Gita menatap rimbun pohon yang melambai dekat kelasnya. Tatapannya kosong, tapi pikirannya kian saja menggema.
Ia mengingat Ayahnya, lalu ingatan itu tiba-tiba pindah pada Samuel. Gita merasa kelu terhadap pikirannya.
"Runnnn..." Gita menghela napas sembari menyentuh lembut bahu Aruna yang sedang mengenakan earphone.
"Paan?" Aruna melepas earphone, ia hanya melirik sekilas, lantas kembali fokus pada benda pipih di genggamannya.
"Gue pengen mati..." Gita tersenyum simpul, yang dibalas mata keheranan Aruna.
Aruna menggernyit, diabaikannya benda yang tadi ia genggam.
"Elo sehat kan?" katanya,
Gita mengangguk, matanya mengerjap. "Gue capek aja,"
"Selama ini kadang mikir masalah terus-menerus nimpa gue, gue capek ngadepinnya Run..." Gita menggigit bibir, tangannya menopang dagu.
"Ya namanya juga manusia Git, selalu punya masalah." Aruna menaikan alis,
"Gue juga punya masalah, Almira juga punya, bahkan pak Maman security kita juga punya masalah, enggak ada orang di dunia ini yang enggak punya masalah," ucap Aruna yang dibalas dengusan sebal Gita.
"Gue tahu!"
"Yaudah masalah elo apa?" Aruna berseru ketus,
"Kalau ada yang nyakitin lo, bilang ke gue. Biar tak jadiin martabak tuh orang," logat khas medan dari Aruna mengaung di gendang telinga Gita.
Gita menghela napas, tersenyum merekah. Dia tahu betul sifat Aruna, Aruna adalah tipikal sahabat setia yang bukan hanya bisa mendengarkan keluh kesah seseorang, dia juga kadang bisa memiliki empati yang sangat tinggi.
"Gue pengen putus Run..." ucap Gita sembari mengerucutkan bibir, Aruna yang mendengar ucapan Gita mendadak melongo, di lepaskan earphone di telinganya.
"Putus?" kata Aruna dengan nada tidak percaya.
Di sisi lain, cahaya matahari pagi menerpa pada sela-sela jendela, embusan angin terasa dingin saat mengenai tengkuk.
Gita menghela napas pendek, matanya menatap Aruna dengan tatapan kosong.
"Gue enggak pantes buat dia Run..."
***
"Sam!" Bayu menepuk pundak Samuel yang tengah menatap kosong pada atap-atap sekolah.
Samuel hanya menggidikan bahu "Ada apa?" katanya dengan nada yang tidak bersemangat, wajahnya pucat dan matanya sembab.
"lo kenapa?" tanya Bayu sembari menunjuk mata samuel yang di bawahnya sudah berwarna hitam.
"Kepikiran lagi sama nyokap lo?"
"Mending elo temuin deh, daripada menerka-nerka kayak dulu."
"Terus juga ya, minta maaf aja sama nyokap elo, lebih baik kita yang ngaku salah bukan?"
Tapi nyatanya bukan masalah itu yang mendera pikiran Samuel, jauh ke dalam yang lebih kompleks.
"Gue nggak papa bro."
"Eh, Sam..." sembari membawa nampan berisikan bakso, Kevin berkecak pinggang menatap Samuel.
"... Itu noh,"
"Apaan?" tanya Samuel mendengar kalimat belepotan Kevin.
"Pacar elu..."
"... Katanya dia minta ketemu,"
"Dia nungguin di kantin bawah tuh, sama temen-temennya."
Tapi Samuel hanya menatap datar ucapan Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatkala Cinta Jatuh [Completed]
Roman pour AdolescentsJika Samuel itu adalah benua, dia adalah antartika. Jika Gita adalah benua, dia daratan amerika. Tapi ini bukan cerita tentang dua benua, ini tentang luka, asmara SMA dan lika-liku kisah remaja, "Kamu boleh pergi Git, tapi suatu saat, kamu nggak aka...