Bagian Sebelas

269 11 0
                                    

           Gita menaiki anak tangga menuju lantai dua untuk ke kelas. Kelas XII IPA 6. Dari kejauhan sudah terdengar suara gemuruh bak pesawat jatuh di angkasa, kebetulan hari ini Bu Nanda tidak masuk kelas, jadi itu artinya kelas akan pecah belah dan Fakhri serta kawan kawan tetap akan menggodai mbak kos sebelah.

        "Eh Fakhri turun lo, demen amat ya itu anak ngintip orang yang mandi, gue sumpahin bintitan lo." Baru saja Gita akan menyimpan ransel miliknya tetapi suara Karel terdengar nyaring.
          "Apaan sih lo, rusuh amat jadi cewek. Atau lo pengen gue intip juga? cepetan mandi gih kalau mau." Fakhri mengedipkan mata, memberikan sinyal permusuhan pada Karel. Sedangkan lelaki lainnya bersahutan.
           "Yoi Fakh, si Karel itu kayanya pengen diintip sama elo makanya dia cemburu liat lo ngintip Mbak kos sebelah." Gerombolan lelaki rusuh itu tertawa, membuat Karel mati kutu. Pasalnya lelaki memang menyebalkan, hanya berani main keroyok. "ck,ck,ck" "Ngaku aja gapapa Rel, elo lumayan juga ko." Timpal Bardi dengan kepala pelontosnya. Menggaris besar kata lumayan.
             "Dasar gerombolan otak mesum." Karel membuang muka. Sekarang pandangannya menatap Gita yang sedang sibuk menatap layar ponselnya.

          "Git, lo udah ngerjain PR biologi?" Perempuan tersebut duduk disebelahnya. Menyadarkan Ia kembali ke dunia nyata.
            "Eh, udah-udah ko." Karel mengambil buku yang diserahkan Gita. Buku biologi. "Gue catet dulu ya Git." Perempuan itu mengangguk.
              Pelajaran kosong berlangsung dengan amat cepat, di bangku barisan belakang terdapat Fakhri dan kawan kawan dengan memandang laptop secara saksama, pastilah film yang tak layak ditonton. Sedangkan bagian tengah seperti biasa, Almira dan Aruna akan bergosip diikuti Sheila yang memang ahli dalam hal itu. Bahkan Bosni saja yang notabene KM di kelas merasa pusing dan sudah berniat akan mengundukan diri, pasalnya kalau disuruh memilih mencari pelaku yang menghamili kucingnya atau jadi KM, maka ia lebih memilih jadi detektif.

∆∆∆

Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Dengan langkah panjang Gita, Almira, dan Aruna telah berada di kantin sudah sebelum bu Asti keluar dari kelas. Wajar saja, pelajaran geografi tersebut membuat perut mereka mules, dan rasanya semangkok bakso akan membuat mereka bergairah dari hiruk-pikuk pelajaran yang membuat otak meletup.

          "Git, hari ini bagian lo ya yang traktir kita." Ujar Almira kemudian diikuti senyuman manis Aruna. "Iya Git, itung-itung traktir ulang tahun kan."

Gita menghela nafas, buru-buru melihat isi dompetnya. "Yaelah, pahlawan gue berguguran lagi deh."

Keadaan kantin perlahan ramai, Gita menusuk bakso miliknya. "Hari ini gue engga jadi kerumah lo kayaknya deh Mir." Mereka berdua menautkan alis lantas menoleh pada gita dengan saksama. "Lho, kenapa?"

"Gue tadi di SMS Samuel, katanya dia mau ngajak gue ke tempat favoritnya gitu."

"Hm,"

"Hehe, kalo lo pada mau ikut. Gue ga keberatan ko."

Almira mendengus. "Najis amat ih entar gue jadi kambing conge lagi."

"Gapapalah Mir bagus, jadi elo bisa liat cogan tuh kan." Timpal aruna pedas

"Anjir ya lo." Almira menyemprotkan kuah bakso tapi Aruna dapat menghindar gesit.

Tiba-tiba Meysha datang dengan nafas engap-engapan. "Eh-eh Git, e...e.... lo sekarang ke lapang ikut gue sebentar. Sa...Samuel." Kata-kata perempuan tersebut beradu dengan degupan nafas yang sesak.

Tatkala Cinta Jatuh [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang