Di depan kelas yang berada di lantai tiga terdapat sekumpulan pemuda kurang piknik yang sedang menggoda cewek yang berlalu lalang. Ia adalah Kevin, Cakra dan Bayu. Matahari perlahan naik ke atas ubun-ubun. Suara gaduh kelas yang perlahan akan membuat rindu. Ujian nasional diambang mata. Ada yang sibuk berlomba-lomba mengikuti bimbel,les, dan tambahan belajar semacamnya. Tapi itu tak berlaku kepada tiga manusia ini.
Mereka lebih sering menghabiskan waktu dengan nongkrong. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain menghabiskan waktu bersama teman-teman. Kevin berhenti memainkan gitarnya
"Eh ada mantan samuel." goda Kevin saat melihat cewek berambut kuda dihadapannya.
"Cantik bener dah." lanjutnya
"Tapi sayang udah putus." sahut Cakra pelan tetapi bikin jleb.
Cewek itu menghentikan langkah kakinya, menatap gerombolan cowok yang sedang sibuk menggodanya.
"Serem amat itu mata." Bayu menoleh ke cewek yang telah berjalan menjauh.
"liat noh."
"BODY GOALS!" ucap Cakra terkekeh sembari mengisyaratkan lekuk tubuh dengan tangan.
"Hahaha." mereka bertiga tertawa berbarengan.
Tiga sekawan itu menoleh saat Samuel datang dengan wajah yang ditekuk. Kevin mengambil nafas panjang, Cakra masih asyik memainkan bolpoint, sedangkan Bayu malah senang melempar kertas kertas kecil ke lantai satu.
"Kenapa lo Sam? Kusut amat tuh muka." Kevin mendedahkan kancing baju, gerah.
"Itu ada cewe sialan, nabrak gue." ucap Samuel dengan nada kesal.
"Enak dong ditabrak cewe." gurau Bayu merapihkan rambut yang di jambul.
"Lo pikir aja enak, baru aja kaki gue mendingan eh udah dibikin jatoh lagi." Ia menelan ludah. "Dasar cewek sialan."
Cakra tersenyum sembari menunduk membaca pesan singkat dari sang kekasih. Ia tipe orang yang tidak suka berdebat. Tapi sekali ngomong langsung bikin orang sekampung ribut, Ia provokator yang hebat.
"Ah udahlah." Anak itu mengakhiri pembicaraan yang sebenarnya tak penting untuk dibahas.
"Yaudah ngapain juga kaya gitu di pikirin. Ada bagusnya kita cabut sekarang, males gue pelajaran Pak Endang." sahut Cakra dengan suara cemprengnya.
"Boleh juga tuh, lewat benteng belakang lagi?" Kini Bayu yang paling antusias.
Kevin menjetikan jari "That's a good idea." ucapnya.
Mereka bergegas merapihkan buku di meja masing-masing. Mereka masih berpikiran hanya skala diri sendiri. Bersenang-senang hanya kata itu mungkin yang terdapat pada cerebrum otaknya.
∆∆∆
"Cepet lelet amat lo bangke." sentak Samuel kepada tiga temannya yang sedari tadi malah berdebat dengan anak kelas dua; mereka akan terciduk atau tidak.
Samuel ingat betul konsekuen yang akan ia terima jika mendapat masalah baru. Di dropout. .
Ketika sudah berhasil melewati tembok belakang yang menjulang, mereka langsung berjalan menuju pemukiman warga.Memberi senyum saat melihat seorang nenek yang sedang membersihkan halaman.
Mereka berlari mengejar angkutan berwarna biru. Penuh. Ganti lagi. Kosong. Masuk. Di sepanjang jalan mereka meihat kerumunan anak SMP yang sedang tawuran.
Namun pandangan mereka tertuju kepada pengamen cilik, yang kucel dan dekil. Usianya kurang 6 tahun dari mereka. Tubuhnya kurus kering kerontang.
"Mau kemana lagi nih?" ucap Samuel menatap temannya yang duduk berhadapan.
"Kerumah aja dulu, biar mobil anak kelas dua yang anter." sahut Bayu sembari mengeluarkan satu batang rokok.
Angkutan kota berwarna biru itu berhenti di pinggir jalan. Membuat kendaraan di belakang tidak henti membunyikan klakson yang menggetar ke dalam telinga.
Cakra,Bayu,Kevin menatap megah saat melihat rumah Samuel yang besar, mewah, nan elegan. Namun sayang seribu sayang rumah itu sepi; seperti tidak ada kehidupan. Ibunya kerja di luar kota. Lupa pulang, lupa anaknya yang kini makin dewaasa, makin tampan, kendati makin susah diatur.
Kevin menghela nafas panjang. Merapihkan rambut yang sedari tadi berantakan menggunakan ujung kuku.
Cakra merapihkan letak kaca mata yang merosot. Disusul Samuel dengan Bayu yang berjalan bersebalahan.
∆∆∆
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatkala Cinta Jatuh [Completed]
Teen FictionJika Samuel itu adalah benua, dia adalah antartika. Jika Gita adalah benua, dia daratan amerika. Tapi ini bukan cerita tentang dua benua, ini tentang luka, asmara SMA dan lika-liku kisah remaja, "Kamu boleh pergi Git, tapi suatu saat, kamu nggak aka...