk Rumah sakit. "Aku ini berdiri," Samuel masih ragu-ragu mengangkat tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatkala Cinta Jatuh [Completed]
Teen FictionJika Samuel itu adalah benua, dia adalah antartika. Jika Gita adalah benua, dia daratan amerika. Tapi ini bukan cerita tentang dua benua, ini tentang luka, asmara SMA dan lika-liku kisah remaja, "Kamu boleh pergi Git, tapi suatu saat, kamu nggak aka...