part 5

7.7K 814 48
                                    

"Apa yang melakukannya adalah hwarang?" tanya Yoonwoo tiba-tiba.

"Kurasa bukan," seru Seojoon. "Tidak ada satupun hwarang yang memegang busur panah karena kita sedang latihan menangkis anak panah dengan pedang sambil berkuda."

"Berarti apa mungkin pelakunya adalah nangdo ?" gumam Hyunshik.

Seojoon, Minho dan Yoonwoo saling melempar tatapan satu sama lain, begitu pula dengan Taehyung dan Taeyeon.

"Berani-beraninya nangdo menyerang hwarang," keluh Minho yang mulai naik pitam.

"Tidak mungkin hyung," sanggah Taehyung. Semuanya sependapat dengan Taehyung. Mustahil seorang nangdo melakukan hal tercela seperti itu pada hwarang. Tapi pernyataan Hyunshik barusan juga tidak dapat disangkal oleh mereka.

"Tunggu dulu, kita tidak bisa asal menuduh jika belum menemukan bukti," Seojoon mencoba menengahi. Di dalam benaknya sempat terpikirkan tentang nangdo yang menjadi pelakunya. "Sebaiknya kita serahkan urusan ini pada Wi-hwa."

"Ini tidak dapat dibiarkan. Kita tetap harus mencari siapa pelakunya, bisa-bisa hwarang lain jadi korban," keluh Minho.

Seojoon tidak dapat mencegah keinginan Minho yang menggebu-gebu. Pria bermarga Choi itu langsung pergi keluar, disusul oleh Hyunshik. Yoonwoo pun pamit setelah berucap permisi pada Taehyung dan Taeyeon.

"Taehyung, istirahat yang cukup. Tabib Kim, tolong jaga Taehyung," pinta Seojoon.

"Pasti, aku akan menjaganya," sahut Taeyeon seraya mengangguk.

"Dimana Jihan?" tanya Minho usai keluar dari ruang tabib.

Yoonwoo yang sedang menggerakkan kipas di tangannya pun berhenti. "Aku tidak melihatnya sejak latihan tadi."

"Haahh sudah kuduga," Minho berdecak sebal. "Pasti dia pelakunya."

"Apa kau yakin?" tanya Hyunshik.

"Tentu saja, selama ini dia selalu tidak menyukai Taehyung."

"Banyak yang tidak menyukai Taehyung disini, teman sekamarnya pun juga tidak menyukai anak itu. Jadi kau jangan langsung asal menuduh Jihan," seru Seojoon yang berdiri di belakangnya.

"Hah, siapapun itu aku tetap harus mencarinya!" balas Minho dengan nada geram.

.
.
.
.
.

Malam ini Jungkook merindukan kehadiran Kim Taehyung. Belum genap satu malam mereka bertemu sekarang pangeran itu tengah dilanda rasa rindu yang berat.

Jungkook meminta bantuan kepada pengawal kepercayaannya, Park Jimin untuk kembali membawa Taehyung ke pondok malam ini juga. Cukup lama Jungkook menunggu. Perasaannya tidak tenang memikirkan Taehyung. Sempat terpikirkan olehnya mengenai hal negatif yang menyangkut pemuda manis itu. Namun Jungkook berusaha menepisnya jauh-jauh.

Jimin lama sekali, omong-omong. Jungkook semakin dibuat gusar menunggu.

Jungkook memutuskan untuk menyusul Jimin seorang diri. Buru-buru dia berbalik dan tepat saat itu Jimin membuka pintu mendadak.

"Yaaisshh Park Jimin, kebiasaan! "

Jungkook hampir saja memukul pengawal yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu. Kalau-kalau saja Jimin tidak cekatan menghindar dan segera melapor telah membawa berita buruk.

"Yang Mulia, Kim Taehyung baru saja mengalami kecelakaan saat latihan."

Brak

Meja yang ada di depan Jungkook menjadi korban pelampiasannya. Kedua tangan besar itu terkepal dan sedikit bergetar.

Even If I Die, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang