part 16

5.4K 600 27
                                    

Setelah mendapat kuda yang dibutuhkan, para pemuda itu pun segera memulai perjalanan mereka. Menurut cerita dari Yoonwoo yang hampir diculik, para penculik itu identik dengan mengenakan topeng putih untuk menutupi identitasnya. Melalui sumber dari beberapa informan yang sudah ditelusuri oleh Jimin sebelumnya, para hwarang dibawa menuju ke perbatasan utara mendekati Goguryeo.

"Apakah ini salah satu pemberontakan yang dilakukan dinasti Goryeo? Mengingat mereka masih ingin memperluas daerah kekuasaan," kata Seojoon.

"Kurasa bukan," sahut Jungkook. "Seperti yang telah kita ketahui kelalui isi suratnya. Motif penculiknya ingin memancing calon raja keluar. Saat ini Goryeo tidak sedang menyiasati perang apapun setelah berhasil mengikis perbatasan utara Baekje. Jadi bisa kupastikan kalau penculikan ini direncanakan oleh seseorang yang sudah mengetahui siapa calon raja yang sebenarnya." Tepat saat mengakhiri kalimatnya, mata Jungkook memandang tajam Jihan seolah ingin menusuknya. Pemuda itu hanya menatap datar Jungkook. Walaupun tangannya mulai gemetar. Jihan berusaha untuk tidak terlihat gugup di depannya supaya tidak mengundang curiga.

"Kuharap kita bisa sampai di perbatasan sebelum dua hari," tegas Jungkook sekali lagi.

Mereka melanjutkan perjalanan dan membentuk formasi tiga kali tiga dengan Jungkook yang berada di tengah. Minho, Yoonwoo dan Jihan ditempatkan di banjar depan. Taehyung dan Jimin masing-masing berada di sayap kiri dan kanan. Di belakang terdapat Hoseok, Hyunshik dan Seojoon.

Jungkook sedikit menggeser posisi kudanya mendekati kuda yang ditunggangi Taehyung. Taehyung yang menyadari hal itu hanya tersenyum malu-malu. Di belakang mereka, Seojoon menyadari kedekatan sepasang kekasih itu. Entah kenapa melihat Taehyung bahagia bersama Jungkook membuat hatinya merasa seperti teriris benda tajam.

'Seojoon, kau harus menguatkan hatimu.' Batinnya berusaha menyemangati diri sendiri. Seharusnya dia ikut senang melihat Taehyung yang bahagia. Namun kerapkali melihat mereka bersama membuat dadanya terasa sakit.

"Yang Mulia hentikan, nanti yang lain melihat," bisik Taehyung pada Jungkook.

"Memang kenapa? Biarkan saja," sahut Jungkook yang acuh. Lalu iseng mengedip nakal ke arah Taehyung, membuat pemuda itu terkesiap dan berusaha untuk fokus. Perjalanan kali ini bukan untuk main-main. Tujuan utama Taehyung ikut adalah untuk membantu Jungkook sekaligus menyelamatkan hwarang. Tapi kalau Jungkook terus-terusan menggodanya seperti itu dia mana bisa tahan. Taehyung hanya bisa menjerit senang dalam hati.

Matahari mulai berdiri tegak pertanda bagi mereka untuk istirahat dan mengisi perut mereka yang lapar dengan makanan. Karena Jungkook tidak diberikan bekal sepeserpun oleh Ratu Jisoo akhirnya dia menyuruh Taehyung dan yang lainnya untuk makan lebih dulu. Sedangkan Jungkook bersama dengan Jimin akan mencari makanan di hutan.

"Yang Mulia, kita bisa makan bersama. Lihat, aku membawa banyak bekal, pasti cukup untuk kita bertiga." Taehyung menunjukkan tas kantung yang berisi banyak nasi bungkus dan makanan kering. "Kalau mau sup nanti biar kubeli di kedai makan terdekat."

"Kami juga membawa banyak makanan, Yang Mulia," kali ini Hyunshik juga menunjukkan isi tas kantungnya. "Wi-hwa memberikan kami banyak bekal perjalanan," tambahnya. Beberapa yang lain mengangguk dan meminta Jungkook untuk tetap di tempat supaya bisa makan siang bersama.

Jungkook merasa terharu saat melihat Taehyung dan teman-temannya yang mau berbagi makanan dengan dirinya. Mereka menawarkan dengan suka cita. Tidak memikirkan Jungkook seorang bangsawan atau bukan. Mereka memberikan secara cuma-cuma karena ini memang sudah seharusnya. Mereka adalah satu kelompok dan para hwarang selalu diajarkan harus saling berbagi dengan anggota kelompok satu sama lain.

"Terimakasih banyak semuanya. Mari kita makan bersama. Setelah itu kita istirahat selama satu jam lalu kembali melanjutkan perjalanan."

"Siap, Yang Mulia."

Even If I Die, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang