part 19

5.2K 580 24
                                    

Jungkook berbalik dengan cepat dan terkejut saat mendapati sosok Jimin yang hanya berada beberapa jengkal di depan wajahnya.

"Yang Mulia."

"Aku ingin sendiri dulu, hyung."

"Jangan kemana-mana sendiri, kau harus tetap dikawal. Kita masih belum bisa membaca situasi mengingat baru saja terjadi pertempuran."

"Hyung, aku- "

Jimin menahan pundak Jungkook, sadar dengan situasi yang terjadi karena dia sudah berada di sekitar tenda Seojoon sejak tadi, termasuk melihat Taehyung yang masuk kesana.

"Aku tahu apa yang kau rasakan saat ini. Taehyung sedang melakukannya sebagaimana mestinya," dia memberi tepukan pada salah satu pundak Jungkook untuk memberi semangat.

"Sikap Taehyung jadi sangat berbeda padaku setelah hwarang itu terluka, hyung."

Jimin tersenyum menanggapi Jungkook. Apa yang dirasakan oleh tuannya itu murni perasaan cemburu dan semua pemuda yang sedang jatuh cinta pasti akan merasakan hal itu ketika orang yang dia suka lebih mementingkan orang lain.

"Taehyung pasti syok melihat orang yang sudah dia anggap kakaknya sendiri celaka. Jadi berhenti berpikir sempit seperti itu."

Jungkook mendesah berat setelah mendapat petuah singkat dari Park Jimin. Berusaha untuk tidak bersikap egois dengan membiarkan Taehyung menjaga hwarang bernama Park Seojoon itu. Dia sudah berkorban melindungi Taehyung dan Jungkook sekaligus. Seharusnya Jungkook menghaturkan ucapan terimakasih padanya.

Ya, Jungkook akan melakukan itu nanti.

.
.
.
.
.

Menjelang pagi Jungkook menatap tenda yang ditempati Taehyung dan Seojoon. Sejak semalam Taehyung tidak keluar dari sana. Jungkook menghela nafas panjang. Sebentar lagi dia harus kembali ke Silla bersama Jimin dan beberapa nangdo milik hwarang. Jungkook tidak bisa membohongi diri sendiri kalau dia ingin melihat Taehyung, sekadar memastikan keadaannya sebelum benar-benar meninggalkan Goryeo.

Jungkook masuk ke dalam tenda Seojoon lagi. Di dalam Taehyung meringkuk, merebahkan diri di samping Seojoon yang juga tertidur pulas. Bukan pertama kali bagi Jungkook melihat mereka sedekat ini. Jauh sebelumnya, Jungkook masih dapat mengingat ketika Taehyung menangis di pelukan Seojoon setelah Jungkook menunjukkan wajahnya secara langsung di hadapan Taehyung.

Jungkook duduk di samping Taehyung dan mengusap rambutnya dengan lembut. Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah gelang manik putih yang pernah ditinggalkan Taehyung sebelum dia melangsungkan upacara penerimaan takhta. Jungkook belum sempat mengembalikan kepada pemiliknya dan mungkin inilah waktu yang tepat.

Jungkook memasangkan gelang itu dengan hati-hati. Tidak ingin membangunkan Taehyung. Jungkook mengecup pipi Taehyung pelan dan berbisik...

"Aku pergi lebih dulu. Jaga dirimu baik-baik, Taehyung."

Jungkook bergegas meninggalkan tenda. Taehyung masih bergeming dalam tidurnya, namun tidak dengan Seojoon. Pemuda itu memandangi Jungkook yang baru saja keluar dan telah mendengar apa yang Jungkook ucapkan pada Taehyung tadi.

.
.
.
.
.

Taehyung terbangun dan mendapati Seojoon yang memandanginya tanpa berkedip sekalipun. Karena gugup, Taehyung langsung beranjak dari posisi tidurnya.

"Hyung sudah bangun sejak kapan?" tanya Taehyung sambil mengusap kelopak matanya.

"Belum terlalu lama. Sebaiknya kau basuh wajahmu dulu dan sarapan, Taehyung."

Taehyung bergumam dan mengangguk sekilas. Dia keluar dan menyadari adanya pengurangan dalam jumlah orang yang ada di perkemahan ini. Taehyung celingukan seperti sedang mencari seseorang. Dia melihat Hoseok yang sedang membawa kayu bakar dan memanggilnya.

Even If I Die, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang