***
"Ayo dong Sam," di gerbang sekolah, Samuel ogah diajak Gita naik angkot untuk ke tempat di mana Gita mengajar anak-anak jalanan."Tempatnya tuh masuk gang gitu Sam, mana muat mobil kamu di sana." Gita merajuk, ia melipatkan tangannya. Sementara di sisi lain, Samuel masih duduk di bangku kemudi dengan tatapan yang lesu. Hari ini Samuel menggunakan kemeja lengan panjang dengan kupluk bernada sama yang dipadukan celana putih abunya.
Laki-laki itu turun dari mobil lalu memanggil asal teman sekolahnya.
"Ehh, bawa mobil gue ya. besok jangan lupa balikin." katanya datar, ia merogoh kantong celananya, menyerahkan kunci BMW berwarna putih miliknya.
"Yuk," ucap Samuel yang dibalas genggaman tangan Gita.
***
"Dari sini kita jalan aja dulu Sam, sebentar kok ke halte depan." Gita mengenakan Inner putih dengan caramel winter coat dipadukan high sneaker berwarna cokelat, perempuan itu tersenyum merekah melihat peluh keringat Samuel yang berjatuhan.
Samuel hanya balas dengan dengusan, lima menit kemudian mereka sudah berada di angkot, berdesakan dengan penumpang lain.
"Duhhh, Git." Ia melirik Gita, supir angkot terus saja memaksakan angkotnya yang penuh.
"Ayo muat satu lagi, geser kiri." ucap si sopir.
Samuel terus saja bergeser hingga jaraknya dan ujung kursi tinggal sejengkal.
"Sekali lagi geser ini badan saya yang ikut ke geser Mas," Samuel mengaduh, ucapannya membuat orang-orang tertawa.
"Haha, ndak papa toh mas, mas sih enak lah saya waktu itu pernah sampai duduk di bawah. pulang-pulang panas pantat saya mas." sang sopir terbahak yang dibalas gumalan kecil Samuel.
"Kira-kira ini angkot harganya berapa ya mas?" Samuel mendumel, kesal dengan sang sopir.
"Yah paling 20 jutaan lah, mau jadi sopir angkot juga?" sang sopir tertawa.
"Saya serius, saya beli deh sama mas-masnya." ucapan Samuel membuat isi angkot hening.
Gita yang mendengar ucapan itupun hanya melirik sekilas, matanya seolah bicara -yaudah-yang-sabar.
Beberapa menit berlalu angkot hijau itu berhenti asal di pinggiran jalan. "kiri mas," Gita berseru yang dibalas elaan napas Samuel.
"Akhirnya nyampe juga," Samuel mendengus, merogoh kantong celananya untuk membayar angkot.
"Aduh Git," ia menggaruk tengkuk, "Kenapa?" tanya Gita.
"Aku nggak bawa uang cash," Samuel tersenyum kecut, sementara di sisi lain sopir angkot memasang muka menyebalkan.
"Masa katanya mau beli angkot, punya uang aja ndak toh." sang sopir terbahak.
Mendengar reaksi itu, Gita buru-buru mengeluarkan lembaran uang miliknya.
"Ini mas, pas." ujarnya.
"Ehhh isi saldo ATM gue bisa beli mulut lo ya," Samuel menunjuk-nunjuk sedangkan sang sopir tancap gas.
"Udah Sam, Kenapa sih kamu emosian banget." Gita menggenggam lengan Samuel, pijakan kakinya menuju kelokan gang-gang sempit.
***
"Gue nggak punya masalah sama elo, tapi kebetulan lo adalah temen deketnya Samuel, bilangin ke dia Alex nungguin dia di tempat biasa." Kevin masih mengusap bibirnya yang berdarah.
Tadi, sepulang sekolah ia mendapat perlakuan kurang sopan dari laki-laki bernama Alex dan kawan-kawannya yang berjumlah 4 orang.
BUG!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatkala Cinta Jatuh [Completed]
Teen FictionJika Samuel itu adalah benua, dia adalah antartika. Jika Gita adalah benua, dia daratan amerika. Tapi ini bukan cerita tentang dua benua, ini tentang luka, asmara SMA dan lika-liku kisah remaja, "Kamu boleh pergi Git, tapi suatu saat, kamu nggak aka...